Para ilmuwan di Inggris telah memulai uji coba untuk melihat kekebalan yang dihasilkan dari pencampuran dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Pfizer dalam dua suntikan. Penelitian ini dilakukan untuk menghadapi varian baru COVID-19 yang telah banyak ditemukan.
Virus Corona terus bermutasi dan dikhawatirkan lebih cepat menular daripada jenis lainnya, termasuk varian Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil.
Uji coba ini akan memeriksa respons imun dari dosis awal pemberian vaksin Pfizer yang diikuti oleh booster dari AstraZeneca, begitu pula sebaliknya, dengan interval 4 dan 12 minggu.
Matthew Snape, ahli vaksinasi Oxford yang memimpin uji coba, mengatakan hasil awal dapat menginformasikan penerapan vaksin pada paruh kedua tahun ini.
"Kami akan mendapatkan beberapa hasil, kami perkirakan, pada bulan Juni atau sekitar itu, yang akan menginformasikan penggunaan dosis di masyarakat umum," katanya dikutip dari Reuters.
Baik suntikan mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer dan Biontech dan vaksin vektor virus adenovirus yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca saat ini sedang disuntikkan pada warga Inggris, dengan jeda 12 minggu antara dua dosis vaksin yang sama.
Uji coba ini tidak akan menilai efikasi keseluruhan dari kombinasi suntikan, tetapi peneliti akan mengukur respon antibodi dan sel-T, serta memantau setiap efek samping yang tidak terduga.
Data awal tentang tanggapan kekebalan diharapkan dihasilkan sekitar bulan Juni.
Para peneliti Inggris di balik uji coba tersebut mengatakan bahwa data mengenai memvaksinasi orang dengan dua jenis vaksin Corona yang berbeda dapat membantu memahami apakah suntikan dapat diluncurkan dengan fleksibilitas yang lebih besar, dan bahkan mungkin meningkatkan kekebalan.
Para peneliti Inggris di balik uji coba tersebut mengatakan data mengenai memvaksinasi orang dengan dua jenis vaksin Corona yang berbeda dapat membantu pemahaman tentang apakah suntikan dapat dilakukan dengan lebih fleksibel di seluruh dunia.
https://tendabiru21.net/movies/nineteen-shh-no-imagining/
Ini Perbedaan Harga Vaksin Sinovac Vs Pfizer, Mana yang Lebih Murah?
Pemerintah telah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Penetapan keenam vaksin COVID-19 tersebut berada dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9860 Tahun 2020, termasuk di antaranya vaksin Sinovac dan Pfizer.
"Menetapkan jenis vaksin Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd, sebagai jenis vaksin COVID-19 yang dapat digunakan untuk pelaksanaan vaksinasi di Indonesia," tulis keputusan tersebut, dikutip pada Minggu (6/12/2020).
Dikutip dari berbagai sumber, berikut harga vaksin Sinovac vs Pfizer.
Sinovac
Sebelum membahas soal harga vaksin sinovac vs Pfizer, kita bahas dulu soal vaksin Sinovac dikembangkan oleh perusahaan farmasi asal China. CoronaVac adalah nama untuk vaksin COVID-19 Sinovac.
Ini adalah vaksin pertama yang berhasil didapatkan oleh pemerintah Indonesia dan dipakai untuk memulai program vaksinasi. Vaksin yang dibuat dengan teknologi inactivated virus alias memanfaatkan virus yang sudah dilemahkan.
Corporate Secretary PT Bio Farma, Bambang Heriyanto, pernah memprediksi harga vaksin Corona Sinovac sekitar Rp 200.000 per dosisnya.
"Produksi bulk dari Sinovac kami sudah coba hitung dan tujuannya tetap tidak memberatkan pemerintah. Kisarannya di Rp 200 ribu. Itu masih kisaran ya, mudah-mudahan bisa lebih murah lagi," kata Bambang beberapa waktu lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar