PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Asuransi Jasindo telah menyelesaikan klaim Satelit Palapa N1 (Nusantara Dua). Satelit Palapa N1 sendiri diluncurkan pada April lalu dari China namun gagal mengorbit.
Pembayaran klaim berdasarkan pengumpulan bukti kerugian serta telah terbitnya Proof of Loss (PoL) yang telah ditandatangani oleh PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera Group atau PSNS yang juga klien Asuransi Jasindo.
Klaim yang diselesaikan sebesar US$ 35 juta atau sekitar Rp 493,5 miliar (asumsi kurs Rp 14.100)
"Selain itu, seluruh space underwriter internasional pun telah menyetujui dan menandatangani dokumen klaim, dan klaim diselesaikan full insured value sebesar US$ 35 juta," kata Direktur Operasional Asuransi Jasindo Dodi Susanto dalam keterangannya, Selasa (7/12/2020).
Untuk diketahui, Satelit Palapa N1 meluncur dari Xichang Satellite Launch Center (XLSC), Xichang, China, Kamis (9/4). Tapi, terjadi kegagalan pada 3rd stage atas launch vehicle dan kemudian satelit hilang.
Usai kejadian itu, Jasindo kemudian berkoordinasi dengan pihak internal maupun eksternal seperti klien, reinsurance broker dan reinsurer untuk penanganan klaim. Dodi menuturkan, pihaknya berupaya menyelesaikan klaim termasuk klaim kategori specialty risk (risiko khusus) sesuai ketentuan di dalam polis.
"Karena kami adalah asuransi umum milik negara yang memiliki pengalaman dalam menangani asuransi specialty risk seperti asuransi satelit, aviasi dan energy offshore. Sejak 1976 kami telah menangani 22 asuransi peluncuran satelit dan telah menyelesaikan klaim asuransi satelit sekitar US$ 567 juta. Tahun lalu kami juga telah menyelesaikan pembayaran klaim sebesar Rp 876 miliar untuk industri offshore," terangnya.
Dodi memastikan, pihaknya mengedepankan proses bisnis yang prudent di antaranya pemilihan reinsurer dengan international rating, serta kerja sama dengan global reinsurance broker yang memiliki pengalaman dan reputasi baik.
https://indomovie28.net/movies/indecent-proposal/
13.000 Pelosok Belum Terhubung Internet, Apa Biang Keroknya?
Digitalisasi di Indonesia belum bisa dirasakan oleh semua masyarakat terutama di pedesaan. Terbukti ada sekitar 13.000 daerah pelosok yang belum terhubung dengan sinyal, sehingga tidak bisa mengakses internet.
Ketua Dewan Pengawas Koperasi Satelit Desa Indonesia (KSDI), Budiman Sudjatmiko menilai alasan utamanya adalah perusahaan besar baik itu BUMN maupun swasta malas masuk ke desa. Sebab kemungkinan desa dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi.
"Ada sekitar 13.000 desa masih blank spot. Masalahnya perusahaan besar baik itu BUMN maupun swasta ini agak males masuk desa yang di pelosok karena mungkin dianggap tidak menguntungkan secara ekonomi," kata Budiman dalam webinar bertajuk 'Strategi Hadapi Resesi Ekonomi, Prioritas Dibangun Desa atau Kota?" Minggu (9/8/2020).
Program yang dibuat pemerintah seperti palapa ring saja dinilai belum cukup untuk membuat perusahaan besar mau blusukan ke desa karena pasarnya dianggap tidak menguntungkan.
"Palapa ring itu ibarat jalan tol, tapi jalan keluar-masuk kampungnya di kanan-kiri itu belum terdigitalkan sehingga banyak perusahaan-perusahaan besar malas masuk karena mungkin secara pasar tidak menguntungkan," tuturnya.
Untuk itu, pihaknya sedang mendorong masing-masing Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk membuat internet service provider (ISP) secara mandiri. Untuk dananya BUMDes bisa bekerja sama dengan perusahaan teknologi swasta yang mau berinvestasi.
"Jadi orang desa nanti beli pulsa di desa, beli paket datanya di desa, kita lagi dorong itu. Nunggu perusahaan besar masuk sana susah yaudah BUMDes-nya saja kita dorong, kita sambungkan dengan perusahaan-perusahaan internet yang mau peduli dan ayo bikin kolaborasi usaha teknologi yang dimiliki oleh kota yang mau blusukan ke desa," tuturnya.
Dengan begini, diharapkan 100% desa secara bertahap bisa menerapkan digitalisasi. Head of Consulting, International Contact Partner RSM Indonesia Angela Simatupang yakin hal itu bisa terwujud jika dilakukan dengan tekad yang kuat.
"Ini hanyalah masalah kemauan. Komitmen sudah pasti harus ada karena kalau tidak ada komitmen sebanyak apapun rencana tidak akan jalan. Selain itu, mindset dari masyarakat kita juga perlu dibuat lebih terbuka," katanya dalam kesempatan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar