Aksi nekat seorang pria berujung fatal. Pasien Corona ini kabur dari rumah sakit saat menjalani isolasi dan terpaksa dikenakan hukuman.
Pria berusia 63 tahun dijatuhi hukuman penjara selama enam bulan. Ia disebut-sebut kabur karena takut jarum suntik.
Adalah Li Wan Keung, pria asal Hong Kong yang akhirnya meminta hakim untuk mengubah keputusan dirinya harus dipenjara. Ia memohon untuk dikenakan sanksi denda saja.
Namun, hakim menolak permintaannya lantaran Li dinilai membahayakan nyawa orang banyak hingga mengabaikan keselamatan orang lain. Li berhasil kabur dan butuh waktu hingga 54 jam lamanya sampai berhasil ditemukan.
Belum ada laporan kasus COVID-19 yang dicatat usai contact tracing dijalankan. Li diketahui meninggalkan RS pada Desember lalu.
"Kasus positif awal yang ditemukan di Yau Ma Tei sebenarnya adalah pasien COVID-19 yang sudah pulih," jelas Direktur Penyakit Menular Pusat Perlindungan Kesehatan Dr Chuang Shuk-kwan mengonfirmasi pada hari Jumat.
Hingga akhirnya Li dikembalikan lagi ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Hasil tes Li menunjukkan dirinya memiliki antibodi pada COVID-19.
Berdasarkan laporan Worldometers, total ada lebih dari 10 ribu kasus yang dicatat di Hong Kong dengan total kematian 186 kasus. Hong Kong diketahui cukup ketat dalam menjalani pencegahan kasus COVID-19 semakin meluas.
https://tendabiru21.net/movies/under-the-bed-4/
Bloomberg Prediksi Corona RI Baru Beres 10 Tahun Lagi, Ini Kata Pakar IDI
Belakangan heboh prediksi pandemi Corona di Indonesia baru akan selesai 10 tahun ke depan. Prediksi ini berasal dari perhitungan Bloomberg terkait laju vaksinasi setiap negara.
Berdasarkan perhitungan tersebut, rata-rata vaksinasi COVID-19 di Indonesia hanya 64.187 dosis per hari. Apabila cakupan vaksinasi tidak segera ditingkatkan, maka butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk herd immunity dapat terbentuk di masyarakat Indonesia.
Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban ikut menanggapi hal ini. Menurutnya, hingga kini tak ada satupun penyakit virus yang hilang di dunia meski sudah ada vaksinnya, kecuali variola.
"Influenza itu juga virus yang bikin demam, panas tinggi, dan laporan kematian banyak banget. Itu sudah berpuluh-puluh tahun sudah ketemu vaksinnya, namun setiap tahun masih menyebabkan kematian di Amerika puluhan ribu walaupun sudah vaksinasi setiap tahun," bebernya dalam webinar online Senin (8/2/2021).
"Nah artinya fair dong, Amerika aja sampai sekarang gak bisa ngatasin influenza, yang kedua apalagi mengenai HIV-AIDS, 40 tahun juga masih belum bisa," jelasnya.
Menepis perhitungan Bloomberg terkait cakupan vaksinasi COVID-19 per tahunnya, Prof Zubaeri cukup yakin vaksinasi COVID-19 di Indonesia tak kalah dengan negara lain. Termasuk India, Bangladesh, hingga Amerika Serikat.
"Kalau lihat data di lapangan saya cukup optimis bahwa kita bisa bersaing dengan banyak negara mengenai kecepatan vaksinasi baik, dan kita lhat juga concern dari pemerintah dan juga presiden mengenai vaksinasi ini cukup jelas dan kemudian saya," katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan pandemi COVID-19 diperkirakan hilang dan menjadi endemik. Artinya, bisa muncul di beberapa wilayah dan hilang di beberapa tempat.
"Namun kalau targetnya pandemi hilang menjadi endemik, di sini ada di tempat lain nggak ada, sesekali muncul di beberapa tempat skenarionya yang paling mungkin ke arah sana," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar