Kamis, 30 April 2020

Kisah Petugas Lab Pengambil Swab Pasien Corona di Jakarta

 Selain dokter dan perawat, petugas laboratorium juga menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona COVID-19. Pria bernama Fadly, seorang petugas lab di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah untuk virus corona, membagikan kisahnya kepada detikcom bagaimana ia harus berhadapan dengan pasien.
Sehari-hari, ia bertugas untuk mengambil swab dari orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Tentu saja hal ini sangat berisiko baginya, mengingat test swab sendiri adalah proses pengambilan lendir langsung dari saluran pernapasan dengan mengusap tenggorokan atau hidung pasien.

Risiko untuk dia tertular terbilang besar apalagi jika ia tidak memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar. Namun karena sudah dilengkapi APD yang sesuai dengan SOP ia percaya dirinya aman saat menangani pasien.

"Kenapa saya percaya diri, karena SOP yang kita lakukan sudah benar," tegasnya saat dihubungi detikcom Senin (30/3/2020).

Dalam sehari, ia bisa mengambil 5 sampel pasien yang nantinya akan diperiksa untuk diketahui apakah pasien tersebut positif atau negatif.

"Yang ngambil sampel positif corona, saya yang ngambil swabnya. Nanti kan ketahuan positif melalui kita dari laboratorium, Hari ini saya mengambil sampel 5 pasien. Ini pasien PDP yang baru masuk di IGD dan menunggu hasil," jelasnya.

Ia juga menjelaskan usai mengambil swab ia diharuskan untuk mandi memakai air hangat.

"Jadi kita ngambil untuk nanti dicek melalui laboratorium pakai APD lengkap, ditambah keluar dari situ wajib mandi, air hangat, nggak boleh nggak," lanjutnya.

Meski begitu, ia mengaku kalau pekerjaan yang ia tempuh saat ini tak pernah ia sesali. Fadly mengetahui betul bagaimana risiko yang akan dia hadapi. Termasuk risiko penolakan dari lingkungan seperti dialami teman-teman sejawatnya.

"Sebelum saya masuk dunia kesehatan, pasti saya udah tau risikonya apa, nggak ada penyesalan kalau niat kita untuk menolong insyallah akan dapat imbalan dari Tuhan," ujarnya.

Kekhawatiran dari keluarganya pun tak bisa dipungkiri. Ia hanya bisa meyakinkan kepada keluarga bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

"Keluarga pasti ada rasa panik, tapi saya usahakan biar tenang, saya kasih semangat ke mereka kalau saya gapapa," tutupnya.

Jumlah Korban Corona di Inggris Kini Tertinggi Kedua di Dunia

Korban meninggal akibat virus corona di Inggris kini dilaporkan berada pada posisi tertinggi kedua di dunia, dengan jumlah 26.097, menurut data Sekolah Kedokteran Universitas Johns Hopkins (JHU) pada Kamis (30/4).

Menurut data JHU, jumlah kasus virus corona di Inggris saat ini mencapai 166.441, dengan jumlah pasien sembuh sebanyak 857 orang.

Di dalam paparan data JHU tercatat jumlah korban meninggal akibat virus corona di Inggris saat ini lebih tinggi dari Spanyol. Negeri Matador itu mencatat korban tewas karena virus corona mencapai 24.275 orang.


Sedangkan jumlah korban meninggal virus corona di Italia, menurut data JHU, masih menjadi yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 27.682 orang.

Dibandingkan dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus virus corona di Inggris tercatat sebanyak 161.149, dengan 21.678 orang meninggal.

Dilansir CNN, sebanyak 85 pegawai Dinas Kesehatan Nasional (NHS) Inggris dan 23 perawat pembantu di seluruh Inggris meninggal akibat virus corona.

Para tenaga medis sudah kerap melayangkan protes akibat kekurangan alat pelindung diri dan masker untuk menghindari mereka tertular saat menangani pasien virus corona.

"Saya sampaikan rasa duka yang mendalam terhadap seluruh keluarga dan rekan mereka yang ditinggalkan di masa sulit ini. Dan kami akan terus melanjutkan melakukan apapun untuk mendukung mereka," kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, di hadapan Majelis Rendah Inggris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar