Minggu, 13 September 2020

Kisah Andhini Jalani Gaya Hidup Zero Waste: Tak Punya Tempat Sampah di Rumah

 Bebas sampah atau dalam bahasa Inggris zero waste adalah gerakan yang mendorong masyarakat untuk mengurangi jumlah sampah dengan meminimalisir penggunaan produk sekali pakai. Gerakan zero waste ini dilakukan demi melestarikan lingkungan.
Gerakan zero waste sudah ada sejak 2002 dan seiring perjalannya semakin banyak diadaptasi oleh mereka yang sadar pentingnya menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Salah satu orang yang menerapkan gaya hidup zero waste dalam kesehariannya ini adalah Andhini Miranda. Andhini mendorong masyarakat untuk iku serta melestarikan lingkungan melalui akun Instagramnya @021suarasampah.

Menurut Andhini sendiri zero waste merupakan gaya hidup untuk mengnolkan sampah. Caranya adalah dengan mencegah, memilah dan mengolah sampah.

"Cegah menggunakan produk yang berpotensi menghasilkan sampah dengan mencari opsi lain yang lebih ramah lingkungan. Pilah sampah yang masih dihasilkan sesuai kategori untuk menghindari sampah tercampur, bau, rusak, agar bisa dimanfaatkan kembali. Olah sampah yang sudah terpilah dengan baik, agar tidak berakhir di TPA, sungai dan juga laut," ungkap Andhini saat dihubungi Wolipop Jumat (11/9/2020).

Andhini pun menceritakan awal mula dirinya menjalani gaya hidup zero waste untuk mengurangi sampah. Dia terpicu ikut melestarikan lingkungan setelah membaca sebuah artikel pada 2012 tentang sampah popok sekali pakai.

"Pospak itu memiliki lapisan plastik, sehingga tidak bisa terurai. Mustahil juga didaur-ulang karena memiliki residu buang air besar dan buang air kecil bayi. Belum lagi pencemaran yang disebakan sampah pospak. Satu bayi dalam satu hari pakai empat pospak, berarti dalam satu bulan ada 120 sampah pospak dan dalam satu tahun ada 1440 sampah pospak. Ini baru sampah pospak yang dihasilkan satu bayi dalam satu rumah. Coba kalikan dengan jumlah bayi dan balita di Indonesia. Dan ini baru satu jenis sampah. Hal ini membuat kami mencari opsi lain, popok yang ramah lingkungan. Dan menggunakan popok kain modern yang bisa dicuci pakai sejak anak kami lahir," tuturnya.

Untuk menularkan gerakan mengurangi sampah, Andhini pun membuat akun Instagram @021suarasampah pada November 2018. Akun Instagram dengan followers lebih dari 6.100 tersebut merupakan platform berbagi praktik mengurangi sampah sehari-sehari yang sebenarnya sudah dilakukannya sejak 2012.

"Apa yang kami lakukan ini penting untuk dibagikan ke banyak orang, karena sekeras apapun usaha kami memutus mata rantai sampah tidaklah efektif jika dilakukan sendiri," ujarnya.

Cara Andhini menerapkan zero waste
Andhini kerap membagikan informasi di akun Instagram @021suarasampah soal bagaimana mengolah barang yang diterimanya agar tidak menjadi sampah yang berakhir di TPA (tempat pembuangan akhir sampah). Salah satu yang dilakukannya adalah ketika dengan terpaksa menerima kemasan plastik.

"Kami bertanggung jawab dengan kemasan yang kami terima. Dengan cara mencuci bersih, menjemur hingga kering, lalu dipilih sesuai dengan kategori sampahnya, untuk kemudian dipakai ulang atau dibawa ke waste manager atau bank sampah terpercaya," kata ibu satu anak itu.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Andhini sebisa mungkin menolak untuk menggunakan produk yang berpotensi menjadi sampah. Baginya daur ulang adalah sebuah pilihan terakhir atau darurat.

"Karena tidak semua kemasan bisa didaur-ulang, kalau pun bisa siklusnya pendek sehingga ujungnya tetap akan berakhir di TPA. Selain itu proses daur-ulang menghasilkan limbah dan menggunakan sumber daya dalam jumlah sangat banyak. Sehingga yang lebih penting untuk dilakukan adalah menolak menggunakan produk yang berpotensi menjadi sampah semaksimal mungkin," tegasnya.

Mengolah kulit sayur dan buah-buahan
Selain meminalisir memakai produk yang berpotensi menjadi sampah, Andhini juga selalu berusaha mengolah sampah rumah tangganya. Sampah organik yang bisa diolahnya seperti kulit sayuran dan buah-buahan.

60% sampah di TPA adalah sampah rumah tangga. Sisa organik yang tidak dikelola dengan baik, akan meningkatkan jumlah karbon di atmosfer, mencemari tanah, mengundang binatang dan penyakit. Kita bisa mengolah sampah dapur menjadi pupuk secara sederhana. Sebelum dijadikan pupuk, beberapa sisa organik bisa diolah untuk dipanjangkan dulu usianya. Seperti kulit bawang, wortel, jeruk dan sisa organik lainnya, untuk menundanya menjadi sampah. Bonusnya: kita dapat cairan pembersih dan makanan baru secara gratis," ujarnya.
https://kamumovie28.com/lupin-the-third-alcatraz-connection/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar