- Uya Kuya selama sebulan 'menghilang' dari semua akun media sosialnya. Kini, ia mengabarkan kalau dirinya dan istri sempat positif COVID-19.
Ia mengaku, saat terpapar COVID-19, kondisinya kala itu seperti berjuang antara hidup dan mati. Gejala COVID-19 yang dikeluhkan presenter ini mulanya demam dan sekedar tak enak badan.
"Cobaan itu kita khususnya saya berjuang antara hidup dan mati. Tanggal 10 Januari kemarin saya mengalami demam, nggak enak badan, nggak tahu kenapa pada saat itu saya sudah berpikir kena COVID-19," sebutnya dalam akun YouTube Uya Kuya TV, dikutip Senin (15/2/2021).
Meski tak ada keluhan apapun selain demam, Uya langsung berinisiatif untuk mengecek kondisi tubuhnya secara keseluruhan. Termasuk CT scan kondisi paru dan cek darah.
Hasil keluar, kondisinya saat itu cukup baik dan disarankan dokter untuk isolasi mandiri saja. Namun, beberapa hari selama isolasi mandiri, ia masih terus mengeluhkan gejala COVID-19 demam tinggi hingga 40 derajat Celcius.
"Kita langsung isoman, tapi demam saya waktu itu terus naik 37,38 sampai hampir 40," lanjutnya.
Sayangnya, saat dokter datang untuk mengecek kondisi terakhirnya sebelum dibawa ke RS, saturasi oksigen Uya Kuya sampai di bawah 90.
"Gue diinfus di apartemen, tapi pada saat itu saturasi oksigen terus menurun di bawah 90 akhirnya dokter hands up langsung dibawa ke RS," ceritanya.
Akibat kejadian yang menimpanya, Uya Kuya pun menyarankan setiap orang yang isolasi mandiri untuk mengecek saturasi oksigennya dengan memiliki oximeter. Barang ini juga beberapa waktu lalu diwajibkan WHO pada pasien Corona yang sedang isolasi mandiri.
Dikutip dari Mayo Clinic, tingkat saturasi oksigen atau SpO2 normal berada pada angka 95 hingga 100 persen. Tetapi, jika saturasi oksigen atau SpO2 berada di bawah 95, seperti 92 dan seterusnya bisa menunjukkan adanya potensi hipoksemia atau kekurangan oksigen.
Beberapa orang mengalami penurunan oksigen tanpa menunjukkan gejala apapun seperti sesak napas, hal ini disebut happy hypoxia. Happy hypoxia pada pasien COVID-19 perlu diwaspadai karena bisa berakibat fatal.
https://cinemamovie28.com/movies/l-dk-two-loves-under-one-roof/
Lab Wuhan Diduga Ajukan Paten Pembiakan Kelelawar Sebelum COVID-19 Merebak
Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus Corona COVID-19 'sangat tidak mungkin' berasal dari laboratorium di Wuhan, China, Wuhan Institute of Virology (WIV). Beberapa kemungkinan lain percaya termasuk menyebarnya COVID-19 melalui makanan beku impor masih terus dipelajari.
Namun, WIV ini diduga telah mengajukan hak paten terkait sistem 'kandang pemeliharaan kelelawar' dan 'pembiakan buatan', sekitar 12 bulan sebelum COVID-19 muncul untuk pertama kalinya.
Dikutip dari laman Daily Mail, WIV telah mendaftarkan permohonan paten untuk 'kandang pemeliharaan kelelawar' tersebut pada Juni 2018 lalu. Kandang itu disebut bisa membuat kelelawar tumbuh dan berkembang biak secara buatan. Izin paten tersebut pun diberikan pada Januari 2019, tepat sebelum kasus COVID-19 pertama dilaporkan.
Selain itu, WIV juga mendaftarkan permohonan paten lainnya terkait 'metode pembiakan buatan kelelawar liar' pada 16 Oktober 2020. Dalam paten tersebut, terdapat pembahasan terkait penularan SARS-Cov lintas spesies dari kelelawar ke manusia maupun hewan lainnya.
"Kelelawar yang terinfeksi virus secara alami atau buatan tidak memiliki gejala klinis yang jelas, dan mekanismenya tidak diketahui," tulis laporan tersebut yang dikutip dari Daily Mail, Senin (15/2/2021).
Pada April 2020 lalu, WIV membantah tuduhan yang mengatakan laboratorium Wuhan ini mengembang biakkan kelelawar hidup. Hal ini juga dipertegas dengan jawaban dari ahli zoologi dari Inggris sekaligus tim investigasi WHO Peter Daszak yang mengklaim bahwa lembaga penelitian negara tersebut tidak menyimpan kelelawar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar