Beberapa hari terakhir, sebuah pesan berantai mengkampanyekan makna logo tunarungu yang tersemat pada sebuah masker bedah. Beredar luas di berbagai platform media sosial maupun layanan berbagi pesan.
Berikut bunyi pesan viral yang menyertai foto masker berlogo tunarungu tersebut:
Mohon menyebar luaskan logo dimasker ini.
Logo ini menandakan pemakainya tuna rungu, atau mempergunakan alat dengar.
Karena pandemi covid19 prokes mempergunakan masker, maka kaum tuna rungu ini tidak dapat membaca gerak bibir kita, sehingga jangan sampai ada salah komunikasi.
Tidak ada gunanya masker dengan logo ini diproduksi, kalau masih banyak yang tidak mengerti. Saudara2 kita kaum Tuna rungu akan terbantukan dengan sosialisasi ini.
Terima kasih atas pengertian dan kerjasamanya.
Tetap bersih sehat dan bahagia, Aamiin.
Foto viral ini beredar luas, umumnya dengan narasi yang seragam. Namun sebagaimana pesan viral pada umumnya, kebanyakan tidak mengetahui asal-usul foto dan pesan yang mereka sebarkan.
Mohon menyebar luaskan logo dimasker ini.
Logo ini menandakan pemakainya tuna rungu, atau mempergunakan alat dengar.
Karena pandemi covid19 prokes mempergunakan masker, maka kaum tuna rungu ini tidak dapat membaca gerak bibir kita, sehingga jangan sampai ada salah komunikasi.
(1) pic.twitter.com/JGHlGVJgwQ— banyubening (@puspaswarna) February 8, 2021
Meski tidak jelas betul siapa yang menginisiasi, pesan positif yang ada dalam pesan tentang masker tunarungu tersebut mendapat apresiasi dari banyak pihak. Angkie Yudistira, CEO Thisable Enterprise yang bergerak di bidang pemberdayaan penyandang disabilitas, menyebutnya ide yang bagus. Namun ia mengaku tidak tahu siapa yang membuatnya.
"Justru saya saat ini masih mencari tau siapa inisiator pembuat masker berlogo khusus bagi penyandang disabilitas tuli/tunarungu itu," kata Angkie, penyandang disabilitas yang juga menjadi staf khusus presiden Joko Widodo, saat dihubungi detikcom, Rabu (10/2/2021).
Ditelusuri dengan aplikasi untuk memverifikasi gambar, InVid, terungkap bahwa foto yang viral ini sudah beredar sejak tahun lalu. Jejak digital mengungkap, seorang pengguna Facebook bernama Christine Graham pernah mengunggahnya pada 6 Oktober 2020, juga dengan narasi yang sama persis tetapi dalam bahasa inggris.
Dalam unggahan tersebut dijelaskan, logo tunarungu pada masker ini didapatkan dari lapak online khusus desain Redbubble, dan diunggah oleh pengguna bernama CreativeWorld96. Unggahan Christine di Facebook sudah dibagikan ulang 400.000 kali.
https://indomovie28.net/movies/young-girl/
Heboh Aisha Weddings, Kenali Dampak Buruk Menikah di Usia 12 Tahun
Sebuah wedding organizer, Aisha Weddings, tengah jadi perbincangan karena mengkampanyekan pernikahan di usia 12 tahun. Kecaman datang dari berbagai kalangan, termasuk dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).
"Perkawinan usia muda akan memunculkan berbagai risiko bagi pasangan pengantin, baik risiko yang berkaitan dengan kesehatan jasmani maupun psikologis. Begitu pun risiko bagi bayi yang akan dilahirkan," tegas Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Rabu (10/2/2021).
Mengutip sebuah penelitian, Hasto yang juga seorang dokter kandungan menyebut kehamilan di usia 10-14 tahun punya risiko kematian 5 kali lebih tinggi dibanding usia 20-25 tahun. Di usia 15-19 tahun, risikonya 2 kali lebih besar.
Berbagai risiko lain yang harus diperhitungkan adalah komplikasi saat melahirkan. Tidak kalah penting, kehamilan di usia terlalu muda juga berisiko memicu stunting, yakni kondisi gagal tumbuh yang antara lain ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan yang tidak optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar