Saya berkesempatan untuk memasuki satu rumah penduduk. Terdapat 2 ruangan di dalam rumah tersebut. Ruangan pertama untuk tempat beristirahat anggota keluarga, dan ruangan kedua yang letaknya lebih dalam dan lebih tinggi dari ruangan pertama adalah kamar untuk anak gadis sekaligus ruangan yang difungsikan sebagai tempat melahirkan. Ruangan ini juga disatukan dengan dapur di luarnya.
Ruangan bagi anak gadis dibuat lebih di dalam bertujuan agar anak gadis tersebut aman. Karena satu tradisi yang tidak kalah uniknya di Desa Sade adalah pernikahan dilakukan bila seorang pemuda berhasil menculik gadis yang ia senangi, atau seorang pemuda dan gadis dari Desa ini menikah dengan melarikan diri atau kabur.
Jadi keluarga sangat melindungi anak gadis mereka dengan membuat kamar peristirahatannya tidak mudah dijangkau. Karena apabila berhasil diculik, si gadis maupun pihak keluarga harus melaksanakan pernikahan tersebut. Pernikahan di Desa Sade dilakukan antar penduduk sesama desa yang sebenarnya masih dalam satu garis keturunan. Hal ini bertujuan agar kelestarian dan tradisi mereka tetap bertahan.
Terdapat rumah yang lebih kecil daripada rumah masyarakat Desa Sade pada umumnya. Rumah ini hanya terdiri dari satu ruangan. Rumah ini diperuntukan untuk pasangan yang baru menikah atau masyarakat yang sudah memasuki usia lansia.
Kondisi tidak terlalu ramai ketika saya mengunjungi Desa Sade, berdasarkan penjelasan guide masyarakat disana sedang berkebun. Mata pencaharian penduduk Desa Sade adalah berkebun kapas dan jagung, dan menenun. Para wanita di Desa Sade diwajibkan untuk bisa menenun.
Kebanyakan masyarakat Desa Sade tidak mengenyam pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Terlihat dari saat saya berkomunikasi dengan penduduk untuk menawar kain tenun yang mereka jual, penduduk tersebut tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia, sehingga memang diperlukan bantuan guide dalam hal komunikasi ini.
Banyak hal yang bisa dilakukan di Desa Sade selain berjalan-jalan melihat keunikan Desa tersebut, keseharian penduduk wanita desa yang selalu menenun membuat para pengunjung bisa mencoba menenun mulai dari mencoba cara memintal benang, sampai bagaimana cara menenun kain. Masyarakat di sanapun sangat ramah dalam mengajari pengunjung.
Jika kalian ingin berbelanja kain tenun atau souvenir khas sasak di Desa Sade, jangan khawatir untuk menawar karena kain yang semula dijual Rp 250.000 saya bisa tawar menjadi Rp150.000.
Banyak hal yang membuat saya tercengang dengan tradisi masyarakat suku Sasak di Desa Sade.
Mulai dari bagaimana bisa mereka tinggal di rumah yang sangat sempit berdasarkan tanah liat yang ternyata di pel menggunkan kotoran sapi agar retakan-retakan rumah kembali menyatu, bagaimana bisa menikah dengan orang yang berhasil menculik kita, dan banyak keunikan lainnya seperti mandi di suatu lokasi yang sama karena tidak ada kamar mandi disetiap rumah, melainkan hanya ada tempat permandian yang bisa digunakan oleh masyarakat.
Segera kunjungi Desa Sade agar d'travellers bisa merasakan sendiri bagaimana mencengangkannya tradisi masyarakat suku Sasak di Desa Sade ini.
Jangan khawatir bagaimana cara berangkatnya, karena di tiket.com #semuaadatiketnya. Melalui aplikasi mobile tiket.com, kalian bisa memesan pesawat menggunakan menu pesawat, kemudian pilih bandara asal dan tujuan, pada pilihan tanggal kalian bisa melihat-lihat tanggal terbaik untuk berangkat karena tiket.com menampilkan harga penerbangan termurah di setiap tanggalnya. Dengan begitu liburan akan terealisasi dan menjadi lebih hemat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar