Kabar baik datang dari salah satu produsen vaksin COVID-19 asal Amerika Serikat, Pfizer, yang baru mengumumkan hasil uji klinisnya pada anak dan remaja. Disebutkan, vaksin ini aman dan efektif bagi anak usia 12-15 tahun.
Temuan ini cukup penting karena di banyak tempat, sekolah tatap muka akan kembali dibuka. Tidak terkecuali di Indonesia. Rencana ini dibayangi kekhawatiran karena hingga kini belum ada satupun vaksin COVID-19 yang disetujui penggunaannya pada anak dan remaja di bawah usia 18 tahun.
Selain Pfizer, sejumlah produsen vaksin COVID-19 juga berlomba-lomba mendapatkan data keamanan dan kemanjuran produknya pada anak dan remaja. Uji klinis vaksin telah dan sedang dilakukan di sejumlah negara demi mendapat persetujuan untuk dipakai pada anak-anak.
Moderna misalnya, baru-baru ini telah mengawali uji klinis vaksin berbasis mRNA pada anak usia 6 bulan hingga 11 tahun. Dikutip dari CNN, uji klinis ini melibatkan partisipan sebanyak 4.644 anak dan diperkirakan selesai akhir 2021.
Selain itu, Johnson and Johnson juga telah mengumumkan rencananya untuk memulai uji coba pada anak usia 12 hingga 18 tahun. Demikian juga perusahaan asal Inggris, AstraZeneca, yang akan segera melakukan uji klinis pada usia 6-17 tahun.
Mengingat sudah ada vaksin yang menyelesaikan uji klinis pada anak, kapan Indonesia akan menyuntikkannya pada anak sekolah?
Juru bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi belum bisa memastikan hal itu. Yang pasti, vaksinasi COVID-19 saat ini diprioritaskan bagi para guru dan tenaga pendidik dan belum untuk siswa.
"Kita menunggu rekomendasi WHO/Sage tentang vaksinasi pada anak dan vaksin apa saja yang bisa digunakan ya," kata dr Nadia dalam pesan singkat kepada detikcom Jumat (2/4/2021).
Untuk bisa memberikan vaksin kepada anak sekolah, dr Nadia menyebut perlu ada rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE). Rekomendasi yang dimaksud, hingga saat ini belum ada.
https://kamumovie28.com/movies/ice-age-a-mammoth-christmas/
Habis Olahraga, Ganti Baju! Ini Akibatnya Jika Keringat Kering di Badan
Akhir pekan menjadi waktu yang tepat untuk berolahraga setelah seminggu beraktivitas. Tapi, pastinya kegiatan tersebut akan membuatmu berkeringat dan pastinya menyebabkan bajumu basah.
Tapi, sebelum istirahat pastikan sudah mengganti baju ya. Jika tidak, bisa memicu timbulnya masalah kesehatan. Kok bisa?
Dikutip dari Livestrong, beristirahat setelah berolahraga dengan baju yang basah bisa membuatmu rentan mengalami masalah pada kulit, hingga memicu munculnya jerawat.
"Kelembaban pakaian yang berkeringat bisa dengan mudah menahan bakteri. Jika tidak mengganti pakaian atau mandi, bakteri itu bisa menyumbat pori-pori dan menyebabkan munculnya jerawat," jelas dokter kulit di Miami dr Annie Gonzalez, MD.
Tak hanya bakteri, pakaian yang lembab karena keringat juga bisa memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, bisa terasa gatal dan seperti luka merah terbakar pada lipatan kulit di berbagai lipatan tubuh.
Selain masalah pada kulit, beristirahat dengan baju yang lembab pasca olahraga juga bisa meningkatkan risiko infeksi genital.
Menurut John Hopkins Medicine, beristirahat dengan menggunakan pakaian yang basah karena keringat bisa mengganggu jamur alami di area vagina atau penis. Hal itu bisa menyebabkan sensasi seperti terbakar, gatal, hingga keluar cairan.
"Tapi, jika latihannya ringan, seperti yoga atau peregangan, dan orang tersebut tidak mengeluarkan banyak keringat, kemungkinan besar mereka tidak akan dirugikan dengan tetap menggunakan pakaian yang sama," kata Dr Gonzalez.
Untuk mencegahnya terjadi, disarankan untuk segera mandi setelah berolahraga. Tak lupa juga menggunakan pakaian yang kering dan juga bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar