Jumat, 24 April 2020

Israel Hentikan Teknologi Pelacakan Pasien Corona

 Komite pengawas parlemen Israel telah menghentikan sementara dalam penggunaan teknologi untuk melacak pasien COVID-19 karena masalah privasi.
Dikatakan oleh Anggota Komite Ayalet Shaked, hadir teknologi ini lebih banyak masalahnya dibanding manfaatnya.

Menurutnya teknologi pemantau telepon ini tidak banyak membantu jika polisi melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien COVID-19 untuk memastikan mereka mengikuti aturan pemerintah. Hal ini lah yang dianggap mengganggu privasi masyarakat.

Polisi sejauh ini berpendapat bahwa alat ini efektif karena telah menangkap 203 orang dengan bantu informasi lokasi seluler. Dan dalam satu hari ada sekitar 500 pemeriksaan lokasi ponsel.

Dilansir detikINET dari Engadget, Polisi Israel menggunakan teknologi dari badan keamanan nasional Shin Bet yang dapat memetakan orang yang terinfeksi sebelumnya dan menunjukkan dengan tepat orang-orang yang mungkin terlalu dekat.

Program tersebut tampak relatif aman karena tim ini menghapus semua informasi setelah satu minggu.

Namun nyatanya bahwa upaya anti virus corona pemerintah Israel ada batasnya. Seperti di negara-negara lain, Israel mungkin harus mencapai keseimbangan antara wawasan total tentang virus dan menghormati keinginan untuk mempertahankan privasi kehidupan pribadi.

Perjalanan Virus Corona, dari 'Patient Zero' Jadi Ancam Dunia

 Virus corona COVID-19 benar-benar merepotkan hampir semua negara, saat ini menjangkiti sekitar 2 juta orang dan menimbulkan 170 ribu kematian. Belum lagi kerugian masif di sisi ekonomi. Semuanya kemungkinan dari patient zero, penderita pertama COVID-19.
Sampai saat ini, meskipun sudah ada beberapa penelitian, belum dapat disimpulkan siapa sebenarnya patient zero. Akan tetapi cenderung diyakini, penderita pertama corona bermukim di Provinsi Hubei, China dan kemungkinan di kota Wuhan.

Dari situlah COVID-19 perlahan-lahan menyebar cepat. Dikutip detikINET dari ABC, menjelang tahun baru 2020, tepatnya pada 31 Desember, China melapor ke WHO ada kasus pneumonia aneh terjadi di Wuhan sejak 12 Desember. Gejalanya mirip SARS yang pernah melanda beberapa waktu silam.

Pada awalnya, virus misterius itu dianggap tidak menular antar manusia. Akan tetap kenyataan berkata lain. Meskipun tidak sama mematikan seperti SARS, COVID-19 begitu cepat menular.

Di Januari, pejabat China menutup pasar Huanan Seafood Wholesale Market di Wuhan karena dua pertiga dari kasus corona awal terlacak berasal dari sana. Berkembang kemudian teori corona menular dari hewan ke manusia meskipun sejauh ini, belum ada bukti sahihnya.

Studi dari periset China sempat mengklaim bahwa orang pertama yang didiagnosa COVID-19 terindentifikasi pada 1 Desember dan dia tidak ada hubungannya dengan Huanan Seafood Wholesale Market. Usianya sudah tua serta menderita Alzheimer.

"Dia tinggal jarak perjalanan 4 atau 5 bus dari pasar seafood itu dan karena dia sakit, dia tidak kemana-mana," sebut salah satu periset, dokter Wu Wenjuan.

Namun kemudian, terdapat beberapa versi siapa patient zero. Banyak yang ingin mengidentifikasinya karena dibutuhkan untuk pembelajaran di masa depan tentang bagaimana mencegah pandemi serupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar