Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan segera mengirim perwakilannya sebagai pendamping terkait wabah Ebola yang merebak lagi di Guinea. Sebelumnya, WHO sudah mengamati wabah ini sejak 2016 lalu.
Melalui akun Twitter miliknya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memberi tahu dua kasus yang diduga sebagai penyakit mematikan di Guinea, pada Minggu (14/2/2021) pagi.
"WHO telah diberi tahu tentang dua kasus dugaan Ebola di Guinea-Conakry," tulis Tedros.
Selain itu, Tedros juga mengungkapkan telah melakukan pencegahan terkait wabah Ebola ini. Ia mengatakan pengujian terkait penyakit ini tengah dilakukan dan sebanyak 40 ribu orang juga sudah divaksin.
Dikutip dari AFP, saat ini dilaporkan ada empat orang yang meninggal dunia di Guinea akibat terinfeksi penyakit Ebola. Diketahui, keempat orang tersebut berasal dari wilayah tenggara Nzerekore.
Keempat orang ini menjadi kasus baru terkait wabah Ebola yang kembali muncul, setelah lima tahun mewabah di negara tersebut.
Kepala Badan Keamanan Nasional Guinea Sakoba Keita menjelaskan, penularan wabah Ebola ini berawal dari satu pasien yang berprofesi sebagai perawat. Ia sakit sejak akhir Januari dan meninggal, lalu dimakamkan pada 1 Februari 2021 lalu.
Sejak saat itu, sebanyak delapan orang yang menghadiri pemakaman tersebut menunjukkan beberapa gejala, seperti diare, muntah, hingga pendarahan.
"Tiga dari mereka meninggal, dan empat lainnya di rumah sakit," jelas Sakoba Keita.
https://cinemamovie28.com/movies/the-other-side/
Uya Kuya Kena Corona, Saturasi Oksigen Sempat Drop di Bawah 90 Persen
- Uya Kuya selama sebulan 'menghilang' dari semua akun media sosialnya. Kini, ia mengabarkan kalau dirinya dan istri sempat positif COVID-19.
Ia mengaku, saat terpapar COVID-19, kondisinya kala itu seperti berjuang antara hidup dan mati. Gejala COVID-19 yang dikeluhkan presenter ini mulanya demam dan sekedar tak enak badan.
"Cobaan itu kita khususnya saya berjuang antara hidup dan mati. Tanggal 10 Januari kemarin saya mengalami demam, nggak enak badan, nggak tahu kenapa pada saat itu saya sudah berpikir kena COVID-19," sebutnya dalam akun YouTube Uya Kuya TV, dikutip Senin (15/2/2021).
Meski tak ada keluhan apapun selain demam, Uya langsung berinisiatif untuk mengecek kondisi tubuhnya secara keseluruhan. Termasuk CT scan kondisi paru dan cek darah.
Hasil keluar, kondisinya saat itu cukup baik dan disarankan dokter untuk isolasi mandiri saja. Namun, beberapa hari selama isolasi mandiri, ia masih terus mengeluhkan gejala COVID-19 demam tinggi hingga 40 derajat Celcius.
"Kita langsung isoman, tapi demam saya waktu itu terus naik 37,38 sampai hampir 40," lanjutnya.
Sayangnya, saat dokter datang untuk mengecek kondisi terakhirnya sebelum dibawa ke RS, saturasi oksigen Uya Kuya sampai di bawah 90.
"Gue diinfus di apartemen, tapi pada saat itu saturasi oksigen terus menurun di bawah 90 akhirnya dokter hands up langsung dibawa ke RS," ceritanya.
Akibat kejadian yang menimpanya, Uya Kuya pun menyarankan setiap orang yang isolasi mandiri untuk mengecek saturasi oksigennya dengan memiliki oximeter. Barang ini juga beberapa waktu lalu diwajibkan WHO pada pasien Corona yang sedang isolasi mandiri.
Dikutip dari Mayo Clinic, tingkat saturasi oksigen atau SpO2 normal berada pada angka 95 hingga 100 persen. Tetapi, jika saturasi oksigen atau SpO2 berada di bawah 95, seperti 92 dan seterusnya bisa menunjukkan adanya potensi hipoksemia atau kekurangan oksigen.
Beberapa orang mengalami penurunan oksigen tanpa menunjukkan gejala apapun seperti sesak napas, hal ini disebut happy hypoxia. Happy hypoxia pada pasien COVID-19 perlu diwaspadai karena bisa berakibat fatal.
https://cinemamovie28.com/movies/the-other-side-of-the-door/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar