Anggota Komisi VI Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengapresiasi langkah BUMN pangan dalam menyediakan pasokan di tengah pandemi Corona. Namun, Ibas memberikan empat catatan termasuk mengingatkan BUMN agar tidak impor secara serampangan.
Pertama, Ibas meminta, BUMN pangan bekerja sama dengan Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menjamin lancarnya distribusi dan pasokan pangan bagi masyarakat di tengah pandemi Corona.
Kedua, meminta BUMN membeli pasokan dari petani, peternak dan nelayan.
"Kami mendengar tidak hanya Pulau Jawa, di Kalimantan, Sulawesi dan seterusnya ketika petani terbengkalai tidak ada yang membeli," ujarnya dalam rapat virtual dengan Komisi VI, Senin (20/4/2020).
Ketiga, meminta BUMN pangan turut membantu UMKM terutama yang bergerak di bidang makanan atau pengolahan makanan.
Keempat, mengingatkan BUMN pangan agar tidak serampangan dalam impor.
"Kami ingatkan agar policy respons BUMN klaster pangan apakah terkait cashflow dan impor jangan sampai serampangan. Jangan sampai atas nama situasi pandemi COVID kita melakukan impor sebesar-besarnya, tidak merencanakan perusahaan sebaik-baiknya cashflow terganggu, sehingga secara keseluruhan cashflow negatif atau lampu merah," paparnya.
Pertumbuhan Lapangan Kerja Mandek di Tengah Pandemi Corona
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi di Indonesia pada Januari hingga Maret atau triwulan pertama 2020 sebesar Rp 210,7 triliun. Investasi tersebut mampu menyerap 303.085 tenaga kerja.
Namun serapan tenaga kerja dari investasi sebesar itu lebih rendah dibandingkan triwulan empat 2019 yang investasinya lebih kecil, yaitu Rp 208,3 triliun tapi mampu menyerap 330.539 tenaga kerja.
Menurut Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, kondisi tersebut disebabkan oleh pandemi virus Corona (COVID-19) yang membuat rekrutmen tenaga kerja menjadi lebih rendah dari sekian banyak investasi yang masuk.
"Jadi kalau ditanya kenapa di kuartal 4 (serapan tenaga kerja) 330 ribu, tidak bermaksud untuk berdalih bahwa (disebabkan) COVID-19. Tapi memang faktanya bahwa COVID-19 salah satu di antara yang membuat kenapa rekrutmen tenaga kerjanya tidak terlalu masif di akhir bulan ketiga," kata Bahlil dalam paparan realisasi investasi triwulan pertama 2020 melalui saluran YouTube BKPM, Senin (20/4/2020).
Dirinya pun sempat memprediksi tenaga kerja yang bisa terserap lebih besar daripada yang terealisasi saat ini.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 membuat efektivitas kerja di awal tahun menurun. Menurutnya waktu efektif kerja sejak awal tahun hingga saat ini hanya terhitung 2,5 bulan.
"Di triwulan pertama kita ini efektif kerja cuma 2,5 bulan. Di 14 hari terakhir karena COVID-19 ini dampaknya di Maret tanggal 16, 16 ke bawah itu mulai menurun. Tapi bukan berarti menurunnya jeblok banget, nggak, menurun dikit," ujarnya.
Ada faktor lain kenapa serapan tenaga kerja di triwulan akhir 2019 lebih banyak dibandingkan triwulan pertama 2020.
"Biasanya di triwulan empat itu semua perusahaan dengan waktu yang sempit tapi ingin selesaikan pekerjaannya. Caranya nambah tenaga kerja. Itu rata-rata tren di hampir semua triwulan empat tenaga kerjanya naik," tambah Bahlil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar