Pemerintah mengumumkan hingga Sabtu (4/4/2020) sudah ada 2.092 kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia. Dari angka akumulatif tersebut, 150 pasien sembuh dan 191 meninggal.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19 Achmad Yurianto meyakini 150 pasien yang sembuh dalam kondisi baik dan tidak perlu dikhawatirkan bakal menularkan penyakit.
"Bahkan kita yakini yang 150 orang ini telah sembuh dan memiliki imunitas kekebalan terhadap virus COVID-19," kata Yuri dalam konferensi pers di Media Center Gugus Tugas COVID-19 di BNPB.
Terkait imunitas, para ilmuwan meyakini bahwa tubuh akan membentuk antibodi ketika terinfeksi suatu penyakit, termasuk COVID-19. Antibodi ini memberi perlindungan bagi tubuh selama beberapa waktu.
Namun karena SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19, baru ditemukan beberapa bulan yang lalu, masih banyak hal yang perlu diteliti. Termasuk, berapa lama imunitas itu akan terbentuk dan apakah mungkin terjadi reinfeksi atau tertular untuk kedua kalinya.
Benarkah akan menjadi kebal?
Secara teori, memang demikian. Dikutip dari Time, sebuah penelitian di Taiwan menyebut bahwa penyintas wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) memiliki antibodi yang membuatnya terlindungi dari penyakit tersebut selama selama 3 tahun. SARS juga disebabkan oleh jenis lain dari virus corona.
Pada COVID-19, masih banyak ketidakpastian terkait imunitas karena penyakit ini baru muncul beberapa bulan dan belum banyak diteliri. Walaupun diyakini akan terbentuk imunitas, belum bisa dipastikan berapa lama tubuh akan terlindung oleh antibodi.
Mungkinkah terjadi reinfeksi atau tertular untuk kedua kali?
Selama pandemi COVID-19, memang ada sejumlah laporan reinfeksi. Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh, yang artinya sudah mendapatkan hasil negatif dalam 2 kali pemeriksaan, beberapa waktu kemudian dites lagi dan hasilnya positif.
Potensi untuk terjadi reinfeksi tetap diwaspadai. Sebuah penelitian awal di Wuhan menyebut 15 persen pasien kembali positif setelah dinyatakan sembuh. Selain di China, sedikitnya ada 2 kasus serupa yang dilaporkan di Jepang, salah satunya adalah penumpang kapal pesiar Diamond Princess.
Namun menurut sejumlah pakar, reinfeksi secara teori tidak akan terjadi secepat itu karena tubuh akan terlindungi oleh antibodi yang terbentuk saat mengalami infeksi. Ada juga yang mengatakan, beberapa kasus reinfeksi COVID-19 yang dilaporkan sebenarnya bukan benar-benar reinfeksi melainkan infeksi yang sebenarnya masih ada namun tidak tedeteksi selama beberapa waktu.
Mengenal 3 Jenis Masker yang Bisa Dipakai dan Fungsinya
Segala upaya dilakukan oleh banyak orang untuk menangkal virus corona COVID-19. Salah satunya adalah dengan menggunakan masker.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan virus corona COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, ada tiga golongan masker yang digunakan saat ini. Ketiganya adalah masker kain, masker bedah dan masker N95.
"Kami sudah mengkaji jenis-jenis masker dan peruntukannnya, terdapat 3 golongan jenis masker," kata Prof Wiku dalam konferensi pers di BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (4/4/2020).
Berikut ini ketiga jenis masker yang dimaksud.
1. Masker kain
Masker kain dapat digunakan oleh masyarakat saat berada di tempat umum. Masker kain yang digunakan masyarakat minimal ada 3 lapis yang bisa digunakan oleh masyarakat. Apabila sudah sudah basah, bisa dicuci kembali dengan bersih.
2. Masker bedah
Masker bedah lebih ditujukan untuk pasien yang mengalami gejala seperti flu, batuk, demam, nyeri tenggorokan, dan bersin. Juga untuk tenaga medis yang sehari-hari menghadapi pasien dan punya risiko tinggi untuk terpapar. Jenis masker ini punya kemampuan filtrasi atau penyaringan yang lebih baik.
3. Masker N95
Masker N95 ini ditunjukkan untuk tenaga medis, yang sehari-hari menangani pasien dengan risiko penyebaran yang tinggi untuk terpapar. Masker N95 ini mempunyai kemampuan filtrasi atau penyaringan yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar