Sabtu, 25 April 2020

Mengenal 3 Jenis Masker yang Bisa Dipakai dan Fungsinya

Segala upaya dilakukan oleh banyak orang untuk menangkal virus corona COVID-19. Salah satunya adalah dengan menggunakan masker.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan virus corona COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, ada tiga golongan masker yang digunakan saat ini. Ketiganya adalah masker kain, masker bedah dan masker N95.

"Kami sudah mengkaji jenis-jenis masker dan peruntukannnya, terdapat 3 golongan jenis masker," kata Prof Wiku dalam konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (4/4/2020).

Berikut ini ketiga jenis masker yang dimaksud.

1. Masker kain
Masker kain dapat digunakan oleh masyarakat saat berada di tempat umum. Masker kain yang digunakan masyarakat minimal ada 3 lapis yang bisa digunakan oleh masyarakat. Apabila sudah sudah basah, bisa dicuci kembali dengan bersih.

2. Masker bedah
Masker bedah lebih ditujukan untuk pasien yang mengalami gejala seperti flu, batuk, demam, nyeri tenggorokan, dan bersin. Juga untuk tenaga medis yang sehari-hari menghadapi pasien dan punya risiko tinggi untuk terpapar. Jenis masker ini punya kemampuan filtrasi atau penyaringan yang lebih baik.

3. Masker N95
Masker N95 ini ditunjukkan untuk tenaga medis, yang sehari-hari menangani pasien dengan risiko penyebaran yang tinggi untuk terpapar. Masker N95 ini mempunyai kemampuan filtrasi atau penyaringan yang baik.

Tips Simpel Agar Gairah Seks Tetap Berkobar Meski Harus 'Stay at Home'

Stres merupakan masalah yang biasa dialami oleh banyak orang dalam kehidupan. Selain berpengaruh pada kesehatan mental seseorang, stres juga dapat berpengaruh dalam berhubungan seks.
Sebuah jajak pendapat dilakukan BBC Radio yang diikuti 2.066 orang dewasa di Inggris. Dari hasil jajak pendapat ini ditemukan 45 persen mengatakan stres sangat berpengaruh pada kehidupan seks mereka.

Walaupun dengan berhubungan seks dapat menurunkan tingkat stres. Tetapi stres dapat berpengaruh pada seks, membuat seseorang tidak ingin berhubungan seks dengan pasangan.

"Untuk menikmati seks, penting seseorang untuk rileks," kata Denise Knowles, konselor dan terapis seks dikutip dari Independent.

Denise menyarankan untuk melakukan latihan pernapasan sederhana dan melakukan meditasi dalam satu menit untuk menghilangkan stres sebelum melakukan hubungan seks.

"Ini akan membuat Anda rileks, yang memudahkan untuk tertarik berhubungan seks. Bicaralah dengan pasangan Anda sehingga mereka mengerti bahwa anda sedang dalam kondisi stres. Mulailah dengan pelukan dan ciuman yang akan membuat anda lebih dekat dengan pasangan," ujar Denise.

Pakar kencan dan hubungan Madeleine Mason, menjelaskan ketika stres seseorang cenderung mengalami libido yang rendah dan lebih memilih tidur dibanding berhubungan seks.

"Selain itu stres dapat berdampak pada kualitas tidur dan kelelahan yang dapat menjadi turunya libido. Karena tubuh akan memprioritaskan tidur daripada berhubungan seks," kata Madeleine.

Hati-Hati! Seks Oral Juga Punya Risiko, Ini 3 di Antaranya

Bagi sebagian pasangan, seks oral mungkin menjadi aktivitas yang menyenangkan. Namun praktik ini mengandung sejumlah risiko serius.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebut antara tahun 2006 hingga 2008 hampir separuh dari orang dewasa di AS telah melakukan seks oral.

CDC mengatakan, bagi sebagian besar orang Amerika seks oral sudah menjadi hal yang sangat umum. Untuk memahami bagaimana seks oral fellatio mempengaruhi tubuh, kenali risikonya dalam paparan berikut ini dikutip dari WebMD.

1. Memicu kanker tenggorokan
Seorang pejabat dari American Cancer Society memperingatkan bahwa aktivitas seksual semacam ini dapat meningkatkan risiko tertular human papillomavirus (HPV) di antara wanita. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kanker orofaring dan amandel.

Dalam sebuah penelitian tahun 2007, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang melakukan seks oral dengan enam atau lebih pasangan memiliki risiko 340 persen lebih tinggi mengidap kanker tenggorokan dibandingkan dengan mereka yang memiliki lebih sedikit pasangan. Pria juga berisiko mengalami infeksi HPV di tenggorokan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar