Senin, 14 Desember 2020

Dubes RI Ceritakan Kerasnya Penegakan Protokol Kesehatan COVID-19 di UEA

 Duta Besar Indonesia untuk Uni Emirat Arab (UEA), Husin Bagis, bercerita tentang ketatnya protokol kesehatan COVID-19 di UEA selama pandemi Corona.

Husin mengatakan, penegakkan protokol kesehatan di UEA sangatlah tegas dan tak pandang bulu. Apabila ada orang yang melanggar, maka akan langsung didenda.


"Di UEA itu aturannya sangat keras. Kalau Anda tidak pakai masker bisa kena denda, mobil 4 orang kena denda. Dendanya langsung, mau orang lokal atau non lokal tetap harus bayar," kata Husin dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 di YouTube, Senin (14/12/2020).


"Jadi betul-betul law enforcement berlaku di UEA. Akibatnya, mereka bisa mengontrol tingkat perluasan COVID di UEA," lanjutnya.


Selain itu, Husin menyebut pemerintah UEA memantau ketat pasien COVID-19 yang masih dalam masa isolasi atau karantina. Mereka yang dinyatakan positif Corona akan diberikan semacam 'gelang COVID-19' untuk memantau pergerakan pasien.


"Dan yang lebih canggih, monitor mereka canggih. Jadi kalau orang sudah kena (positif Corona) dan dapat gelang COVID monitor, 14 hari dikarantina itu nggak bisa kemana-mana. Dimonitor betul-betul dia, lebih dari 50 meter kena denda," jelasnya.


Sementara itu, kata Husin, di dalam KBRI di UEA protokol kesehatannya juga dijaga ketat, dari pengecekan suhu hingga fasilitas swab test apabila ada yang diketahui positif COVID-19.


"Selama ini kami sering melakukan swab test. Apabila ada kasus satu orang, langsung kita swab test semua. Alhamdulilah sampai hari ini semuanya ok," ujarnya.


Husni juga melaporkan, saat ini sudah ada 18 juta orang yang menjalani swab test di UEA. Dari jumlah itu, 183 ribu orang terjangkit COVID-19 dan 163 ribu lainnya telah dinyatakan sembuh.


"Hanya 600 meninggal, sisanya dalam proses recovery. Jadi tingkat kesembuhan tinggi mengingat banyak fasilitas kesehatan yang memadai dan sarana penunjang teknis yang menunjang di UEA," lapornya.

https://trimay98.com/movies/cjr-the-movie-fight-your-fear/


Akui Kelelahan Atasi COVID-19, Ratusan Nakes di Negara Ini Mengundurkan Diri


Swedia harus menjalani pandemi COVID-19 saat banyak tenaga medis memilih mengundurkan diri. Pasalnya, sejak menangani wabah COVID-19 di gelombang pertama, jumlah nakes mengundurkan diri di Swedia terus meningkat.


Hal ini diceritakan Sineva Ribeiro, Ketua Asosiasi Profesional Kesehatan Swedia. Ia mengaku situasi pandemi COVID-19 seiring dengan kurangnya jumlah nakes semakin memburuk.

Begitu pula dengan ketersediaan tempat tidur di beberapa ICU Swedia. Beberapa rumah sakit kewalahan akibat jumlah pasien COVID-19 yang terus meningkat saat para nakes yang menangani pasien kini terbatas.


Dikutip dari Bloomberg, perkembangan tersebut menunjukkan bahwa bahkan negara-negara dengan sistem perawatan kesehatan universal sedang berjuang untuk mengikuti krisis COVID-19. Pekan ini, kapasitas perawatan intensif Stockholm, Swedia, mencapai 99 persen, mendorong panggilan bantuan dari luar.


Namun, tentu kapasitas ICU bukan satu-satunya persoalan besar saat para tenaga kesehatan kelelahan dan kini memutuskan mengundurkan diri.


"Kekhawatiran yang lebih besar sekarang adalah apakah Swedia memiliki cukup petugas kesehatan dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk merawat pasien paling sakit," jelas Ribeiro.


"Saat ini jumlah orang yang memenuhi syarat lebih sedikit daripada yang ada di musim semi yang membuat lebih sulit untuk meningkatkan kapasitas ICU," kata Ribeiro.


Disebutkan juga, semakin banyak nakes yang putus asa dan memilih cuti di waktu yang bersamaan saat kasus COVID-19 kembali melonjak. Sebuah survei oleh penyiar TV4 di Swedia menunjukkan bahwa di 13 dari 21 wilayah Swedia, pengunduran diri tenaga kesehatan meningkat dari tahun lalu, sebanyak 500 per bulan.

https://trimay98.com/movies/check-the-store-next-door/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar