Selasa, 25 Februari 2020

Cagar Alam Tangkoko Berusia 100 Tahun, Patung Alfred Wallace Diresmikan

Cagar Alam Tangkoko di Bitung Sulawesi Utara hari ini tepat berusia 100 Tahun. Alfred Russell Wallace pun diresmikan, untuk mengenang ilmuwan legendaris ini.

Tepat pada hari ini, 100 tahun lalu, Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Tangkoko sebagai salah satu Cagar Alam yang dilindungi di Indonesia. Kini 100 tahun kemudian, Pemerintah Kota Bitung menggelar peringatan acara 100 Tahun berdirinya Cagar Alam Tangkoko.

Acara digelar di area Cagar Alam Tangkoko Batoeangoes, Batu Putih, Bitung, Sulawesi Utara. Jaraknya sekitar 60 km dari Kota Manado . Hadir dalam acara, Direktur British Council Indonesia, Paul Smith, lalu ada Walikota Bitung, Max J Lomban, Direktur Konservasi Sumberdaya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno, beserta jajarannya.

Patung ilmuwan legendaris, Alfred Russell Wallace pun diresmikan untuk menandai peringatan 100 tahun ini. Alfred Wallace meneliti berbagai lokasi di Indonesia, termasuk Tangkoko lebih dari 150 tahun yang lalu dan mengungkapkan banyak flora dan fauna yang mengejutkan dunia.

"Hari ini kita di sinj untuk merayakan pria ini. Pria yang berasal dari negara saya, Inggris. Dia berjalan di hutan ini, lebih dari 150 tahun yang lalu ketika belum ada jalanan, hanya hutan. Dia adalah ilmuwan dan ahli biologi yang hebat, lebih dari itu dia adalah pria yang berkomitmen dengan keanekaragaman hayati," ujar Paul Smith, Direktur British Council Indonesia dalam sambutannya, Kamis (21/2/2019).

Ide awal pendirian patung ini berasal dari Walikota Bitung, Max J Lomban. Patung ini dibangun untuk menghargai jasa Wallace bagi ilmu pengetahuan.

"Wallace ini selain tokoh lingkungan, juga mengeluarkan yang namanya Wallace Line dan Wallace Area. Wallace Line membagi Indonesia jadi 2 wilayah besar, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan ke Benua Asia, serta Sulawesi ke Timur ke Benua Australia," imbuh Max J Lomban, Walikota Bitung.

Patung Wallace ini juga bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Cagar Alam Tangkoko. Patung ini bahkan diberikan chip yang bisa di-scan wisatawan agar memperoleh informasi soal Wallace dan juga Cagar Alam Tangkoko.

"Patung ini sudah diberi chip. Nantinya wisatawan bisa men-scan supaya bisa tahu lokasi patung ini," pungkas Wiratno, Dirjen KSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Acara peresmian ini berlangsung meriah. Hiburan tari-tarian daerah juga ditampilkan untuk menghibur para tamu VVIP. Patung Wallace ini dibuat oleh seniman bernama Hendra Susanto. Traveler bisa melihat patung Wallace ini jika berkunjung ke Cagar Alam Tangkoko.

Telaga Biru Wopersnondi, Kepingan Surga di Tanah Biak

Biak punya telaga biru yang cantiknya luar biasa. Namanya Telaga Biru Wopersnondi, telaga biru tanpa edit-edit!

Dijuluki sebagai Kota Karang Panas,Biak menyimpan banyak keindahan tersembunyi yang masih belum banyak terekspos. Salah satunya Telaga Biru Samares, memiliki air biru yang jernih sepanjang waktu dan tepat berada di tengah hutan, membuat telaga yang disebut juga Telaga Wopersnondi ini wajib kalian kunjungi saat berwisata ke Biak.

Berada tepat diantara rerimbunan pohon besar di tengah hutan, begitu memasuki kawasan ini, d'traveler akan serasa masuk ke dalam negeri dongeng.

Bagaimana tidak, dengan menyusuri jalan setapak kita akan dituntun menuju telaga yang airnya berwarna sangat biru. Wow, saya langsung speechless begitu melihatnya secara langsung. Saya kira yang selama ini saya lihat di sosial media begitu indah karena hasil editan. Ternyata aslinya jauh lebih indah.

Tak berhenti sampai disitu, selain airnya yang berwarna biru. Air di telaga Wopersnondi ini sangat jernih, sehingga D'traveler dapat melihat dengan jelas dahan dan ranting-ranting pohon yang menghiasi dasar telaga ini. Ahh indah sekali sejauh mata memandang.

Selain itu disekeliling telaga Wopersnondi sendiri sudah dibangun beberapa fasilitas. Seperti bangku untuk para pengunjung, Spot foto, juga tempat- tempat sampah.

Wopersnondi berasal dari bahasa Biak yang artinya melompat (Woper) dan Pria (Snon). Konon, katanya dahulu di telaga ini banyak lelaki dari desa terdekat, desa Sepse, yang suka mandi dengan cara melompat. Maka Wopersnondi diartikan sebagai pria yang melompat.

Untuk menuju telaga wopersnondi D'traveler harus menempuh perjalanan sekitar 2 jam dari pusat kota Biak. Harus sangat berhati-hati, karena medan yang ada cukup rawan, karena terdiri dari banyak tanjakan dan tikungan tajam. Jadi pastikan kendaraan dalam kondisi baik, ketika akan menuju tempat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar