Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Partai Gerindra Andre Rosiade menyoroti kondisi pasokan beras dan gula di tengan pandemi Corona. Andre mengatakan, berdasarkan data yang disampaikan Perum Bulog, pasokan beras cukup.
Dia menyebut, beras di gudang Bulog ada 1,42 juta ton, di penggilingan ada 1,2 juta ton, 728 ribu ton di pedagang, dan 28 ribu ton ada di Pasar Induk Beras Cipinang. Dengan begitu, pasokan beras nasional 3,5 juta ton.
"Tapi permasalahannya, ini protes dari bawah, masyarakat, kenapa harga beras masih juga tinggi padahal seperti yang disampaikan tadi panen raya akan mulai bulan April," katanya dalam rapat virtual dengan Komisi VI, Senin (20/4/2020).
"Saat ini beras medium harganya di atas Rp 10.000. Kami minta Bulog melakukan langkah-langkah konkret supaya harga beras medium bisa kembali ke harga eceran tertinggi," sambungnya.
Tak hanya beras, Andre bilang, gula juga sulit didapat di pasaran. Untuk membeli gula saja, saat ini juga dibatasi.
"Kedua saya juga ingin sampaikan, ini lanjut Bulog RNI kita sangat kesulitan masyarakat untuk membeli gula saat ini. Bahkan kalau kita beli ke supermarket atau saya sebut saja Lotte Mart kita dibatasi satu member 2 gula, 2 kantong gula. Ini menunjukkan memang kondisi gula di Indonesia stoknya sangat menipis," terangnya.
"Saya minta Bulog dan RNI yang mendapat izin impor menyampaikan kepada kita apa langkah-langkahnya untuk menekan harga gula yang gila-gilaan dan stoknya menipis," tambahnya.
Sudah Ada yang Ajukan Keringanan Cicilan ke Pinjol?
Perusahaan fintech peer to peer lending memberikan keringanan kepada peminjam dengan restrukturisasi. Hal ini dilakukan untuk menekan dampak tekanan ekonomi akibat penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah mengatakan pandemi Covid-19 disinyalir memengaruhi sejumlah sektor. Untuk industri Fintech P2P lending, AFPI melakukan survei terhadap 130 anggota hingga 6 April 2019. Dari hasil tersebut terdapat sebanyak 68 Platform (52%) mengaku sudah mendapat permohonan restrukturisasi dari borrower.
Namun untuk tingkat kredit bermasalah atau NPL belum terlihat. Dari hasi survei tersebut, mayoritas anggota AFPI menyatakan Tingkat Keberhasilan Bayar 90 Hari (TKB90) tercatat stabil. Hingga Februari 2020, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat TKB90 yang menjadi tolak ukur industri ini berada di angka 96,08% atau NPL 3,92%. Angka tersebut masih tergolong sehat untuk industri ini.
"Covid-19 sedikit banyak berpengaruh terhadap rencana bisnis perusahaan, termasuk target seluruh anggota penyelenggara Fintech P2PL. Pandemi Covid-19 juga dikhawatirkan membuat risiko kegagalan pembayaran pinjaman berpotensi meningkat, sehingga akan semakin memperketat mitigasi risiko atas pengajuan pinjaman-pinjaman baru. Hal ini tentunya sangat dipertimbangkan oleh pihak pemberi pinjaman di masing-masing penyelenggara Fintech P2PL," ujar Kuseryansyah dalam video conference, Senin (20/4/2020).
Baca juga: Giliran Fintech Pinjol Beri Keringanan Cicilan
Dia mengatakan AFPI akan terus menjaga perannya untuk memperluas jangkauan pembiayaan bagi masyarakat di Indonesia. Perlu dipahami bila pendapatan pada industri Fintech P2PL adalah berasal dari fee atas transaksi pinjam meminjam, sementara pendapatan bunga (dan denda) atas pinjaman adalah milik pihak pemberi pinjaman.
Oleh karenanya, pendapatan penyelenggara Fintech P2PL bergantung kepada jumlah nilai penyaluran pinjaman, sedangkan terjadinya penyaluran pinjaman bergantung kepada kepercayaan pihak pemberi pinjaman kepada kinerja platform penyelenggara Fintech P2PL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar