Jumat, 21 Februari 2020

Tahu Nggak, Trenggalek Punya Air Terjun yang Cantik

Liburan ke Trenggalek, ada air terjun cantik yang menunggu kamu. Namanya Air Terjun Urang Kambu, dengan kolamnya yang jernih di tengah hutan tropis.

Akhir pekan sudah di depan mata, saatnya melepas penat setelah sepekan disibukkan setumpuk pekerjaan, salah satu destinasi yang layak anda coba adalah Air Terjun Urang Kambu di Trenggalek. Air terjun ini memiliki masih alami dan terjaga kesegarannya.

Keasrian akan langsung dirasakan setiap pengunjung yang datang di kawasan wisata air terjun Urang Kambu di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Trenggalek. Deraian air terjun dari tebing setinggi 15 meter akan menjadi pesona tersendiri, terlebih kejernihan air yang ada pada kolam di bawahnya seakan menggoda dan menantang pengunjung untuk berenang.

Namun pastikan anda memiliki keahlian berenang jika ingin menikmati air terjun tersebut, karena kolam yang ada di bawahnya memiliki ke dalam hingga tiga meter.

Air terjun yang berada di komplek wisata Banyu Nget ini berada di tengah hutan tropis yang masih terjaga kelestariannya. Aneka pepohonan mulai dari durian manggis hingga berbagai tanaman lainnya tumbuh subur dan memayungi destinasi tersebut.

Menurut salah seorang pengelola, air terjun Urang Kambu Winarto, wisata yang berada di bawah pengelolaan Perhutani. Nama air terjun Urang Kambu sendiri berasal dari julukan masyarakat sekitar, sebab lokasi aliran air terjun ini banyak ditemukan udang air tawar atau biasa disebut Urang Kambu.

"Sehingga disebutlah air terjun Urang Kambu. Air yang mengalir ini berasal dari beberapa sumber yang ada di tengah hutan, sehingga meskipun kemarau, airnya tetap mengalir," kata Winarto.

Selain mandi di air terjun, pengunjung juga bisa memacu adrenalin dengan melakukan panjat dinding di lokasi air terjun. Namun wahana panjat tersebut mendapatkan pendapingan dari tim ahli.

Masih di Indonesia, Kisah Orang-orang Pemakai Bahasa Isyarat

Apa traveler yang pernah ke Bali memperhatikan hal unik ini. Di sana ada sekelompok warga yang memakai bahasa isyarat.

Melansir BBC Travel, Selasa (26/2/2019), Kata Kolok secara harfiah berarti tuli dalam bahasa Indonesia. Ini adalah bahasa isyarat unik yang merupakan sarana komunikasi utama hanya untuk 44 orang saja di Bali.

Ceritanya diawali oleh Kolok Getar, seorang lelaki tua. Sambil duduk bersila di lantai beton ia mulai bercengkrama dengan teman-temannya, tentu dengan bahasa isyarat.

Kolok Getar menunjuk ke deretan telapak tangan yang bergoyang menunjuk ke sebuah perbukitan. Jari-jarinya membentuk bentuk bola besar dan dia mengirimkan makhluk halus ke pohon kelapa imajinasi.

Lingkaran teman-temannya yang duduk di lantai di sekelilingnya bertepuk tangan diiringi ledakan tawa. Seluruh percakapan itu telah terjadi tanpa sepatah kata pun diucapkan.

Cerita di atas ada di Bengkala. Ini adalah desa yang berada di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali, Indonesia yang dikenal memiliki puluhan warga berkekurangan, tuli-bisu atau dikenal sebagai kolok.

Selama sekitar enam generasi, sebagian besar warga Bengkala itu telah lahir tuli. Oleh penduduk setempat selama bertahun-tahun dikaitkan dengan kutukan, tetapi para ilmuwan baru-baru ini menemukan gen resesif (dikenal sebagai DFNB3) yang selama beberapa dekade mengakibatkan sekitar satu dari 50 bayi di desa terlahir tuli.

Karena kekurangan tersebut, lebih dari setengah orang yang bisa mendengar di Desa Bengkala juga belajar Kata Kolok. Hal ini semata-mata untuk kepentingan berkomunikasi dengan anggota keluarga dan teman-teman tunarungunya.

Sangat sedikit wisatawan yang menempuh perjalanan dua jam dari pusat wisata Ubud melintasi gunung ke daerah pedalaman pesisir Bali utara. Ini menjadikannya salah satu kawasan termiskin di Pulau Bali.

Sebagian besar kolok di Bengkala membentuk subsistem pertanian yang hasilnya cukup untuk keluarga dan ada pula yang berprofesi sebagai penjaga keamanan dan penggali kubur. Kini, Kolok Getar menghidupkan kembali seni bela diri bersama teman-temannya.

Kolok Getar juga lainnya sulit berkomunikasi dengan orang tuli baru dikenal. Hal itu dikarenakan versi komunikasi yang berbeda dengan yang ada di Bengkala dan itu membuat mereka sering kesepian karena hanya bisa berkomunikasi dengan keluarga dekat saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar