Mengolah kulit sayur dan buah-buahan
Selain meminalisir memakai produk yang berpotensi menjadi sampah, Andhini juga selalu berusaha mengolah sampah rumah tangganya. Sampah organik yang bisa diolahnya seperti kulit sayuran dan buah-buahan.
60% sampah di TPA adalah sampah rumah tangga. Sisa organik yang tidak dikelola dengan baik, akan meningkatkan jumlah karbon di atmosfer, mencemari tanah, mengundang binatang dan penyakit. Kita bisa mengolah sampah dapur menjadi pupuk secara sederhana. Sebelum dijadikan pupuk, beberapa sisa organik bisa diolah untuk dipanjangkan dulu usianya. Seperti kulit bawang, wortel, jeruk dan sisa organik lainnya, untuk menundanya menjadi sampah. Bonusnya: kita dapat cairan pembersih dan makanan baru secara gratis," ujarnya.
Andhini mengatakan ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah rumah tangga. "Banyak sekali sisa organik yang bisa diolah. Seperti kulit telur, kulit pisang, dan air cucian beras yang bisa dijadikan pupuk. Tapi fokus mengurangi sampah adalah bukan di pengelolaan, namun di pencegahan. Bagaimana mengonsumsi secara sadar dan sesuai kebutuhan, sehingga tidak ada sisa, juga tidak menghasilkan sampah," katanya.
Tidak ada televisi dan tempat sampah di rumah
Selain menerapkan zero waste, Andhini mengatakan dia dan keluarganya sengaja tidak memiliki televisi dalam rumah. Dan di rumahnya pun tak ada tempat sampah. Kenapa demikian?
"TV cenderung membuat masyarakat menjadi konsumtif. Dengan meniadakan TV, berarti menekan hasrat untuk belanja yang tidak diperlukan. Kami juga hidup tanpa tempat sampah di rumah sejak tahun 2018. Dengan tidak adanya tempat sampah, saat membeli sesuatu kami jadi berpikir 'sampahnya akan dikemanakan, kan nggak punya tong sampah'. Hal ini bikin kami lebih bijak dalam mengonsumsi. Dengan meniadakan tempat sampah, juga membuat proses pemilahan sampah lebih mudah, karena sampah belum sempat tercampur. Sehingga tidak ada satupun sampah yang tersetor ke tukang sampah," paparnya.
Tak hanya itu saja, Andhini dan keluarganya juga berinisiatif untuk menghasilkan produk keperluan rumah tangga sendiri. Mulai dari sabun cuci piring, baju, mandi, shampo, pasta gigi, pembersih lantai hingga pupuk pengusir hama alami dibuatnya dengan memanfaatkan sampah.
Menjalani hidup zero waste, adakah kesulitan yang dihadapi Andhini? Dia mengatakan tantangan terbesarnya adalah saat menerima bingkisan dari orang lain.
"Karena datangnya tiba-tiba dan tidak bisa diantisipasi. Lalu, hampir semua produk yang dijual di pasaran menggunakan kemasan sekali pakai, sehingga perlu melihat dari perspektif berbeda untuk mendapat opsi lain yang ramah lingkungan," ujarnya.
Dan pastinya Andhini juga kerap mendapatkan komentar tidak sedap dari penerapan gaya hidup zero waste yang dijalaninya. Selama delapan tahun menjalani gaya hidup zero waste, ada saja komentar negatif yang kerap membuatnya sedih.
"Manusiawi ya. Tapi karena kami tau tujuan kenapa kami melakukannya, ya tetap maju terus pantang mundur," tutupnya.
https://kamumovie28.com/the-protector-2-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar