Minggu, 02 Februari 2020

Ini Serius, Lingkungan Makin Rusak Bumi Bisa Punah!

Kerusakan lingkungan mungkin masih dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Hanya apabila dibiarkan, bisa berakibat pada kepunahan...

Meningginya permukaan air akibat pemanasan global, masifnya sampah plastik di lautan hingga hilangnya area hijau, merupakan sebagian ancaman yang tengah dihadapi oleh Bumi kita dewasa ini. Memaknai Hari Bumi yang jatuh pada hari Senin ini (22/4/2019), detikcom ingin kembali mengingatkan traveler sekalian akan pentingnya lingkungan, tumbuhan, fauna serta Bumi yang kita pijak ini.

"Karunia alam bagi planet bumi adalah jutaan spesies yang kita kenal dan cintai, dan banyak lagi yang masih harus ditemukan," bunyi press release dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diterima detikcom.

Tugas kita sebagai manusia pun tak bisa dipandang enteng, yakni untuk menjaganya. Sedangkan faktanya, manusia dianggap sebagai salah satu pemeran utama yang bertanggung jawab akan rusaknya alam.

"Sayangnya, manusia telah mengganggu keseimbangan alam dan, sebagai akibatnya, dunia menghadapi tingkat kepunahan terbesar sejak kita kehilangan dinosaurus lebih dari 60 juta tahun yang lalu. Tetapi tidak seperti nasib dinosaurus, kepunahan spesies di dunia kita saat ini adalah hasil dari aktivitas manusia," ujar pihak KLHK.

Dipaparkan lebih lanjut, penghancuran global yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pengurangan yang cepat dari populasi tumbuhan dan satwa liar secara langsung terkait dengan penyebab yang didorong oleh aktivitas manusia.

Antara lain terkait perubahan iklim, deforestasi, hilangnya habitat, perdagangan manusia dan perburuan, pertanian yang tidak berkelanjutan, polusi dan pestisida.

"Dampaknya jauh jangkauannya. Jika tidak bertindak sekarang, kepunahan mungkin merupakan warisan kemanusiaan yang paling abadi," tegas KLHK.

Mendapati fakta itu, ada baiknya kalau kita saling berkaca. Jangan arahkan jari untuk mencari kambing hitam, tapi tanyakan pada diri sendiri. Langkah apa yang telah Anda perbuat sehari-hari untuk menjaga Bumi yang kita pihak ini?

Pada akhirnya negara maupun dunia sekali pun tak dapat berbuat banyak untuk menjaga alam, apabila Anda dan kita tidak memulainya dari hal kecil yang kita lakukan sehari-hari. Mulailah berubah demi Bumi yang lebih baik, dan tentunya untuk anak cucu kita di masa depan. 

Manusia yang Buang Sampah, Pulau di Samudera Pasifik Jadi Korban

Henderson, pulau di Samudera Pasifik yang jauh dari mana-mana. Namun sayangnya, pulau ini ternoda sampah plastik dari mana-mana.

ABC Australia pernah mengulas tentang Pulau Henderson ini. Dirangkum detikcom, Senin (22/4/2019) Pulau Henderson berada di antara Selandia Baru dan Chile. Pulaunya memiliki panjang 96 kilometer dan lebar 51 kilometer. Radius 5.000 km dari pulaunya, tidak ada satu orang pun di sana.

Di tahun 1988, UNESCO menetapkan Pulau Henderson sebagai Situs Warisan Dunia. Para peneliti menilai, pulau ini dulunya adalah atol di bawah laut yang terangkat menjadi daratan. Pulaunya hanya dihuni beberapa jenis burung dan flora endemik.

Pulau Henderson dijuluki sebagai Permata di Tengah Samudera. Bentang alamnya sungguh-sungguh indah, bibir pantainya diselimuti pasir putih nan halus. Tebing-tebing kapur menjulang tinggi dengan semak belukar hijau bagaikan permadani.

Pencemaran Sampah Plastik

Dr Jennifer Lavers, seorang peneliti dari Australia pernah melakukan riset ke sana. Ditemukanlah hasil yang begitu menyayat hati. Pulau tak berpenghuni yang cantik jelita, ternoda oleh sampah plastik yang jumlahnya tak main-main.

"Saya beruntung dalam karier saya sebagai ilmuwan dapat pergi ke beberapa pulau terpencil di dunia, namun situasi di Pulau Henderson benar-benar sangat mengkhawatirkan. Kepadatan plastik paling tinggi yang pernah saya lihat sepanjang karir saya," ujarnya.

Tercatat, Pulau Henderson dipenuhi sekitar 37,7 juta serpihan sampah dengan berat total mencapai 17,6 ton!

Sebagian besar sampah-sampah plastik yang ditemukan di pantai adalah barang-barang rumah tangga sehari-hari seperti korek api, pisau cukur plastik, sikat gigi, sendok plastik yang digunakan dalam deterjen atau formula bayi, dan mainan bayi. Sedih!

Untuk mengetahui berapa banyak serpihan di pulau terpencil tersebut, Dr Lavers yang juga pakar biologi konservasi di Institute for Marine and Antartic Studies dari University of Tasmania dan Dr Alexander Bond dari Centre for Conservation di Inggris, mensurvei pantai utara dan timur dari pulau ini selama tiga bulan di tahun 2015. Hasilnya, Ada 671,6 sampah-sampah per meter persegi di permukaan pantai, dengan sekitar 68 persen serpihan tertutup pasir kurang dari 10 sentimeter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar