Kamis, 10 September 2020

DKI PSBB Lagi, Sanksi Apa yang Cocok Agar Pelanggarnya Jera?

Untuk menekan angka pasien Corona yang masih terus bertambah, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kembali diberlakukan di DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan kebijakan ini akan di mulai pada 14 September 2020 mendatang.
Menanggapi ini, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, justru merasa khawatir. Ia khawatir masyarakat semakin tidak peduli dengan adanya PSBB ini, dan akhirnya melanggar aturan yang ada karena merasa terlalu jenuh dengan pandemi Corona yang melanda Indonesia 6 bulan ini.

"Yang saya takutkan karena ini (pandemi) sudah berjalan enam bulan, masyarakat nggak peduli, dilanggar semua aturan, bahkan petugas keamanan diajak berantem. Nah kalau sudah begitu, sudah parah," kata Miko pada detikcom, Kamis (10/9/2020).

Melihat ini, Miko merasa perlu ada tindakan hukuman yang diterapkan untuk para pelanggar PSBB. Jika diberikan dalam bentuk hukuman sosial, harus ada standarnya agar si pelanggar bisa kapok.

Miko memberi contoh seperti hukuman sosial yang sempat ramai yaitu peti mati. Lalu, muncul lagi hukuman untuk menyapu jalanan yang dianggapnya kurang efektif karena berubah-ubah.

"Jangan ganti-ganti. Ya peti mati, kemudian ganti menyapu, pokoknya ganti-ganti lah. Jadi harus pasti hukuman sosial yang diberikan," tegas Miko.

"Misalnya menyapu 1 kilometer atau 2 kilometer gitu jadi biar kapok gitu ada hukuman yang tetap," lanjutnya.

Plus-Minus DKI PSBB Lagi, Khawatir Tak Efektif karena Warga Tak Peduli

 Pemerintah DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total, dimulai pada 14 September 2020. Ini dilakukan melihat kondisi rumah sakit yang terancam kolaps karena tidak sanggup menampung pasien terinfeksi virus Corona yang terus bertambah dari hari ke hari.
Menurut Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono, MSc, PSBB Jakarta yang dilakukan saat ini pasti akan jauh lebih baik dari PSBB transisi sebelumnya. Hal ini bisa berdampak pada penanganan COVID-19 yang juga akan semakin bagus lagi.

Namun, agar lebih efektifMiko meminta untuk mempersiapkan tenaga dan fasilitas kesehatan cadangan. Ini karena menurutnyaPSBB ini tidak mungkin bisa langsung menghentikan jumlahpositivity rate yang hampir menyentuh 14 persen.

"Saya minta untuk tenaga dan fasilitas (kesehatan) cadangannya harus disiapkan, karena tidak pasti dalam satu waktu berhenti (positivity rate), masih tetap berjalan," kata Miko saat dihubungi detikcom, Kamis (10/9/2020).

Menurut Miko, PSBB yang akan dijalankan nanti masih PSBB sedang karena masih ada 11 sektor yang dibuka. Masih ada masyarakat yang belum tau tentang PSBB ini, yang kemungkinan akan tidak peduli dengan kondisi kesehatannya.

Selain itu, ia takut orang-orang semakin tidak peduli dan melanggar aturan yang ada karena terlalu jenuh dengan pandemi yang sudah berjalan selama 6 bulan ini.

"Yang saya takutkan karena ini (pandemi) sudah berjalan enam bulan, masyarakat nggak peduli, dilanggar semua aturan, bahkan petugas keamanan diajak berantem. Nah kalau sudah begitu, sudah parah," jelasnya.
https://cinemamovie28.com/how-to-make-ladies-feel-lonely-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar