Kamis, 30 April 2020

Jumlah Korban Corona di Inggris Kini Tertinggi Kedua di Dunia

Korban meninggal akibat virus corona di Inggris kini dilaporkan berada pada posisi tertinggi kedua di dunia, dengan jumlah 26.097, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins (JHU) pada Kamis (30/4).

Menurut data JHU, jumlah kasus virus corona di Inggris saat ini mencapai 166.441, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 857 orang.

Di dalam paparan data JHU tercatat jumlah korban meninggal akibat virus corona di Inggris saat ini lebih tinggi dari Spanyol. Negeri Matador itu mencatat korban tewas karena virus corona mencapai 24.275 orang.


Sedangkan jumlah korban meninggal virus corona di Italia, menurut data JHU, masih menjadi yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 27.682 orang.

Dibandingkan dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus virus corona di Inggris tercatat sebanyak 161.149, dengan 21.678 orang meninggal.

Dilansir CNN, sebanyak 85 pegawai Dinas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris dan 23 perawat pembantu di seluruh Inggris meninggal akibat virus corona.

Para tenaga medis sudah kerap melayangkan protes akibat kekurangan alat pelindung diri dan masker untuk menghindari mereka tertular saat menangani pasien virus corona.

"Saya sampaikan rasa duka yang mendalam terhadap seluruh keluarga dan rekan mereka yang ditinggalkan di masa sulit ini. Dan kami akan terus melanjutkan melakukan apapun untuk mendukung mereka," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di hadapan Majelis Rendah Inggris

Corona dan Tangan Kapitalisme AS Cari Cuan di Tengah Pandemi

Wabah virus corona tak hanya menginfeksi jutaan juta orang di seluruh dunia, tetapi juga menghantam segala lini kehidupan mulai dari sosial hingga ekonomi.

Amerika Serikat, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, ikut terkena imbas corona.

Sama seperti kebanyakan negara di dunia, pemerintahan Presiden Donald Trump suka atau tidak suka menerapkan sejumlah kebijakan pembatasan pergerakan seperti meliburkan sekolah, tempat hiburan, perkantoran, hingga pabrik industri.


Pembatasan pergerakan ini pun turut mempengaruhi laju perekonomian. Pabrik-pabrik mesti libur hingga sebagian dari mereka terpaksa merumahkan karyawan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan.

Tak sedikit buruh dan pekerja di AS terkena PHK, sama seperti yang terjadi di negara-negara berkembang. Berdasarkan data pemerintah, sudah 26 juta orang di AS yang mengajukan klaim bantuan pengangguran.

Dilansir dari CNN, Penasihat Ekonomi Presiden Trump, Kevin Hassett, bahkan telah mewanti-wanti Amerika untuk bersiap menghadapi gelombang pengangguran yang setara ketika Great Depression berlangsung.

Tak hanya kelas menengah ke bawah, menengah atas hingga para pemegang modal layaknya pengusaha juga menjerit karena tercekik dampak pandemi.

Trump dihadapkan pada situasi dilematis sama seperti banyak pemimpin negara lainnya, yakni antara mengutamakan kesehatan masyarakat atau perekonomian yang juga penting bagi kemaslahatan warga.

Sebab, ketika AS seharusnya fokus membantu meringankan beban kaum pekerja dan kelas menengah ke bawah, pemerintah malah terlihat lebih mudah memberi insentif bagi para pemegang modal dan perusahaan.

Dalam tulisan berjudul What Matters: This is What Coronavirus Capitalism Looks Like, Wolf menuturkan tak sedikit perusahaan besar mengais bantuan dari pemerintah ketika banyak keluarga dan usaha kecil menengah harus berjuang lebih keras untuk bertahan.

Wolf menggambarkan kasus perusahaan daging terbesar di AS, Tyson Food Inc., sebagai salah satu contohnya.

Perusahaan berbasis di Arkansas itu beberapa kali mengeluarkan pernyataan di media yang mewanti-wanti bahwa kebijakan pembatasan pergerakan bisa mengancam pasokan pangan warga Amerika.

Bukan karena jumlah pasokan pangan yang minim, tapi karena masalah keamanan di tengah situasi pandemi ini.

Tyson Food mengumumkan pabriknya harus ditutup sementara karena masalah keamanan kebersihan dan sanitasi yang dinilai semakin rawan jika beroperasi di tengah wabah.

Corona dan Tangan Kapitalisme AS Cari Cuan di Tengah Pandemi

Wabah virus corona tak hanya menginfeksi jutaan juta orang di seluruh dunia, tetapi juga menghantam segala lini kehidupan mulai dari sosial hingga ekonomi.

Amerika Serikat, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, ikut terkena imbas corona.

Sama seperti kebanyakan negara di dunia, pemerintahan Presiden Donald Trump suka atau tidak suka menerapkan sejumlah kebijakan pembatasan pergerakan seperti meliburkan sekolah, tempat hiburan, perkantoran, hingga pabrik industri.


Pembatasan pergerakan ini pun turut mempengaruhi laju perekonomian. Pabrik-pabrik mesti libur hingga sebagian dari mereka terpaksa merumahkan karyawan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. 

Tak sedikit buruh dan pekerja di AS terkena PHK, sama seperti yang terjadi di negara-negara berkembang. Berdasarkan data pemerintah, sudah 26 juta orang di AS yang mengajukan klaim bantuan pengangguran.

Dilansir dari CNN, Penasihat Ekonomi Presiden Trump, Kevin Hassett, bahkan telah mewanti-wanti Amerika untuk bersiap menghadapi gelombang pengangguran yang setara ketika Great Depression berlangsung.

Tak hanya kelas menengah ke bawah, menengah atas hingga para pemegang modal layaknya pengusaha juga menjerit karena tercekik dampak pandemi.

Trump dihadapkan pada situasi dilematis sama seperti banyak pemimpin negara lainnya, yakni antara mengutamakan kesehatan masyarakat atau perekonomian yang juga penting bagi kemaslahatan warga.

Sebab, ketika AS seharusnya fokus membantu meringankan beban kaum pekerja dan kelas menengah ke bawah, pemerintah malah terlihat lebih mudah memberi insentif bagi para pemegang modal dan perusahaan.

Dalam tulisan berjudul What Matters: This is What Coronavirus Capitalism Looks Like, Wolf menuturkan tak sedikit perusahaan besar mengais bantuan dari pemerintah ketika banyak keluarga dan usaha kecil menengah harus berjuang lebih keras untuk bertahan.

Wolf menggambarkan kasus perusahaan daging terbesar di AS, Tyson Food Inc., sebagai salah satu contohnya. 

Perusahaan berbasis di Arkansas itu beberapa kali mengeluarkan pernyataan di media yang mewanti-wanti bahwa kebijakan pembatasan pergerakan bisa mengancam pasokan pangan warga Amerika.

Bukan karena jumlah pasokan pangan yang minim, tapi karena masalah keamanan di tengah situasi pandemi ini.

Tyson Food mengumumkan pabriknya harus ditutup sementara karena masalah keamanan kebersihan dan sanitasi yang dinilai semakin rawan jika beroperasi di tengah wabah.

Tak hanya Tyson Food, kasus serupa juga dialami dua pesaingnya yakni Smithfield dan JBS.

Dalam surat terbuka yang dirilis di New York Times, Washington Post, dan Gazette, pemimpin Tyson Food, John Tyson, meminta bantuan dan izin pemerintah agar pabrik dagingnya bisa tetap buka di masa pandemi ini.

Dalam surat itu, Tyson menuturkan pemerintah AS mulai dari level kota hingga pusat seharusnya bersatu dalam menetapkan langkah produktif, komprehensif, dan bijak untuk tetap mengizinkan perusahaannya bekerja dengan aman tanpa rasa takut dan cemas.

"Sektor publik dan swasta seharusnya bekerja bersama-sama. Sebagai satu bangsa, ini adalah waktu bagi kita semua untuk menunjukkan kepada dunia apa yang bisa kita lakukan bersama-sama," kata Tyson.

Wolf mengatakan pernyataan Tyson itu mungkin benar. Namun, ia menyebutkan kenyataannya banyak perusahaan yang memanfaatkan situasi pandemi ini untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah AS dengan tetap mencari cuan serta keuntungan.

"Kata-kata (Tyson) itu terdengar sangat bagus. Ini adalah waktu untuk bekerja sama demi menjaga pasokan pangan negara dan menjaga agar orang Amerika tetap bisa bekerja secara aman," ucap Wolf.

Jumlah Korban Corona di Inggris Kini Tertinggi Kedua di Dunia

Korban meninggal akibat virus corona di Inggris kini dilaporkan berada pada posisi tertinggi kedua di dunia, dengan jumlah 26.097, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins (JHU) pada Kamis (30/4).

Menurut data JHU, jumlah kasus virus corona di Inggris saat ini mencapai 166.441, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 857 orang.

Di dalam paparan data JHU tercatat jumlah korban meninggal akibat virus corona di Inggris saat ini lebih tinggi dari Spanyol. Negeri Matador itu mencatat korban tewas karena virus corona mencapai 24.275 orang.


Sedangkan jumlah korban meninggal virus corona di Italia, menurut data JHU, masih menjadi yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 27.682 orang.

Dibandingkan dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus virus corona di Inggris tercatat sebanyak 161.149, dengan 21.678 orang meninggal.

Dilansir CNN, sebanyak 85 pegawai Dinas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris dan 23 perawat pembantu di seluruh Inggris meninggal akibat virus corona.

Para tenaga medis sudah kerap melayangkan protes akibat kekurangan alat pelindung diri dan masker untuk menghindari mereka tertular saat menangani pasien virus corona.

"Saya sampaikan rasa duka yang mendalam terhadap seluruh keluarga dan rekan mereka yang ditinggalkan di masa sulit ini. Dan kami akan terus melanjutkan melakukan apapun untuk mendukung mereka," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di hadapan Majelis Rendah Inggris

Corona dan Tangan Kapitalisme AS Cari Cuan di Tengah Pandemi

Wabah virus corona tak hanya menginfeksi jutaan juta orang di seluruh dunia, tetapi juga menghantam segala lini kehidupan mulai dari sosial hingga ekonomi.

Amerika Serikat, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, ikut terkena imbas corona.

Sama seperti kebanyakan negara di dunia, pemerintahan Presiden Donald Trump suka atau tidak suka menerapkan sejumlah kebijakan pembatasan pergerakan seperti meliburkan sekolah, tempat hiburan, perkantoran, hingga pabrik industri.


Pembatasan pergerakan ini pun turut mempengaruhi laju perekonomian. Pabrik-pabrik mesti libur hingga sebagian dari mereka terpaksa merumahkan karyawan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan. 

Tak sedikit buruh dan pekerja di AS terkena PHK, sama seperti yang terjadi di negara-negara berkembang. Berdasarkan data pemerintah, sudah 26 juta orang di AS yang mengajukan klaim bantuan pengangguran.

Dilansir dari CNN, Penasihat Ekonomi Presiden Trump, Kevin Hassett, bahkan telah mewanti-wanti Amerika untuk bersiap menghadapi gelombang pengangguran yang setara ketika Great Depression berlangsung.

Tak hanya kelas menengah ke bawah, menengah atas hingga para pemegang modal layaknya pengusaha juga menjerit karena tercekik dampak pandemi.

Trump dihadapkan pada situasi dilematis sama seperti banyak pemimpin negara lainnya, yakni antara mengutamakan kesehatan masyarakat atau perekonomian yang juga penting bagi kemaslahatan warga.

Sebab, ketika AS seharusnya fokus membantu meringankan beban kaum pekerja dan kelas menengah ke bawah, pemerintah malah terlihat lebih mudah memberi insentif bagi para pemegang modal dan perusahaan.

Dalam tulisan berjudul What Matters: This is What Coronavirus Capitalism Looks Like, Wolf menuturkan tak sedikit perusahaan besar mengais bantuan dari pemerintah ketika banyak keluarga dan usaha kecil menengah harus berjuang lebih keras untuk bertahan.

Wolf menggambarkan kasus perusahaan daging terbesar di AS, Tyson Food Inc., sebagai salah satu contohnya. 

Perusahaan berbasis di Arkansas itu beberapa kali mengeluarkan pernyataan di media yang mewanti-wanti bahwa kebijakan pembatasan pergerakan bisa mengancam pasokan pangan warga Amerika.

Bukan karena jumlah pasokan pangan yang minim, tapi karena masalah keamanan di tengah situasi pandemi ini.

Tyson Food mengumumkan pabriknya harus ditutup sementara karena masalah keamanan kebersihan dan sanitasi yang dinilai semakin rawan jika beroperasi di tengah wabah.

Kisah Petugas Lab Pengambil Swab Pasien Corona di Jakarta

 Selain dokter dan perawat, petugas laboratorium juga menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona COVID-19. Pria bernama Fadly, seorang petugas lab di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah untuk virus corona, membagikan kisahnya kepada detikcom bagaimana ia harus berhadapan dengan pasien.
Sehari-hari, ia bertugas untuk mengambil swab dari orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Tentu saja hal ini sangat berisiko baginya, mengingat test swab sendiri adalah proses pengambilan lendir langsung dari saluran pernapasan dengan mengusap tenggorokan atau hidung pasien.

Risiko untuk dia tertular terbilang besar apalagi jika ia tidak memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar. Namun karena sudah dilengkapi APD yang sesuai dengan SOP ia percaya dirinya aman saat menangani pasien.

"Kenapa saya percaya diri, karena SOP yang kita lakukan sudah benar," tegasnya saat dihubungi detikcom Senin (30/3/2020).

Dalam sehari, ia bisa mengambil 5 sampel pasien yang nantinya akan diperiksa untuk diketahui apakah pasien tersebut positif atau negatif.

"Yang ngambil sampel positif corona, saya yang ngambil swabnya. Nanti kan ketahuan positif melalui kita dari laboratorium, Hari ini saya mengambil sampel 5 pasien. Ini pasien PDP yang baru masuk di IGD dan menunggu hasil," jelasnya.

Ia juga menjelaskan usai mengambil swab ia diharuskan untuk mandi memakai air hangat.

"Jadi kita ngambil untuk nanti dicek melalui laboratorium pakai APD lengkap, ditambah keluar dari situ wajib mandi, air hangat, nggak boleh nggak," lanjutnya.

Meski begitu, ia mengaku kalau pekerjaan yang ia tempuh saat ini tak pernah ia sesali. Fadly mengetahui betul bagaimana risiko yang akan dia hadapi. Termasuk risiko penolakan dari lingkungan seperti dialami teman-teman sejawatnya.

"Sebelum saya masuk dunia kesehatan, pasti saya udah tau risikonya apa, nggak ada penyesalan kalau niat kita untuk menolong insyallah akan dapat imbalan dari Tuhan," ujarnya.

Kekhawatiran dari keluarganya pun tak bisa dipungkiri. Ia hanya bisa meyakinkan kepada keluarga bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

"Keluarga pasti ada rasa panik, tapi saya usahakan biar tenang, saya kasih semangat ke mereka kalau saya gapapa," tutupnya.

Jumlah Korban Corona di Inggris Kini Tertinggi Kedua di Dunia

Korban meninggal akibat virus corona di Inggris kini dilaporkan berada pada posisi tertinggi kedua di dunia, dengan jumlah 26.097, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins (JHU) pada Kamis (30/4).

Menurut data JHU, jumlah kasus virus corona di Inggris saat ini mencapai 166.441, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 857 orang.

Di dalam paparan data JHU tercatat jumlah korban meninggal akibat virus corona di Inggris saat ini lebih tinggi dari Spanyol. Negeri Matador itu mencatat korban tewas karena virus corona mencapai 24.275 orang.


Sedangkan jumlah korban meninggal virus corona di Italia, menurut data JHU, masih menjadi yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 27.682 orang.

Dibandingkan dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus virus corona di Inggris tercatat sebanyak 161.149, dengan 21.678 orang meninggal.

Dilansir CNN, sebanyak 85 pegawai Dinas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris dan 23 perawat pembantu di seluruh Inggris meninggal akibat virus corona.

Para tenaga medis sudah kerap melayangkan protes akibat kekurangan alat pelindung diri dan masker untuk menghindari mereka tertular saat menangani pasien virus corona.

"Saya sampaikan rasa duka yang mendalam terhadap seluruh keluarga dan rekan mereka yang ditinggalkan di masa sulit ini. Dan kami akan terus melanjutkan melakukan apapun untuk mendukung mereka," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di hadapan Majelis Rendah Inggris

Tak Pakai Bra Saat Karantina Rumah Wabah Corona Bisa Bikin Payudara Kendur

Saat berdiam diri di rumah kala karantina rumah wabah virus corona, banyak wanita menggunakan kesempatan ini untuk tidak mengenakan bra selama berhari-hari. Padahal tidak mengenakan bra terlalu lama akan berdampak pada payudara.
Ahli kecantikan Dr Riccardo Frati dari Frati Cosmetic Surgery menjelaskan kepada Daily Mail bahwa bra penting dalam mempertahankan bobot dan ukurannya karena payudara cenderung melorot seiring waktu karena gravitasi dan usia. Jika tidak mengenakan bra selama jangka waktu yang lama, akan timbul kerusakan pada jaringan ikat di payudara yang membantu mempertahankan bobotnya.

Sementara itu, Sandra, bra fitter dan ahli pakaian dari Chantelle Lingerie selama lebih dari 20 tahun, menyebut mengenakan bra yang pas tidak hanya untuk menopang payudara tetapi juga baik untuk kesehatan dan tetap penting digunakan meski berada di dalam rumah.

"Tidak mengenakan bra kelamaan akan berpengaruh pada postur tubuh Anda. Tidak pakai bra tak hanya membuat payudaramu kendor tetapi juga bahumu akan sakit," ujarnya.

Semakin besar payudara akan semakin buruk jika tidak mengenakan bra. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa payudara juga berbobot berat, misalnya Cup B atau C memiliki berat sekitar 500 gram dan ukuran di atasnya bisa lebih berat daripada itu.

"Mereka perlu ditopang. Anda juga mungkin mendapati bahwa tidak mengenakan bra akan memperburuk kondisi punggung, bahu. atau leher dan membuat Anda sakit kepala," pungkasnya.

Kisah Petugas Lab Pengambil Swab Pasien Corona di Jakarta

 Selain dokter dan perawat, petugas laboratorium juga menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona COVID-19. Pria bernama Fadly, seorang petugas lab di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah untuk virus corona, membagikan kisahnya kepada detikcom bagaimana ia harus berhadapan dengan pasien.
Sehari-hari, ia bertugas untuk mengambil swab dari orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Tentu saja hal ini sangat berisiko baginya, mengingat test swab sendiri adalah proses pengambilan lendir langsung dari saluran pernapasan dengan mengusap tenggorokan atau hidung pasien.

Risiko untuk dia tertular terbilang besar apalagi jika ia tidak memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar. Namun karena sudah dilengkapi APD yang sesuai dengan SOP ia percaya dirinya aman saat menangani pasien.

"Kenapa saya percaya diri, karena SOP yang kita lakukan sudah benar," tegasnya saat dihubungi detikcom Senin (30/3/2020).

Dalam sehari, ia bisa mengambil 5 sampel pasien yang nantinya akan diperiksa untuk diketahui apakah pasien tersebut positif atau negatif.

"Yang ngambil sampel positif corona, saya yang ngambil swabnya. Nanti kan ketahuan positif melalui kita dari laboratorium, Hari ini saya mengambil sampel 5 pasien. Ini pasien PDP yang baru masuk di IGD dan menunggu hasil," jelasnya.

Ia juga menjelaskan usai mengambil swab ia diharuskan untuk mandi memakai air hangat.

"Jadi kita ngambil untuk nanti dicek melalui laboratorium pakai APD lengkap, ditambah keluar dari situ wajib mandi, air hangat, nggak boleh nggak," lanjutnya.

Meski begitu, ia mengaku kalau pekerjaan yang ia tempuh saat ini tak pernah ia sesali. Fadly mengetahui betul bagaimana risiko yang akan dia hadapi. Termasuk risiko penolakan dari lingkungan seperti dialami teman-teman sejawatnya.

"Sebelum saya masuk dunia kesehatan, pasti saya udah tau risikonya apa, nggak ada penyesalan kalau niat kita untuk menolong insyallah akan dapat imbalan dari Tuhan," ujarnya.

Kekhawatiran dari keluarganya pun tak bisa dipungkiri. Ia hanya bisa meyakinkan kepada keluarga bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

"Keluarga pasti ada rasa panik, tapi saya usahakan biar tenang, saya kasih semangat ke mereka kalau saya gapapa," tutupnya.

Ilmuwan China Sebut Kecil Kemungkinan Corona Berakhir Tahun Ini

 Sebuah laporan dari para ilmuwan di China mengungkapkan kecil kemungkinannya virus Corona COVID-19 bisa diselesaikan tahun ini. Mereka berpendapat bahwa virus ini mungkin akan berkembang dalam gelombang, seperti halnya flu.
Para ilmuwan percaya patogen di balik pandemi ini akan mengikuti pola penyakit flu, yang bisa kembali setiap tahun. Menurut mereka, virus ini bisa menginfeksi seseorang tanpa menimbulkan gejala apapun.

Artinya, kemungkinan banyak dari mereka bisa menyebarkan virus itu tanpa menyadarinya. Jadi bisa saja virus ini akan terus menyebar dan berkembang tiap tahunnya seperti flu.

"Epidemi ini sangat mungkin bisa hidup berdampingan dengan manusia dalam waktu yang lama, menjadi wabah musiman, dan berkelanjutan pada tubuh manusia," kata Jin Qi, Direktur Institute of Pathogen Biology, di Akademi Ilmu Kedokteran China.

Dikutip dari Medical Daily, menurut Kepala departemen penyakit menular Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guiqiang, meski virus ini peka terhadap panas belum tentu membuat kasusnya menurun.

"Virus ini peka terhadap panas dalam suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit, tapi cuaca pun tidak akan pernah sepanas itu. Jadi, secara global bahkan pada musim panas, kecil kemungkinan penurunan kasus yang signifikan," jelasnya.

Tak Pakai Bra Saat Karantina Rumah Wabah Corona Bisa Bikin Payudara Kendur

Saat berdiam diri di rumah kala karantina rumah wabah virus corona, banyak wanita menggunakan kesempatan ini untuk tidak mengenakan bra selama berhari-hari. Padahal tidak mengenakan bra terlalu lama akan berdampak pada payudara.
Ahli kecantikan Dr Riccardo Frati dari Frati Cosmetic Surgery menjelaskan kepada Daily Mail bahwa bra penting dalam mempertahankan bobot dan ukurannya karena payudara cenderung melorot seiring waktu karena gravitasi dan usia. Jika tidak mengenakan bra selama jangka waktu yang lama, akan timbul kerusakan pada jaringan ikat di payudara yang membantu mempertahankan bobotnya.

Sementara itu, Sandra, bra fitter dan ahli pakaian dari Chantelle Lingerie selama lebih dari 20 tahun, menyebut mengenakan bra yang pas tidak hanya untuk menopang payudara tetapi juga baik untuk kesehatan dan tetap penting digunakan meski berada di dalam rumah.

"Tidak mengenakan bra kelamaan akan berpengaruh pada postur tubuh Anda. Tidak pakai bra tak hanya membuat payudaramu kendor tetapi juga bahumu akan sakit," ujarnya.

Semakin besar payudara akan semakin buruk jika tidak mengenakan bra. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa payudara juga berbobot berat, misalnya Cup B atau C memiliki berat sekitar 500 gram dan ukuran di atasnya bisa lebih berat daripada itu.

"Mereka perlu ditopang. Anda juga mungkin mendapati bahwa tidak mengenakan bra akan memperburuk kondisi punggung, bahu. atau leher dan membuat Anda sakit kepala," pungkasnya.

Kisah Petugas Lab Pengambil Swab Pasien Corona di Jakarta

 Selain dokter dan perawat, petugas laboratorium juga menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona COVID-19. Pria bernama Fadly, seorang petugas lab di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah untuk virus corona, membagikan kisahnya kepada detikcom bagaimana ia harus berhadapan dengan pasien.
Sehari-hari, ia bertugas untuk mengambil swab dari orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Tentu saja hal ini sangat berisiko baginya, mengingat test swab sendiri adalah proses pengambilan lendir langsung dari saluran pernapasan dengan mengusap tenggorokan atau hidung pasien.

Risiko untuk dia tertular terbilang besar apalagi jika ia tidak memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar. Namun karena sudah dilengkapi APD yang sesuai dengan SOP ia percaya dirinya aman saat menangani pasien.

"Kenapa saya percaya diri, karena SOP yang kita lakukan sudah benar," tegasnya saat dihubungi detikcom Senin (30/3/2020).

Dalam sehari, ia bisa mengambil 5 sampel pasien yang nantinya akan diperiksa untuk diketahui apakah pasien tersebut positif atau negatif.

"Yang ngambil sampel positif corona, saya yang ngambil swabnya. Nanti kan ketahuan positif melalui kita dari laboratorium, Hari ini saya mengambil sampel 5 pasien. Ini pasien PDP yang baru masuk di IGD dan menunggu hasil," jelasnya.

Ia juga menjelaskan usai mengambil swab ia diharuskan untuk mandi memakai air hangat.

"Jadi kita ngambil untuk nanti dicek melalui laboratorium pakai APD lengkap, ditambah keluar dari situ wajib mandi, air hangat, nggak boleh nggak," lanjutnya.

Buka Pijat Plus-Plus Saat Corona, Wanita Singapura Diciduk Polisi

Wanita asal Singapura, Jin Yin, diciduk polisi setelah kedapatan membuka jasa pijat seksual atau biasa disebut pijat plus-plus.
Dilansir dari The Straits Times, Jin ditangkap dengan dakwaan melanggar aturan lockdown terkait virus Corona atau COVID-19 yang ditetapkan pemerintah Singapura sejak 7 April lalu.

Wanita berusia 55 tahun tersebut diduga telah mengiklankan layanan pijat seksual pada 10 April lalu. Dia juga mendapat dua dakwaan lain karena melanggar aturan Massage Establishments Act dengan menjalankan bisnis pijat tanpa izin dan mengiklankannya.

Jin diciduk polisi saat memberikan layanan pijat antara pukul 13.00 dan 14.00 siang waktu setempat, di Salon Kecantikan In-Style di Upper Cross Street.

Sembari berlinang air mata di pengadilan, Jin mengakui bahwa tindakan yang dia lakukan salah dan melanggar peraturan. "Saya tahu saya salah," ujar Jin.

Ini bukan kali pertama ia menghadapi dakwaan serupa. Sebelumnya, pada 2014 dan 2016, dirinya juga sempat dihukum karena melanggar aturan Massage Establishments Act.

Pada pelanggaran pertama, seorang yang dinyatakan bersalah bisa dituntut hukuman dua tahun penjara dan denda maksimal 10 ribu dolar. Sementara pada pelanggaran berulang, hukuman yang dijatuhkan pengadilan akan lebih tinggi, yakni lima tahun penjara dan denda hingga 20 ribu dolar.

Ilmuwan China Sebut Kecil Kemungkinan Corona Berakhir Tahun Ini

 Sebuah laporan dari para ilmuwan di China mengungkapkan kecil kemungkinannya virus Corona COVID-19 bisa diselesaikan tahun ini. Mereka berpendapat bahwa virus ini mungkin akan berkembang dalam gelombang, seperti halnya flu.
Para ilmuwan percaya patogen di balik pandemi ini akan mengikuti pola penyakit flu, yang bisa kembali setiap tahun. Menurut mereka, virus ini bisa menginfeksi seseorang tanpa menimbulkan gejala apapun.

Artinya, kemungkinan banyak dari mereka bisa menyebarkan virus itu tanpa menyadarinya. Jadi bisa saja virus ini akan terus menyebar dan berkembang tiap tahunnya seperti flu.

"Epidemi ini sangat mungkin bisa hidup berdampingan dengan manusia dalam waktu yang lama, menjadi wabah musiman, dan berkelanjutan pada tubuh manusia," kata Jin Qi, Direktur Institute of Pathogen Biology, di Akademi Ilmu Kedokteran China.

Dikutip dari Medical Daily, menurut Kepala departemen penyakit menular Rumah Sakit Pertama Universitas Peking, Wang Guiqiang, meski virus ini peka terhadap panas belum tentu membuat kasusnya menurun.

"Virus ini peka terhadap panas dalam suhu 56 derajat Celcius selama 30 menit, tapi cuaca pun tidak akan pernah sepanas itu. Jadi, secara global bahkan pada musim panas, kecil kemungkinan penurunan kasus yang signifikan," jelasnya.

Tak Pakai Bra Saat Karantina Rumah Wabah Corona Bisa Bikin Payudara Kendur

Saat berdiam diri di rumah kala karantina rumah wabah virus corona, banyak wanita menggunakan kesempatan ini untuk tidak mengenakan bra selama berhari-hari. Padahal tidak mengenakan bra terlalu lama akan berdampak pada payudara.
Ahli kecantikan Dr Riccardo Frati dari Frati Cosmetic Surgery menjelaskan kepada Daily Mail bahwa bra penting dalam mempertahankan bobot dan ukurannya karena payudara cenderung melorot seiring waktu karena gravitasi dan usia. Jika tidak mengenakan bra selama jangka waktu yang lama, akan timbul kerusakan pada jaringan ikat di payudara yang membantu mempertahankan bobotnya.

Sementara itu, Sandra, bra fitter dan ahli pakaian dari Chantelle Lingerie selama lebih dari 20 tahun, menyebut mengenakan bra yang pas tidak hanya untuk menopang payudara tetapi juga baik untuk kesehatan dan tetap penting digunakan meski berada di dalam rumah.

"Tidak mengenakan bra kelamaan akan berpengaruh pada postur tubuh Anda. Tidak pakai bra tak hanya membuat payudaramu kendor tetapi juga bahumu akan sakit," ujarnya.

Semakin besar payudara akan semakin buruk jika tidak mengenakan bra. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa payudara juga berbobot berat, misalnya Cup B atau C memiliki berat sekitar 500 gram dan ukuran di atasnya bisa lebih berat daripada itu.

"Mereka perlu ditopang. Anda juga mungkin mendapati bahwa tidak mengenakan bra akan memperburuk kondisi punggung, bahu. atau leher dan membuat Anda sakit kepala," pungkasnya.

Rutin Konsumsi Kurma Saat Berbuka, Ini Manfaatnya Bagi Tubuh

 Kurma jadi primadona saat bulan Ramadhan. Saat berbuka puasa, umat Muslim juga dianjurkan konsumsi kurma 2-3 butir per hari. Kandungan kurma yang manis bisa mengembalikan kadar gula darah yang sempat turun setelah seharian berpuasa.
Selain itu kurma juga kaya akan serat dan mengandung protein tinggi serta kalsium, magnesium, dan Vitamin B6 yang tentunya baik untuk tubuhmu.

Mengonsumsi kurma secara rutin terutama saat berbuka puasa akan memberikan manfaat ekstra. Berikut yang terjadi pada tubuh jika rutin mengonsumsi kurma dikutip dari berbagai sumber.

1. Meningkatkan kesehatan tulang
Kurma mengandung selenium, magnesium, dan zinc yang semuanya penting untuk kesehatan tulang. Para ahli sepakat bahwa makan kurma secara rutin secara signifikan dapat mengurangi risiko osteoporosis di kemudian hari.

2. Meningkatkan kesehatan jantung
Kandungan kalium pada kurma sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri penyebab stroke dan serangan jantung.

3. Tinggi antioksidan
Antioksidan membantu melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan menargetkan molekul yang tidak stabil yang bereaksi pada senyawa dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Beberapa antioksidan yang ditemukan dalam kurma adalah flavonoid, karotenoid, dan asam fenolik yang dapat membantu mengatasi diabetes, Alzheimer dan kanker.

4. Memperbaiki kulit
Kurma kaya akan vitamin C dan vitamin D yang bisa meningkatkan elastisitas kulit dan membuatnya lebih halus. Makan kurma secara teratur dapat membantu kulit terlihat lebih muda dan mencegah penumpukan melanin sehingga memerangi penuaan dini.

5. Terhindar dari kanker usus besar
Kurma dapat melancarkan sistem pencernaan karena kandungan seratnya yang cukup tinggi. Salah satu yang mendapatkan manfaatnya adalah usus besar sehingga mampu mengurangi risiko kanker usus besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan Department of Food and Nutritional Sciences menemukan bahwa mengonsumsi kurma secara teratur dapat meningkatkan kesehatan usus besar karena kurma meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan sel kanker.

Buka Pijat Plus-Plus Saat Corona, Wanita Singapura Diciduk Polisi

Wanita asal Singapura, Jin Yin, diciduk polisi setelah kedapatan membuka jasa pijat seksual atau biasa disebut pijat plus-plus.
Dilansir dari The Straits Times, Jin ditangkap dengan dakwaan melanggar aturan lockdown terkait virus Corona atau COVID-19 yang ditetapkan pemerintah Singapura sejak 7 April lalu.

Wanita berusia 55 tahun tersebut diduga telah mengiklankan layanan pijat seksual pada 10 April lalu. Dia juga mendapat dua dakwaan lain karena melanggar aturan Massage Establishments Act dengan menjalankan bisnis pijat tanpa izin dan mengiklankannya.

Jin diciduk polisi saat memberikan layanan pijat antara pukul 13.00 dan 14.00 siang waktu setempat, di Salon Kecantikan In-Style di Upper Cross Street.

Sembari berlinang air mata di pengadilan, Jin mengakui bahwa tindakan yang dia lakukan salah dan melanggar peraturan. "Saya tahu saya salah," ujar Jin.

Ini bukan kali pertama ia menghadapi dakwaan serupa. Sebelumnya, pada 2014 dan 2016, dirinya juga sempat dihukum karena melanggar aturan Massage Establishments Act.

Pada pelanggaran pertama, seorang yang dinyatakan bersalah bisa dituntut hukuman dua tahun penjara dan denda maksimal 10 ribu dolar. Sementara pada pelanggaran berulang, hukuman yang dijatuhkan pengadilan akan lebih tinggi, yakni lima tahun penjara dan denda hingga 20 ribu dolar.

Tak Dianjurkan Langsung Makan Berat Saat Berbuka, Ini Alasannya

Banyak orang yang menjadikan buka puasa sebagai ajang balas dendam atau makan dan minum dengan porsi banyak. Namun kebiasan ini ternyata dapat berdampak buruk bagi tubuh.
dr Tan Shot Yen, seorang ahli gizi komunitas mengatakan buka puasa yang baik seharusnya diawali dengan minum air putih. Hal ini penting untuk mengembalikan cairan dalam tubuh saat seseorang berpuasa.

"Paling penting membatalkan puasa adalah rehidrasi. Rehidrasi yang utama adalah air putih, bukan kolak, bukan es teh manis, dan bukan cendol," ujar dr Tan, Rabu (29/4/2020).

Menurutnya, kebiasan terlalu banyak menyantap makanan saat buka puasa dapat berakibat buruk bagi tubuh. Dampaknya dapat menyebabkan sakit perut hingga muntah.

"Sebab kita puasa 13 jam kurang lebih, lalu tiba-tiba dihajar makanan berat, itu sebabnya kalian mengalami yang disebut dengan sakit perut," kata dr Tan.

Penting bagi seseorang mengatur jadwal makan dan minum secara teratutr selama berpuasa. Kemudian dr Tan menyarankan saat buka konsumsi makanan seadanya agar dapat makan makanan yang bergizi pada jeda waktu setelah buka.

"Kalau seandainya kita membatalkan puasa dengan cara yang sopan cuma sekedar membatalkan puasa minum air dan hanya dengan kurma. Maka abis salat Magrib perut kita udah ready tuh, bisa makan yang lebih benar dengan isi piring komplit," lanjutnya.

"Kalau Anda makan kebanyakan juga akhirnya air yang mestinya diminum delapan gelas gak punya tempat. Padahal rehidrasi itu sama pentingnya dengan makan," pungkasnya.

Rutin Konsumsi Kurma Saat Berbuka, Ini Manfaatnya Bagi Tubuh

 Kurma jadi primadona saat bulan Ramadhan. Saat berbuka puasa, umat Muslim juga dianjurkan konsumsi kurma 2-3 butir per hari. Kandungan kurma yang manis bisa mengembalikan kadar gula darah yang sempat turun setelah seharian berpuasa.
Selain itu kurma juga kaya akan serat dan mengandung protein tinggi serta kalsium, magnesium, dan Vitamin B6 yang tentunya baik untuk tubuhmu.

Mengonsumsi kurma secara rutin terutama saat berbuka puasa akan memberikan manfaat ekstra. Berikut yang terjadi pada tubuh jika rutin mengonsumsi kurma dikutip dari berbagai sumber.

1. Meningkatkan kesehatan tulang
Kurma mengandung selenium, magnesium, dan zinc yang semuanya penting untuk kesehatan tulang. Para ahli sepakat bahwa makan kurma secara rutin secara signifikan dapat mengurangi risiko osteoporosis di kemudian hari.

2. Meningkatkan kesehatan jantung
Kandungan kalium pada kurma sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri penyebab stroke dan serangan jantung.

3. Tinggi antioksidan
Antioksidan membantu melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan menargetkan molekul yang tidak stabil yang bereaksi pada senyawa dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Beberapa antioksidan yang ditemukan dalam kurma adalah flavonoid, karotenoid, dan asam fenolik yang dapat membantu mengatasi diabetes, Alzheimer dan kanker.

4. Memperbaiki kulit
Kurma kaya akan vitamin C dan vitamin D yang bisa meningkatkan elastisitas kulit dan membuatnya lebih halus. Makan kurma secara teratur dapat membantu kulit terlihat lebih muda dan mencegah penumpukan melanin sehingga memerangi penuaan dini.

5. Terhindar dari kanker usus besar
Kurma dapat melancarkan sistem pencernaan karena kandungan seratnya yang cukup tinggi. Salah satu yang mendapatkan manfaatnya adalah usus besar sehingga mampu mengurangi risiko kanker usus besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan Department of Food and Nutritional Sciences menemukan bahwa mengonsumsi kurma secara teratur dapat meningkatkan kesehatan usus besar karena kurma meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan sel kanker.

Haruskah Bahan Makanan Dicuci Pakai Sabun Agar Bebas Virus Corona?

Persediaan kebutuhan pokok seperti bahan makanan, buah, dan sayur perlu disiapkan selama menjalani puasa di tengah pandemi virus Corona. Tetapi untuk mencegah terjadinya penularan virus, apakah perlu mencuci bahan makanan dengan menggunakan sabun sebelum diolah?
Menurut ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen, hingga kini belum ada penelitian yang menyatakan bahan makanan bisa menjadi perantara penularan virus.

"Belum ada penelitian yang menyebut sayur dan buah atau belanjaan kalian itu sebagai media untuk penularan virus," kata dr Tan, Rabu (29/4/2020).

"Prinsipnya adalah justru sebelum dan sesudah kamu menyentuh makanan-makanan itu, kamu harus cuci tangan selama 20 detik dan mencucinya harus benar," lanjutnya.

dr Tan juga mengatakan jika bahan makanan dicuci menggunakan sabun atau antiseptik justru akan berbahaya bila tidak dicuci sampai bersih.

"Yang lebih bahayanya lagi adalah kalau mengolah makanan dengan segala cairan antiseptik dan sebagainya atau dengan sabun lalu itu tersisa di dalam makanan dan kalian makan, ya wasalam," tuturnya.

Tak Dianjurkan Langsung Makan Berat Saat Berbuka, Ini Alasannya

Banyak orang yang menjadikan buka puasa sebagai ajang balas dendam atau makan dan minum dengan porsi banyak. Namun kebiasan ini ternyata dapat berdampak buruk bagi tubuh.
dr Tan Shot Yen, seorang ahli gizi komunitas mengatakan buka puasa yang baik seharusnya diawali dengan minum air putih. Hal ini penting untuk mengembalikan cairan dalam tubuh saat seseorang berpuasa.

"Paling penting membatalkan puasa adalah rehidrasi. Rehidrasi yang utama adalah air putih, bukan kolak, bukan es teh manis, dan bukan cendol," ujar dr Tan, Rabu (29/4/2020).

Menurutnya, kebiasan terlalu banyak menyantap makanan saat buka puasa dapat berakibat buruk bagi tubuh. Dampaknya dapat menyebabkan sakit perut hingga muntah.

"Sebab kita puasa 13 jam kurang lebih, lalu tiba-tiba dihajar makanan berat, itu sebabnya kalian mengalami yang disebut dengan sakit perut," kata dr Tan.

Penting bagi seseorang mengatur jadwal makan dan minum secara teratutr selama berpuasa. Kemudian dr Tan menyarankan saat buka konsumsi makanan seadanya agar dapat makan makanan yang bergizi pada jeda waktu setelah buka.

"Kalau seandainya kita membatalkan puasa dengan cara yang sopan cuma sekedar membatalkan puasa minum air dan hanya dengan kurma. Maka abis salat Magrib perut kita udah ready tuh, bisa makan yang lebih benar dengan isi piring komplit," lanjutnya.

"Kalau Anda makan kebanyakan juga akhirnya air yang mestinya diminum delapan gelas gak punya tempat. Padahal rehidrasi itu sama pentingnya dengan makan," pungkasnya.

Rutin Konsumsi Kurma Saat Berbuka, Ini Manfaatnya Bagi Tubuh

 Kurma jadi primadona saat bulan Ramadhan. Saat berbuka puasa, umat Muslim juga dianjurkan konsumsi kurma 2-3 butir per hari. Kandungan kurma yang manis bisa mengembalikan kadar gula darah yang sempat turun setelah seharian berpuasa.
Selain itu kurma juga kaya akan serat dan mengandung protein tinggi serta kalsium, magnesium, dan Vitamin B6 yang tentunya baik untuk tubuhmu.

Mengonsumsi kurma secara rutin terutama saat berbuka puasa akan memberikan manfaat ekstra. Berikut yang terjadi pada tubuh jika rutin mengonsumsi kurma dikutip dari berbagai sumber.

1. Meningkatkan kesehatan tulang
Kurma mengandung selenium, magnesium, dan zinc yang semuanya penting untuk kesehatan tulang. Para ahli sepakat bahwa makan kurma secara rutin secara signifikan dapat mengurangi risiko osteoporosis di kemudian hari.

2. Meningkatkan kesehatan jantung
Kandungan kalium pada kurma sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat yang dapat menyebabkan penyumbatan arteri penyebab stroke dan serangan jantung.

3. Tinggi antioksidan
Antioksidan membantu melindungi tubuh dari radikal bebas. Antioksidan menargetkan molekul yang tidak stabil yang bereaksi pada senyawa dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Beberapa antioksidan yang ditemukan dalam kurma adalah flavonoid, karotenoid, dan asam fenolik yang dapat membantu mengatasi diabetes, Alzheimer dan kanker.

4. Memperbaiki kulit
Kurma kaya akan vitamin C dan vitamin D yang bisa meningkatkan elastisitas kulit dan membuatnya lebih halus. Makan kurma secara teratur dapat membantu kulit terlihat lebih muda dan mencegah penumpukan melanin sehingga memerangi penuaan dini.

5. Terhindar dari kanker usus besar
Kurma dapat melancarkan sistem pencernaan karena kandungan seratnya yang cukup tinggi. Salah satu yang mendapatkan manfaatnya adalah usus besar sehingga mampu mengurangi risiko kanker usus besar.

Sebuah penelitian yang dilakukan Department of Food and Nutritional Sciences menemukan bahwa mengonsumsi kurma secara teratur dapat meningkatkan kesehatan usus besar karena kurma meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan sel kanker.

Rabu, 29 April 2020

Misteri di Balik Tingkat Kematian Rendah Akibat Virus Corona di India

Namun menurut Srinath Reddy, presiden di Public Health Foundation of India, tidak ada laporan tentang melonjaknya kematian di rumah sakit. Artinya, tidak mungkin ada kematian dalam kategori itu yang tidak tercatat.

Misalnya, jumlah kematian anak yang besar di sejumlah rumah sakit di wilayah India utara dalam beberapa tahun terakhir secara jujur dilaporkan dan dicatat.

Hal serupa, menurut Reddy, juga terjadi pada angka kematian di rumah yang disebutnya tidak mungkin tak tercatat.

Sejumlah pakar berkata, tanpa sistem pengawasan kesehatan yang mumpuni, ponsel dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan kematian yang diduga akibat Covid-19.

Lebih dari 850 juta penduduk India merupakan pengguna telepon genggam. Mereka dapat didorong melaporkan kematian tidak wajar di kampung mereka ke pusat kontak yang tak memakan pulsa.

Pemerintah India lalu bisa menindaklanjuti laporan itu dengan mengunjungi keluarga maupun menggelar 'otopsi verbal'.

Menghitung kematian selalu menjadi sebuah proyek yang penuh ketidakpastian di India.

Setidaknya 10 juta orang di India meninggal setiap tahun. Menurut kajian Million Death Study, ada jumlah kematian yang lebih besar daripada angka faktual.

Misalnya, hanya ada 100.000 kematian prematur akibat HIV pada 2005 di India. Jumlah itu seperempat dari estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut kajian yang sama, ada pula kematian yang tidak tercatat sepenuhnya di India. Kematian akibat malaria misalnya, lima kali lebih rendah ketimbang yang diestimasi WHO.

Berdasarkan keterangan resmi pemerintah India, hanya 22% kematian yang disertai akta kematian.

Lalu ada pula pertanyaan tentang bagaimana pemerintah India mendefinisikan kematian akibat Covid-19.

Sejumlah dokter di India melaporkan bahwa banyak orang meregang nyawa setelah mengalami gejala klinis Covid-19. Mereka tidak menjalani tes atau ditangani dengan protokol yang tepat.

Lantas ada pertanyaan apakah sebenarnya terdapat diagnosis yang keliru dalam berbagai kasus itu. Di India terdapat catatan tentang kasus salah diagnosis yang berujung kematian pasien.

Jean-Louis Vincent, profesor yang bertugas di ruang perawatan intensif Erasme University Hospital, Belgia, mengatakan bahwa terdapat kasus Covid-19 yang tidak tercatat di berbagai negara, termasuk India.

"Saat Anda mengaku mengalami demam dan persoalan pernafasan sebelum meninggal, Anda mungkin diduga kuat mengidap Covid-19. Tapi bisa saja penyebabnya adalah hal lain," kata Vincent.

Virus corona

"Kematian kerap diawali infeksi, walau kadang-kadang gejalanya minor. Jika Anda tidak menjalani tes, Anda mungkin mengkaitkan banyak kematian dengan Covid-19 atau menyanggah seluruhnya."

"Itulah mengapa tingkat kematian akibat Flu Spanyol pada tahun 1918 sangat beragam," ujarnya.

Vincent tidak yakin apakah perhitungan kematian akan mengungkap gambaran utuh tentang penularan virus ini.

"Mencatat angka kematian akibat Covid-19 tidak ada artinya untuk mengevaluasi seberapa mematikan penyakit itu."

"Jumlah kasus yang ditangani rumah sakit mengungkap lebih banyak hal, tapi tidak termasuk kematian yang tidak mereka pegang," kata Vincent.

Menurut sejumlah pakar, banyak pemerintahan secara alamiah mengatur data kematian untuk mencegah kecemasan publik.

"Tapi tidak ada satupun pihak secara sengaja menutupi kasus kematian. Anda tidak bisa menyembunyikan kematian dalam jumlah besar," kata Prabhat Jha dari University of Toronto.

"Penelusuran jumlah kematian jauh lebih bisa dipercaya ketimbang menghitung kasus yang mengandung bias hasil tes. Namun kuncinya adalah memastikan semua kematian atau contoh acak kasus itu terdata," ujar Jha.

India barangkali melewatkan sejumlah kematian dan tidak mendiagnosis pasien secara tepat. Namun saat ini tidak terbantahkan bahwa tingkat kematian mereka rendah.

Meski begitu terlalu dini menyebut India telah menyembunyikan data kematian yang sesungguhnya.

"Jujur, kita belum tahu apakah itu benar atau tidak," kata seorang pakar kepada saya.

Misteri di Balik Tingkat Kematian Rendah Akibat Virus Corona di India

Hingga tulisan ini diterbitkan, lebih dari 800 orang di India meninggal akibat Covid-19. (Getty Images)

Liputan berbagai media internasional tentang kasus Covid-19 di India adalah gabungan antara kelegaan dan juga kebingungan.

Mereka mengangkat kisah tentang 'misteri di balik tingkat kematian yang rendah'. Berbagai laporan jurnalistik itu menuding pemerintah India mempublikasikan data palsu tentang kasus Covid-19.

Ada pula sebuah liputan yang menyebut tren umum kasus Covid-19 tidak terjadi di India. Dasar argumen laporan itu adalah tingkat kematian di banyak kota besar India yang lebih rendah ketimbang episentrum wabah Covid-19 di negara lain.

Kurang lebih dua bulan setelah pemerintah India mengumumkan kasus Covid-19 pertama, lebih dari 27.000 orang di negara itu terjangkit penyakit tersebut. Lebih dari 800 orang di antaranya meninggal dunia.

Cara mendapatkan tingkat kematian adalah menghitung jumlah hari yang dibutuhkan suatu angka kematian untuk berlipat ganda.

India saat ini membutuhkan sembilan hari. Pada 25 April terdapat 825 kematian. Setengah angka kematian itu tercatat pada 16 April.

Sejumlah pakar menilai hasil hitung-hitungan itu merupakan kabar baik. Mereka berkata, angka kematian di kota New York, Amerika Serikat, meningkat dua kali lipat dalam dua atau tiga hari.

Menurut sejumlah dokter dan tenaga medis profesional, ketentuan karantina wilayah yang diterapkan secara ketat oleh pemerintah India, mampu mengontrol angka infeksi dan kematian.

Jurnal kesehatan Lancet menyebut karantina wilayah sudah memenuhi target untuk meratakan kurva kasus Covid-19.

Adapun beberapa pakar lainnya menilai populasi India yang didominasi orang-orang berusia muda membuat angka kematian itu tidak memburuk.

Sebagaimana disebut dalam berbagai laporan, orang-orang berusia lanjut memiliki risiko kematian yang lebih besar jika mengidap Covid-19.

Namun ada pula yang menyebut kemungkinan virus corona baru yang tidak lebih mematikan ketimbang di negara lain. Mereka mengaitkannya dengan cuaca panas yang diyakini memutus penyebaran virus SARS-CoV-2 tersebut.

Walau begitu, argumentasi tadi tidak didukung bukti ilmiah. Faktanya, para dokter yang menangani pasien kritis Covid-19 di India berkata kepada saya bahwa virus corona baru yang menyebar di negara ini sama berbahayanya dengan di negara lain.

Pertanyaannya, mengapa India mencatat tingkat kematian yang lain dibandingkan sebagian besar negara lain?

"Berkata sejujurnya, saya tidak tahu dan masyarakat internasional pun tidak tahu," kata fisikawan dan pakar onkologi Siddartha Mukherjee baru-baru ini.

"Saya akan menyebut tren ini sebagai sebuah misteri dan sebagian dari fakta yang masih abu-abu ini adalah bahwa India belum menggelar cukup banyak tes Covid-19."

"Jika kita menguji lebih banyak orang, maka kita akan mendapatkan jawabannya," ujar Mukherjee.

Mukherjee menyebut tes diagnostik yang menentukan apakah seseorang terinfeksi dan uji antibodi untuk mengetahui seseorang pernah terjangkit atau dinyatakan sembuh.

Virus corona

Pertanyaan lain yang belum terjawab adalah apakah India luput mencatat sejumlah kematian akibat Covid-19.

Terdapat banyak kematian yang tidak tercatat di berbagai negara yang sangat terdampak virus ini.

Setelah menelusuri data kematian di 12 negara misalnya, New York Times menemukan bahwa ada 40.000 kematian yang tidak tercatat di data resmi, Maret lalu.

Kematian itu adalah yang terbukti berkaitan erat dengan Covid-19 maupun yang didorong penyebab lainnya.

Analisis Financial Times terhadap kematian selama pandemi Covid-19 di 14 negara menemukan bahwa jumlah kematian akibat virus ini sebenarnya 60% tinggi dibandingkan data resmi.

Namun India dalam data yang ditelisik oleh New York Times dan Financial Times itu.

Prabhat Jha, akademisi dari University of Toronto yang memimpin proyek ambisius bertajuk Million Death Study, menilai kematian yang tidak tercatat harus masuk dalam perhitungan ini.

"Karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, setelah ini dibutuhkan sistem penghitungan lain di India," ujar Jha kepada saya.

Sekitar 80% kematian di India memang terjadi di rumah. Ini termasuk kematian akibat malaria dan penyakit paru. Kematian akibat persalinan, serangan jantung, dan kecelakaan adalah jenis kematian yang lebih sering dicatat pihak rumah sakit.

"Banyak orang di India mendapat penanganan medis secara terus-menerus, pulang, lalu meninggal di rumah," kata Jha.

Jelas, hanya menghitung kematian yang terjadi di rumah sakit tidak cukup untuk mendapatkan angka kematian akibat Covid-19 yang akurat.

Relasi Kusut AS-China Akibat Virus Corona

Di tengah situasi dunia yang kalut atas pandemi virus corona, Amerika Serikat dan China terus melanjutkan perseteruan mereka.

Kedua negara tersebut juga belum lama terlibat perang dagang yang membuat ketar-ketir banyak negara atas dampak yang ditimbulkan.

Sejak wabah itu merebak di China pada akhir 2019, awalnya Presiden AS, Donald Trump, masih yakin dengan menyatakan mereka sanggup mengatasinya dengan melakukan pengujian massal.


Akan tetapi, sikap Trump berubah ketika wabah corona di China semakin menurun, tetapi jumlah kasus di AS perlahan merangkak naik, dan bahkan kini sudah mencapai lebih dari 1 juta.

Trump mulanya menyebut virus corona sebagai virus Wuhan. Sebab, wabah itu pertama kali merebak di Kota Wuhan yang merupakan ibu kota provinsi Hubei, China.

Setelah jumlah kasus infeksi di AS semakin banyak, satuan tugas penanganan virus corona yang dipimpin Wakil Presiden AS, Mike Pence, menuduh China tidak memberikan data secara lengkap mengenai penyebaran virus corona di Wuhan.

Tuduhan lain lantas diarahkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump mengatakan WHO tidak terbuka mengenai wabah virus corona dan dinilai terlalu berpihak kepada China.

Kemudian, Trump menuduh virus corona adalah hasil rekayasa yang dilakukan di laboratorium Institut Virologi Wuhan. AS juga mendesak supaya China membuka akses untuk para pakar dunia memeriksa kegiatan dan standar baku kegiatan di lokasi tersebut.

China lantas bereaksi keras enggan memberikan izin dan membantah semua tuduhan tersebut.

Negeri Tirai Bambu balik menuding dengan menduga ada keterlibatan AS dalam penyebaran virus corona. Sampai-sampai muncul dugaan virus tersebut adalah senjata biologis.

Perseteruan tersebut lantas membuat Trump menyatakan mencabut bantuan anggaran bagi WHO dan kemungkinan tidak akan melanjutkannya sampai kapanpun. Di sisi lain, China langsung menanggapi dengan memberi dana tambahan jutaan dolar kepada WHO.

Trump meyakini bahwa China seharusnya bisa mencegah wabah virus corona menjadi pandemi yang mempengaruhi dunia. Sejumlah sekutu AS seperti Australia dan Inggris juga meminta keterbukaan China terkait data virus corona.

"Ada banyak cara yang bisa kami lakukan untuk membuat mereka bertanggung jawab. Kami sedang melakukan investigasi dengan serius seperti yang kalian semua ketahui dan kami tak senang dengan situasi yang ada saat ini," ucap Trump dalam sesi konferensi pers dikutip dari Associated Press, Selasa (28/4) kemarin.

Pemerintah China seolah membalas diplomasi koboi ala AS dengan mengelak bak jurus-jurus kung-fu. Selain menanggapi, mereka juga gencar mengirim bantuan kepada sejumlah negara sahabat untuk penanganan virus corona, termasuk mengisi kekosongan pengaruh AS di WHO.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, sempat mengatakan bahwa mereka bukan musuh AS di tengah situasi pandemi corona dan menyarankan supaya bersama-sama saling membantu. Meski begitu, hal tersebut tidak membuat China lantas bersikap mengalah.

"Mereka (AS) hanya memiliki satu tujuan: melalaikan tanggung jawab atas tindakan pencegahan dan pengendalian epidemi yang buruk, dan mengalihkan perhatian publik," kata Geng kepada wartawan dalam jumpa pers pada Selasa kemarin, seperti dikutip dari AFP.

AS dan China kini diibaratkan sebagai dua raksasa dunia. Mereka saling berebut pengaruh di seluruh kawasan dunia. Persaingan itu semakin sengit ketika Presiden China, Xi Jinping, menggulirkan program Belt and Road untuk memperluas jejaring persahabatan dengan negara lain melalui proyek infrastruktur.

Sedangkan AS juga mati-matian berusaha supaya sekutunya tidak jatuh ke dalam dekapan China. 

Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia (3)

Kepada siapa Indonesia harus berpegang jika kelak dunia mengumumkan penemuan vaksin?

Vaksin itu dibuat dari virus yang dilemahkan. Kalau virus yang dilemahkan itu berasal dari China, misalnya, maka tidak cocok kalau dipakai di Indonesia. Karena vaksin akan memacu timbulnya antibodi yang sesuai dengan antigen (dari virus yang dilemahkan). Jadi dalam kasus ini kita akan kebal terhadap virus China. Lha kalau yang menyerang virus Indonesia, kita tetap tidak terlindung.

Jadi kita harus membuat vaksin sendiri dari virus strain kita sendiri.

Apa bisa? Pasti bisa, asal ada good will dari pemerintah. BPPT sudah mulai membuktikan bahwa kita bisa. Ya harus di-support penuh.

Tidak perlu vaksin dari luar walaupun diberi gratis.

Mengapa vaksinasi selalu diorientasikan sebagai ladang bisnis? 

Ya pasti kalau sudah pandemi pasti WHO mengharuskan semua negara membeli vaksin. Barang yang harus dibeli dengan alasan keselamatan nyawa pasti akan menjadi komoditi dagang nomor satu.

Vaksin bikinan sendiri dengan seed virus varian Indonesia jauh lebih tepat, apalagi bisa dibikin dengan cara halal. Mafia-mafia internasional memaksa kita membeli vaksin (dari mana seed virus-nya kita tidak tahu) dengan dasar anjuran WHO.

Kalau kita tidak punya uang, World Bank siap memberi utang, tidak peduli utang kita semakin bertambah.

Bagaimana Anda melihat peran WHO di balik penanganan pandemi covid-19?

Sudah saya katakan WHO gagap tidak mengerti esensinya pandemik. Banyak hal yang dilakukannya menjadi blunder. Mestinya Indonesia memimpin negara-negara lain untuk menuntut pimpinan WHO mundur karena tidak mampu menyelamatkan umat manusia di dunia dari pandemik covid.

WHO menaksir "Virus ini akan bersama kita untuk waktu yang lama." Sementara pakar epidemiologi UGM memperkirakan, jika vaksin covid-19 tak ditemukan dalam waktu dekat, penerapan social distancing di Indonesia bisa memakan waktu sampai 2022. Bagaimana Anda membaca situasi ini? 

Yang relevan bicara seed virus covid 19 strain Indonesia akan ditemukan adalah klinikus yang bekerja sama dengan virologist, Bukan epidemiologist. Seed virus bisa di temukan bila virus sudah stabil, artinya ketika pandemik mereda.

Physical distancing dalam rangka PSBB itu baik secara public health. Tetapi di mata klinikus lebih dulu harus dilakukan screening massif serentak, baru dilakukan PSBB.

Jadi pada saat kita dikurung se kecamatan atau se kabupaten, kelompok mana yang positif dan mana yang negatif jelas terpilah. Dengan demikian PSBB akan efektif. 

Mengapa pandemi saat ini tak terkendali dan berujung pada penyebaran masif hingga melumpuhkan dunia?

Saya heran China diam ketika ditetapkan sebagai PHEIC (Public Health Emergency of International Concern). Apakah betul virus berasal dari kelelawar yang menular ke manusia, dan kemudian menular dari manusia ke manusia. Baru sekarang dunia protes bahwa mereka dianggap tidak transparan.

Kalau virus tidak segera ditransparansikan maka bahayanya ya seperti sekarang. Penularan tidak bisa dideskripsikan dengan tepat. Sehingga sangat menakutkan.

Apalagi WHO menetapkan ini sebagai pandemik, maka terjadilah hal-hal yang menakutkan di dunia. Menurut saya WHO gagap tidak mampu menghadapi pandemi covid-19 ini.

Bagaimana Anda melihat ilmuwan di penjuru dunia kini berlomba mencari vaksin covid-19, termasuk di antaranya Bill Gates yang mengucurkan dana besar untuk memodali riset vaksin?

Vaksin belum diperlukan pada fase ini. Fase sekarang virusnya masih berubah-ubah, tidak akan bisa ditaklukkan dengan vaksin. Dunia tidak butuh vaksin saat ini, ya kecuali Bill Gates yang sangat concern terhadap vaksin, bahkan sejak pertemuan di Davos 2017 dia sudah mengimbau negara kaya untuk menyiapkan vaksin bila ada pandemik. Dan sekarang Bill gates [diberitakan] sudah mulai uji coba ke beberapa orang di suatu negara tertentu. Bill Gates juga [diberitakan] mengatakan untuk membuat vaksin paling cepat 18 bulan.

Saya tidak mencurigai Bill Gates. Tapi saya mempertanyakan Bill Gates pakai seed virus yang mana untuk membuat vaksin yang akan diuji coba ìtu? Padahal kata Bill Gates membuat vaksin itu membutuhkan waktu setidaknya 18 bulan [tapi sudah diberitakan Bill Gates mulai uji coba vaksin ke beberapa orang].

Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia (2)

Apa yang membedakan situasi politik kesehatan dunia saat ini dengan masa wabah flu burung waktu lalu?

Politik kesehatan sangat berbeda. Dulu WHA (World Health Assembly) sangat berperan dalam keputusan WHO. Sekarang banyak organisasi kesehatan dunia yang lebih dominan. Dan tak pelak lagi organisasi-organisasi itu pasti memerlukan dana yang saya tidak tahu dari mana asalnya. Dan ternyata organisasi tersebut tidak ada gunanya ketika terjadi pandemi seperti ini.

Dulu WHO harus konsisten dengan aturan yang ada di IHR (Regulasi Kesehatan Dunia) 2005. Kami bisa protes kalau itu dilanggar. Sekarang IHR itu diubah tidak seperti dulu sehingga penetapan pandemik tidak transparan.

Mengapa pandemi saat ini tak terkendali dan berujung pada penyebaran masif hingga melumpuhkan dunia?

Saya heran China diam ketika ditetapkan sebagai PHEIC (Public Health Emergency of International Concern). Apakah betul virus berasal dari kelelawar yang menular ke manusia, dan kemudian menular dari manusia ke manusia. Baru sekarang dunia protes bahwa mereka dianggap tidak transparan.

Kalau virus tidak segera ditransparansikan maka bahayanya ya seperti sekarang. Penularan tidak bisa dideskripsikan dengan tepat. Sehingga sangat menakutkan.

Apalagi WHO menetapkan ini sebagai pandemik, maka terjadilah hal-hal yang menakutkan di dunia. Menurut saya WHO gagap tidak mampu menghadapi pandemi covid-19 ini.

Bagaimana Anda melihat ilmuwan di penjuru dunia kini berlomba mencari vaksin covid-19, termasuk di antaranya Bill Gates yang mengucurkan dana besar untuk memodali riset vaksin?

Vaksin belum diperlukan pada fase ini. Fase sekarang virusnya masih berubah-ubah, tidak akan bisa ditaklukkan dengan vaksin. Dunia tidak butuh vaksin saat ini, ya kecuali Bill Gates yang sangat concern terhadap vaksin, bahkan sejak pertemuan di Davos 2017 dia sudah mengimbau negara kaya untuk menyiapkan vaksin bila ada pandemik. Dan sekarang Bill gates [diberitakan] sudah mulai uji coba ke beberapa orang di suatu negara tertentu. Bill Gates juga [diberitakan] mengatakan untuk membuat vaksin paling cepat 18 bulan.

Saya tidak mencurigai Bill Gates. Tapi saya mempertanyakan Bill Gates pakai seed virus yang mana untuk membuat vaksin yang akan diuji coba ìtu? Padahal kata Bill Gates membuat vaksin itu membutuhkan waktu setidaknya 18 bulan [tapi sudah diberitakan Bill Gates mulai uji coba vaksin ke beberapa orang].

Kepada siapa Indonesia harus berpegang jika kelak dunia mengumumkan penemuan vaksin?

Vaksin itu dibuat dari virus yang dilemahkan. Kalau virus yang dilemahkan itu berasal dari China, misalnya, maka tidak cocok kalau dipakai di Indonesia. Karena vaksin akan memacu timbulnya antibodi yang sesuai dengan antigen (dari virus yang dilemahkan). Jadi dalam kasus ini kita akan kebal terhadap virus China. Lha kalau yang menyerang virus Indonesia, kita tetap tidak terlindung.

Jadi kita harus membuat vaksin sendiri dari virus strain kita sendiri.

Apa bisa? Pasti bisa, asal ada good will dari pemerintah. BPPT sudah mulai membuktikan bahwa kita bisa. Ya harus di-support penuh.

Tidak perlu vaksin dari luar walaupun diberi gratis.

Mengapa vaksinasi selalu diorientasikan sebagai ladang bisnis? 

Ya pasti kalau sudah pandemi pasti WHO mengharuskan semua negara membeli vaksin. Barang yang harus dibeli dengan alasan keselamatan nyawa pasti akan menjadi komoditi dagang nomor satu.

Vaksin bikinan sendiri dengan seed virus varian Indonesia jauh lebih tepat, apalagi bisa dibikin dengan cara halal. Mafia-mafia internasional memaksa kita membeli vaksin (dari mana seed virus-nya kita tidak tahu) dengan dasar anjuran WHO.

Kalau kita tidak punya uang, World Bank siap memberi utang, tidak peduli utang kita semakin bertambah.

Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia

 Menteri Kesehatan RI (2004-2009) Siti Fadilah Supari membuat Indonesia jadi sorotan internasional setelah menggalang dukungan negara-negara lain untuk menggugat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait penanganan wabah flu burung H5N1 pada 2005.

Siti melawan dengan tidak mengirimkan spesimen virus yang diminta WHO. Dia tak terima penanganan wabah harus mengikuti standar Global Influenza Surveillance Network (GSIN) karena tidak transparan dan berisiko dijadikan sebagai komoditas monopoli perdagangan vaksin.

Upaya Siti membongkar dugaan konspirasi bisnis kesehatan dunia telah dituangkan ke dalam buku Saatnya Dunia Berubah (2008) disertai pemaparan literasi dan bukti-bukti data sepanjang dia jatuh-bangun menuntaskan wabah flu burung di Indonesia.

Buku tersebut berujung kontroversi. Salinan yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris bahkan sempat dikabarkan ada yang menarik dari peredaran.


Terlepas dari polemik yang terjadi, Siti mendapat pengakuan dari dunia. Majalah The Economist di London, misalnya, menempatkan Siti sebagai tokoh yang memulai revolusi dalam menyelamatkan dunia dari dampak penyakit pandemik.

"Menteri Kesehatan Indonesia itu, telah memilih senjata yang terbukti lebih berguna daripada vaksin terbaik dunia saat ini, dalam menanggulangi ancaman virus flu burung, yakni transparansi," tulis The Economist, 10 Agustus 2006 lalu.

Selepas masa jabatan sebagai menteri kesehatan, Siti dijerat kasus oleh KPK dalam perkara dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di kementerian yang sempat dia pimpin. Ditetapkan sebagai tersangka pada 2014, Siti baru masuk persidangan 2017 dan dijatuhi vonis 4 tahun penjara pada tahun yang sama.

Belakangan publik menggulirkan petisi agar Presiden Joko Widodo segera membebaskan Siti Fadilah karena sosoknya dibutuhkan negara dalam menghadapi wabah virus corona (covid-19) yang telah melumpuhkan dunia.

Kejanggalan sempat terjadi dalam upaya penggalangan petisi tersebut. Pada Kamis 16 April, petisi tersebut diberitakan tercatat sudah mendapatkan 42 ribu tanda tangan dari para warganet dan terus bergerak menuju angka 50 ribu. Namun pada Sabtu, 18 April 2020, tanda tangan di petisi tersebut tiba-tiba turun drastis menjadi 15 ribuan.

Siti, yang kini masih mendekam di Rutan Pondok Bambu, mewanti-wanti pemerintah agar tidak terbelenggu dengan tekanan dunia dalam menghadapi pandemi covid-19. Dia berharap pemerintah bisa lebih tangguh serta mandiri dalam menuntaskan wabah corona, dan dia pun yakin negara bisa menghadapinya.

Berikut petikan wawancara Siti Fadilah Supari yang dilakukan melalui korespondensi:

Apakah Anda pernah menduga sebelumnya bakal ada wabah lain setelah flu burung mereda? Mengapa demikian?

Ya, saya sangat menduga bahwa pandemik akan terjadi setelah pandemik avian flu atau flu burung H5N1. Karena dalam pandemik Flu Burung saya berhasil menyimpulkan berdasarkan data data yang valid bahwa ada konspirasi di balik pandemik Flu Burung (yang saya tulis di buku "SDB").

Konspirasi utama yang harus ada adalah WHO dan konspirator lain adalah pihak-pihak industri farmasi yang akan menangguk keuntungan besar dari terjadinya pandemik.

Selama dua faktor itu masih merajai, maka pandemik tetap akan terjadi.

Apa yang menyebabkan dunia dilanda wabah virus, yang umumnya berkarakteristik flu symptoms secara beruntun?

Mengapa flu? Mengingat pandemik flu yang mematikan banyak orang pada 1918. Flu virus mudah menginfeksi manusia dan punya kemampuan menyebar atau menular, maka lembaga resmi dunia WHO dengan GISN-nya waktu itu melalui laboratorium CDC Atlanta meneliti virus flu dengan segala variannya sepanjang masa.

Alasan Vaksin Covid-19 Butuh Minimal 18 Bulan Diproduksi

Sejumlah otoritas terkait dan ilmuwan percaya bahwa sukarelawan dapat diberikan kandidat vaksin dan kemudian virus corona baru untuk melihat apakah vaksin tersebut efektif dalam menghasilkan respons kekebalan dan mencegah infeksi. Jenis studi itu disebut 'uji coba tantangan' dan itu telah dilakukan sebelumnya.

Dalam studi itu, para peneliti harus menginfeksi ratusan sukarelawan muda yang sehat dengan virus corona baru dan hanya beberapa dari mereka yang akan diberikan vaksin. Sejumlah orang juga akan menerima obat plasebo sehingga hasilnya dapat dibandingkan.

Melansir BGR, sebelum vaksin diberikan, pasien harus diisolasi untuk memastikan bahwa tidak ada yang memiliki penyakit. Setelah vaksin diberikan, sukarelawan juga harus kembali diisolasi hingga masa pemulihan. Para ilmuwan harus melakukan tes rutin dan mengamati evolusi setiap pasien. 

Masalah utama dari studi itu adalah Covid-19 memiliki riwayat dapat membunuh anak muda yang shat dan orang tua. Artinya, relawan yang setuju untuk mengambil bagian dalam penelitian semacam itu sepenuhnya mengetahui apa implikasinya, yakni bisa berakhir dengan kematian. Selain itu, tidak ada jaminan juga bahwa vaksin akan efektif.

Sebuah situs web bernama 1 Day Sooner sudah mendukung uji coba vaksin dan hampir 3.500 orang dari 52 negara telah mendaftar untuk itu. Situs itu menawarkan perbandingan antara penelitian vaksin tradisional dan uji coba tantangan.

Dengan jumlah kandidat vaksin yang meningkat dengan cepat, uji coba tantangan tidak akan mungkin untuk semua obat yang diusulkan. Sebab, metode itu harus mengisolasi ratusan orang selama berminggu-minggu untuk setiap uji coba tantangan vaksin dan memberi dampak negatif bagi rumah sakit.

Vaksin yang gagal
Sebelum disedikaan secara massal, vaksin akan diuji terlebih dulu kepada relawan untuk mengetahui apakah ada efek samping di tubuh manusia (Istockphoto/ Scyther5)

Melansir CNN, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa vaksin telah menyelamatkan antara 2 dan 3 juta jiwa per tahun. Namun, riwayat penemuan vaksin juga dipenuhi dengan kegagalan, di mana orang yang menerima vaksin bernasib jauh lebih buruk daripada mereka yang tidak. 

Pada 1960-an, sebuah tes untuk vaksin RSV (human respiratory syncytial virus) gagal melindungi banyak bayi dari terkena penyakit dan menyebabkan gejala yang lebih buruk.

Pada tahun 1976, ratusan orang mengalami sindrom Guillain-Barré, gangguan langka di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf, yang menyebabkan kelumpuhan. Kejadian itu setelah mereka menerima vaksin flu babi yang dilarang oleh WHO.

Lihat juga: Ahli RI Ingatkan Gelombang Dua Corona Bisa Lebih Buruk
Tahun 2017, pemerintah Filipina mendakwa 14 pejabat negara atas kematian 10 anak yang menerima vaksin demam berdarah. Hasil penyelidikan menyebut bahwa vaksinasi dilakukan secara tergesa-gesa tanpa mempertimbangkan faktor keamanan.

Bioetika Universitass Stellenbosch, Keymanthri Moodley mengatakan percepatan percobaan meningkatkan kemungkinan kegagalan profil tinggi, yang dapat membawa konsekuensi lain yang tidak diinginkan.

Secara historis, batas waktu membuat vaksin untuk patogen lain membutuhkan waktu lebih dari 18 bulan. Pada tahun 2006, vaksin rotavirus dikembangkan selama 26 tahun, di mana masa percobaan memakan waktu 16 tahun.

Sejauh ini, WHO mengatakan proses prakualifikasi tercepat yang pernah dilakukan terjadi pada vaksin Ebola.  Pengembang vaksin Ebola mengatakan butuh waktu 5 tahun hingga vaksin mendapat lisensi.