Seorang asisten profesor di Marsico Lung Institute, Fakultas Kedokteran Universitas Carolina Utara, Camille Ehra, berhasil menangkap gambar dari mikroskop pemindai elektron untuk melihat virus Corona yang menyerang dan melapisi sel di sepanjang saluran pernapasan manusia.
Dari gambar tersebut, memberikan sedikit gambaran tentang jumlah partikel virus yang diproduksi selama infeksi berlangsung. Sel yang terinfeksi itu bisa menghasilkan hingga ribuan partikel virus Corona.
Untuk mendapatkan gambar yang dipublikasi di The New England Journal of Medicine, para peneliti harus menginfeksi sampel sel saluran pernapasan manusia dengan SARS-CoV-2 terlebih dulu di piring laboratorium. Setelah empat hari, sel tersebut diperiksa dan dianalisis.
Pada gambar tersebut, terlihat silia atau struktur yang menyerupai rambut di permukaan beberapa sel saluran pernapasan. Ujung silia itu melekat pada untaian lendir seperti jaring yang ada di sepanjang jalan pernapasan.
Sementara itu, partikel virus SARS-CoV-2s dalam gambar tersebut terlihat seperti bola-bola kecil. Jika dilihat lebih dekat, struktur virus itu memiliki ujung-ujung yang runcing pada permukaan partikelnya.
Spike protein yang berbentuk mahkota itulah yang membuat virus tersebut disebut virus Corona, 'Corona' yang berarti 'mahkota' dalam bahasa Latin. Virus menggunakan ujung runcing itu untuk menyerang sel pada manusia.
Pada gambar tersebut juga menunjukkan kepadatan yang tinggi partikel virus atau virion. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Ehra menunjukkan bahwa virus diproduksi dalam jumlah yang besar dan dilepaskan di setiap sel yang ada di saluran pernapasan.
Kisah Dokter-dokter Junior Korban Bullying, Diolok hingga Tambah Jam Jaga
Dugaan bullying di balik kematian dokter junior di Surabaya membuka tabir gelap pendidikan dokter di Indonesia. Tradisi bullying oleh senior rupanya bukan barang langka.
Kepada detikcom, seorang mahasiswa kedokteran gigi berinisial (MK) yang baru menyelesaikan program klinik dan pre klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia menceritakan kasus bullying yang ia temui. Selain mengalami sendiri, ia juga mengaku kerap menemukan fenomena bullying di lingkungannya.
"Misalnya nih cowok-cowok pada futsal, cewek-cewek disuruh nonton semua. Padahal besoknya ada jadwal operasi, harus kerjain laporan kasus baru, kalau nggak dipermasalahin," sebutnya kepada detikcom Jumat (4/9/2020).
Pengalaman bullying juga dialaminya di luar tempat praktik, yakni saat olahraga futsal bersama para senior. MK mengaku hanya karena sebuah kesalahan ia dirundung oleh para senior.
"Tiba-tiba aku neglakuin suatu pelanggaran. Wasit sudah turun tangan, sudah ngasih kartu, tiba-tiba aku dikerubutin tuh sama residen. Abis dikerubutin sama residen, aku dimaki-maki, ditoyor-toyor, di tengah lapangan," kata MK.
Kisah serupa juga dialami mahasiswi F, seorang dokter muda, selama menjalani koas di rumah sakit swasta. Ia mengaku kerap diejek, disebut-sebut 'dokter koas', dan waktu jaga malamnya terus ditambah.
Bahkan hingga aktivitas kebutuhan seperti makan dan mandi dibatasi. Hal ini lumayan membuat ia cukup berat selama menjalani masa koas.
"Kayak disuruh nambah jaga 2x24 jam bener-bener di rumah sakit nggak ke kosan. Mandi segala-galanya dikasih waktu dan capek banget sih," jelas F, salah satu mahasiswa kedokteran swasta di Jakarta.
F mengisahkan, tidak jarang ia harus melakukan tugas berulang kali. Seperti halnya mengukur tensi atau tekanan darah pasien hingga puluhan orang.
"Disuruh tensi seluruh pasien ruangan sekitar ada 60 pasien padahal gue udah tensi nihhh tadi paginya," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar