Selasa, 25 Agustus 2020

Jokowi: RI Produksi Vaksin Kira-kira Desember-Januari

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan saat ini semua sektor usaha mengalami kesulitan dihantam pandemi virus Corona. Hal ini diungkapkan Jokowi saat memberikan bantuan Presiden produktif kepada pelaku UMKM.
Jokowi mengatakan kemungkinan posisi sulit yang saat ini dihadapi semua pihak akan selesai saat vaksin Corona sudah ada dan masyarakat pun divaksinasi.

"Semuanya berada dalam posisi sulit karena virus Corona. Kita mungkin akan kembali pada posisi normal saat semua penduduk divaksinasi baru," ujar Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (25/8/2020).

Sementara itu menurutnya vaksin kemungkinan baru bisa diproduksi Indonesia pada bulan Desember 2020 atau Januari 2021. Kemungkinan vaksinasi pun baru bisa dilakukan pada bulan tersebut.

"Kita produksi vaksin kira-kira bulan Desember atau Januari, sehingga nanti divaksinnya sekitar bulan itu," kata Jokowi.

Pemerintah sendiri sudah memberikan bantuan kepada para pelaku UMKM bantuan diberikan sebesar Rp 2,4 juta. Bantuan ini akan diberikan kepada 12 juta pelaku UMKM di seluruh Indonesia.

Bantuan diberikan langsung kepada pelaku UMKM melalui rekening bank-nya. Paling lambat bantuan ini akan selesai didistribusikan ke 12 juta pelaku UMKM per bulan September

"Maka bapak ibu pelaku usaha, harus tetap kerja keras, semangat. Agar kehidupan ekonomi kita tetap pada posisi baik," ujar Jokowi.

Pertamina Rugi Rp 11 T, Gak Ada 'Ahok Effect'?

 Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pertamina (Persero) mencatat kerugian US$ 767,92 juta atau setara dengan Rp 11,13 triliun (kurs Rp 14.500) pada periode semester I 2020.
Kerugian ini terjadi karena penurunan penjualan yang drastis hingga 19,84% menjadi hanya US$ 20,48 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 25,55 miliar.

Apakah kondisi ini mencerminkan Ahok Effect nggak ngefek lagi di Pertamina?

Menanggapi hal tersebut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro mengungkapkan kondisi ini merupakan dampak keras dari pandemi COVID-19 yang terjadi dan menekan seluruh sektor perekonomian.

"Kalau ada yang mengaitkan dengan pak komut (Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama/Ahok) ya wajar, karena pak Komut juga suka overclaim. Tapi kondisi ini sebenarnya wajar, karena memang bisnis juga sedang turun," kata dia saat dihubungi detikcom, Selasa (25/8/2020).

Dia mengungkapkan, penjualan Pertamina yang merosot drastis juga menjadi penyebab tingginya kerugian ini. Komaidi menyebut kondisi ini juga terjadi di perusahaan-perusahaan migas lain seperti Exxon, Total hingga Shell yang mengalami penurunan dengan jumlah yang lebih besar.

"Pandemi ini kan bikin permintaan turun ya, penjualan pasti rendah. Memang perusahaan migas saat ini di hulu kena di hilir kena. Ya harus menunggu situasi ekonomi membaik baru bisa ikut membaik," jelas dia.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengungkapkan dengan kerugian ini Pertamina tidak bisa berkontribusi untuk sumber dana APBN, pembukaan lapangan kerja hingga pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia kondisi merugi ini menempatkan Pertamina sebagai liabilities (beban), bukan aset bangsa.
https://kamumovie28.com/sexy-womens-gambling-battle-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar