Tercatat 37 dokter di Italia meninggal akibat terinfeksi COVID-19, sementara 6.000 lebih tenaga medis juga terinfeksi oleh virus corona. Angka ini mengungkap betapa rentannya garda depan penanganan COVID-19.
Kepala lembaga penelitian di Italia mengatakan bahwa ada 6.205 petugas kesehatan telah terinfeksi penyakit ini mencakup sekitar 8,3 persen dari 74.376 total yang terinfeksi yang ada di Italia.
"Apa yang kita hadapi sekarang adalah sebuah perang. Dokter dan keluarga mereka berduka atas kepergian mereka," kata Filippo Anelli, Presiden Federasi Dokter, seperti dikutip dari laman Daily Mail.
Federasi dokter telah memperingatkan bahwa angka kematian sebenarnya mungkin lebih tinggi karena banyak dokter meninggal mendadak, bahkan kematian tidak diketahui apakah disebabkan oleh virus, karena test swab tidak pernah dilakukan.
Selain itu, ada satu perawat telah bunuh diri setelah terinfeksi dengan virus corona, dan dia takut telah menyebarkan virus kepada orang lain.
Nino Cartabellotta, kepala yayasan Gimbe, yang mengumpulkan data tentang jumlah petugas medis yang terinfeksi, mendesak agar lebih diperhatikan untuk melindungi mereka yang merawat kita.
Angka-angka nasional terbaru untuk Italia menunjukkan 7.503 kematian dan 74.376 kematian pada Rabu (25/3). Dewan Riset Nasional yang dikelola pemerintah mengatakan 57 dari 107 provinsi Italia telah mencapai puncak penyebaran virus.
Australia Uji Vaksin TB ke 4 Ribu Tenaga Medis untuk Tangkal Corona
Peneliti Australia bergerak cepat untuk uji coba skala besar melihat apakah vaksin yang digunakan selama beberapa dekade untuk mencegah tuberkulosis atau TB dapat digunakan sebagai vaksin virus corona sehingga bisa melindungi petugas medis.
Mengutip Reuters, kurang lebih 4,000 tenaga kesehatan berpartisipasi dalam uji coba vaksin TB yang akan dimulai pekan depan. Vaksin bacillus Calmette-Guérin, atau BCG, untuk penyakit TBC dinilai oleh beberapa ahli mampu memerangi virus corona karena kemampuannya memperkuat sistem kekebalan tubuh.
"Meskipun awalnya dikembangkan melawan TBC, dan masih diberikan kepada lebih dari 130 juta bayi setiap tahun untuk tujuan itu, BCG juga meningkatkan kekebalan 'garis depan' manusia, melatihnya untuk merespons kuman dengan intensitas lebih besar," kata peneliti dari Murdoch Children's Research Institute (MCRI) dalam sebuah pernyataan.
Peserta uji coba akan dibagi menjadi dua kelompok, sebagian akan divaksin dengan jenis yang memiliki sedikit efek samping dan lainnya divaksin plasebo. Kedua kondisi kesehatan peserta nantinya akan dipantau melalui aplikasi di ponsel mereka.
Peneliti berharap hasil uji coba ini dapat diketahui sekitar enam bulan ke depan. Peneliti mengatakan uji coba akan sangat efektif karena berlangsung selama musim dingin di belahan bumi selatan. Pada musim itu, flu biasanya menjangkiti banyak orang.
Saat ini berbagai negara sedang berlomba mengembangan vaksin virus corona. Masih belum ada obat atau cara pencegahan yang terbukti bisa melawan penyakit COVID-19.
Hingga Kamis (26/3), 200 negara telah melaporkan kasus infeksi dengan total global lebih dari 470 ribu kasus dan 21 ribu kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar