Sepuluh tahun yang lalu, itulah kali terakhir kami sekeluarga liburan ceria bersama ke luar kota bersama ibu. Kini, liburan ceria itu bisa terulang kembali.
Saat itu, Ibu saya masih lincah dan kuat berjalan kaki menyusuri trotoar jalan Malioboro sampai mendaki ratusan anak tangga hingga puncak Candi Borobudur. Sejak liburan itu berakhir, kami, anak-anaknya mulai sibuk meniti karir hingga hengkang dari kota kelahiran dan rumah tempat kami berkumpul.
Akhir Desember 2018, saya memutuskan berpindah tempat kerja dan menghabiskan jatah cuti. Beberapa hari saya habiskan waktu bersama Ibu di rumah dan menemukan selembar foto lecek dari sela halaman majalah.
"Bu, lihat ini foto kita di Candi Borobudur." Ibu meraih foto dari tangan saya sambil tersenyum.
"Ibu sengaja memakai foto ini sebagai pembatas bacaan, supaya Ibu selalu ingat rasanya liburan bareng kalian."
"Saya foto ah, buat pamer di Facebook sama Instagram." Setelah menjepret selembar foto lecek itu, saya segera mengetuk aplikasi media sosial Instagram untuk memposting hasil jepretannya.
"Nah, mumpung saya lagi cuti panjang, saya bisa temani Ibu selama tahun baru. Ibu mau liburan?"
Oke, dari sini bisa terbaca kan asal usul resolusi lbu saya buat liburan bareng? Persiapan pun mulai kami lakukan dengan penuh suka cita. Saya bertugas membereskan urusan transportasi dan akomodasi, sementara adik dan istri sibuk menyusun itinerary yang seru namun masih ramah bagi orang tua usia 60an.
Saat sedang asyik mengulik aplikasi tiket.com, Ibu saya tetiba muncul dengan dandanan dan pakaian rapih. "Ayo dong kita ke stasiun kereta buat beli tiket, takut habis, kan musim libur tahun baru." Biarpun Ibu saya pemilik smartphone yang terbilang high end, tapi penggunaannya tetap basic hanya chatting dan kamera untuk memuaskan hobi selfie.
Saya lalu mengajak Ibu untuk duduk dan mengulik bareng aplikasi Tiket.com. Jadwal kereta pulang pergi tampil secara lengkap sampai yang membuat Ibu saya menggumam "wow" adalah fitur pemilihan kursi. Sepakat dengan jadwal kereta dilanjutkan pembayaran, kami beralih ke menu Hotel. Ibunda tercinta lagi-lagi terkagum dengan fitur review atau testimoni dari pengguna Tiket.com.
"Ngga beli kucing dalam karung kalau ada komentar begini ya. Ibu juga nanti bisa ikut ngomentarin?"
Alhamdulillah, kami menemukan hotel 'gress' bintang empat dengan harga miring alias promo. Informasi pendukung yang komplit seperti jarak hotel ke pusat keramaian, fasilitas di sekitar hotel membuat kami makin mantap untuk tinggal di hotel ini. Kurang dari 15 menit, tugas saya sebagai seksi transportasi dan akomodasi tuntas dengan mudah. #semuaadatiketnya
Sepuluh tahun tidak anjangsana ke Yogyakarta, tentu banyak tempat wisata anyar yang belum kami kunjungi. Selama di kereta, kami berdiskusi daftar tujuan wisata tersebut, mana yang ramah untuk Ibu dan mana yang tidak. Seperti Tebing Breksi dan Candi Borobudur contohnya, beliau sepakat untuk dicoret dari daftar.
Alasannya sudah diduga, terlalu banyak anak tangga yang harus dijajaki. Tapi tunggu dulu, ini baru diskusi awal. Kenyataannya, kami tetap berwisata ke Tebing Breksi dan Candi Borobudur, mendaki ratusan anak tangga demi satu tujuan, hasil Selfie yang paripurna!
Bagaimana bisa ketetapan hati beliau berbalik 180 derajat? Semua gegara bujukan driver kami selama berlibur. Saat topik wisata sunrise diangkat, driver ganteng asal Belitung ini menyarankan Tebing Breksi sebagai tujuan andalan.
Diiming-imingi arena selfie di puncak tebing dengan pemandangan pagi yang apik, hati Ibu pun tergugah. Lihat betapa semangatnya beliau berselfie, tanpa tampang lelah akibat mendaki ratusan anak tangga.
Puas selfie di Tebing Breksi, saya pun menyarankan Borobudur Sunrise sebagai tujuan berburu matahari terbit besok hari. Ibu saya merasa tertantang untuk hadapi undakan anak tangga di Candi Borobudur karena mampu "menaklukkan" Tebing Breksi. Mantap dengan rencana besok, saya segera memesan empat paket Borobudur Sunrise masing-masing Rp 350,000. Paket ini sudah termasuk tiket menuju candi, makan pagi dan souvenir.
"Buat besok udah siap semua ya Bu."
Usai laporan, jiwa ini tiba-tiba terenyuh. Mata Ibu terlihat berkaca-kaca, pandangannya seperti menerawang.
"Kenapa Bu?"
"Ngga apa-apa, Ibu cuma seneng banget, akhirnya bisa liburan bareng lagi."
Giliran mata saya yang berkaca-kaca. Misi saya memenuhi salah satu resolusi Ibu di 2019 terlaksana. Biarpun sudah 10 tahun bertambah usia, tapi kelincahannya menjelajah tempat-tempat wisata masih sama seperti dulu.
-Sedikit bonus cerita dari Candi Borobudur-
"Mau istirahat dulu Bu?" sela saya saat sedang menaiki tangga menuju puncak Borobudur.
"Nanti sunrise-nya kelewat. Masa kamu aja yang selfie sama sunrise." balasnya sambil pelan-pelan menapak anak tangga.
Ah, ternyata benar, jiwa muda itu tidak bisa ditentukan oleh usia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar