Virus corona COVID-19 benar-benar merepotkan hampir semua negara, saat ini menjangkiti sekitar 2 juta orang dan menimbulkan 170 ribu kematian. Belum lagi kerugian masif di sisi ekonomi. Semuanya kemungkinan dari patient zero, penderita pertama COVID-19.
Sampai saat ini, meskipun sudah ada beberapa penelitian, belum dapat disimpulkan siapa sebenarnya patient zero. Akan tetapi cenderung diyakini, penderita pertama corona bermukim di Provinsi Hubei, China dan kemungkinan di kota Wuhan.
Dari situlah COVID-19 perlahan-lahan menyebar cepat. Dikutip detikINET dari ABC, menjelang tahun baru 2020, tepatnya pada 31 Desember, China melapor ke WHO ada kasus pneumonia aneh terjadi di Wuhan sejak 12 Desember. Gejalanya mirip SARS yang pernah melanda beberapa waktu silam.
Pada awalnya, virus misterius itu dianggap tidak menular antar manusia. Akan tetap kenyataan berkata lain. Meskipun tidak sama mematikan seperti SARS, COVID-19 begitu cepat menular.
Di Januari, pejabat China menutup pasar Huanan Seafood Wholesale Market di Wuhan karena dua pertiga dari kasus corona awal terlacak berasal dari sana. Berkembang kemudian teori corona menular dari hewan ke manusia meskipun sejauh ini, belum ada bukti sahihnya.
Studi dari periset China sempat mengklaim bahwa orang pertama yang didiagnosa COVID-19 terindentifikasi pada 1 Desember dan dia tidak ada hubungannya dengan Huanan Seafood Wholesale Market. Usianya sudah tua serta menderita Alzheimer.
"Dia tinggal jarak perjalanan 4 atau 5 bus dari pasar seafood itu dan karena dia sakit, dia tidak kemana-mana," sebut salah satu periset, dokter Wu Wenjuan.
Namun kemudian, terdapat beberapa versi siapa patient zero. Banyak yang ingin mengidentifikasinya karena dibutuhkan untuk pembelajaran di masa depan tentang bagaimana mencegah pandemi serupa.
Dr. Steven Wylie, ahli virus di Murdoch University menyatakan virus Corona mungkin sudah ada lebih lama dari perkiraan. "Ada kemungkinan virus ini sudah ada beberapa lama di manusia, beradaptasi ke host barunya dari hewan liar," cetus dia.
Tahun baru China jatuh pada 24 Januari. Ratusan juta orang China bepergian ke dalam maupun luar negeri untuk merayakannya. Ketika jelas bahwa COVID-19 berbahaya dan cepat menular, otoritas mulai menutup sarana transportasi dan membatalkan kegiatan umum.
Sayangnya jutaan orang terlanjur bepergian. Negara-negara lain yang menyadari potensi bahaya langsung beraksi seperti Australia. Namun negara seperti Italia dan Korea Selatan telat bertindak.
Seorang wanita di Thailand yang datang dari Wuhan disebut sebagai pasien pertama di luar China yang terkena virus. Kemudian di Korea Selatan, seorang wanita yang mengaku tak pernah ke Wuhan dipastikan menderita COVID-19 dan menularkan ke banyak orang.
Di Amerika Serikat, seorang pria dari Wuhan kembali ke Washington pada 17 Januari. Ia memeriksakan diri dan positif corona. Waktu berlalu, ledakan kasus corona di Negeri Paman Sam tak dapat terelakkan.
Di Italia, salah satu pasien pertama diketahui berada di Lombardy dan pergi ke rumah sakit pada 18 Februari. Ia tidak menunjukkan gejala dan sempat ke berbagai acara. Namun dia tidak kontak dengan orang dari China, jadi kemungkinan tertular di Italia. Tak berapa lama, Italia mengalami krisis corona.
Negara-negara lain pun mengalami dalam skala besar atau kecil. Saat ini, berbagai pihak sedang berlomba membuat vaksin yang dianggap sebagai satu-satunya cara mujarab agar dunia kembali normal seperti sebelumnya.
Spekulasi juga terus kencang beredar dari mana asal muasal virus corona, teori liar mengatakannya buatan laboratorium virus di Wuhan bahkan mungkin dari Amerika Serikat atau ciptaan Bill Gates. Namun sejauh ini belum ada bukti apapun dan prioritas utama berbagai negara adalah meminimalisir ancaman corona agar tidak terlalu memakan korban jiwa ataupun ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar