Jumat, 24 April 2020

Penjelasan Ilmuwan Mengapa Virus Corona Tidak Mungkin Buatan Lab

 Sudah lama dibantah, namun rumor mengenai virus Corona yang diduga dibuat di lab masih saja banyak dipercaya segelintir orang. Ilmuwan yang percaya virus penyebab COVID-19 tidak mungkin direkayasa pun berkali-kali angkat suara mengenai ini.

Salah satunya adalah immunologist Nigel McMillan dari Menzies Health Institute Queensland. Dikutip dari Science Alert, ia meyakini virus SARS-CoV-2 bukan buatan manusia.

"Semua bukti sejauh ini mengarah kepada virus COVID-19 bersumber secara alami dan bukan buatan manusia," ujarnya.

Alasannya, ketika seseorang 'mendesain' virus di lab, perubahan dari sebuah virus adalah tidak masuk akal, sementara virus Corona berkembang menjadi lebih buruk. Belum pernah ditemukan ada sistem di lab yang dapat membuat perubahan sekuens.

Kembali pada akhir Maret, sebuah studi yang dipublikasikan di Nature Medicine menginvestigasi data genom dari SARS-CoV-2 dan mencoba menemukan bagaimana virus itu bermutasi menjadi versi yang mematikan dan mengerikan.

Dari penelitian mereka, mereka menyimpulkan bahwa SARS-CoV-2 tidak dimanipulasi secara genetik.

Meski begitu, muncul juga spekulasi bahwa virus ini kemungkinan lolos dari laboraturium di Wuhan, China. Akan tetapi, fakta yang menjurus sampai ke kesimpulan bahwa pernyataan itu benar masih tidak memiliki bukti yang kuat. Presiden Amerika Serikat Donald Trump sendiri menaruh perhatian khusus pada isu ini, bahkan badan intelijin AS dikabarkan tengah melakukan investigasi lebih lanjut.

Bolehkah Kelompok Rentan Terinfeksi Corona Berpuasa Penuh Saat Ramadhan?

Berpuasa di bulan Ramadhan wajib bagi seluruh umat Muslim. Namun Ramadhan tahun ini berbeda dengan sebelumnya karena adanya pandemi virus Corona sehingga beberapa kegiatan seperti salat tarawih berjamaah di masjid dan buka puasa bersama dihentikan sementara.
Meski hukumnya wajib, ada beberapa kelompok orang yang rentan terinfeksi virus Corona. Mereka dianjurkan tidak berpuasa terlebih jika menunjukkan gejala COVID-19 sehingga melemahkan sistem imun mereka.

Banyak pasien COVID-19 yang bergejala berat memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Oleh sebab itu beberapa kelompok rentan disarankan menunda puasa. Mengutip Mirror.co.uk, kelompok tersebut antara lain:

1. Lansia usia 70 tahun ke atas

2. Memiliki kondisi kesehatan yang mendasari terutama penyakit asma, PPOK, bronkitis, penyakit jantung kronis, gagal jantung, Parkinson, multiple sclerosis, cerebral palsy, atau diabetes.
3. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti pasien HIV/AIDS dan pengidap kanker.
4. Ibu hamil

"Karena itu, kami dengan tulus menyarankan umat Muslim untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka dan mendiskusikannya dengan dokter mengingat adanya pedoman baru yang berbasis bukti tentang COVID-19 dan kondisi kesehatan kronis," kata Dr Asim Yusuf, ketua British Board of Scholars dan konsultan untuk National Health Security (NHS) Inggris.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam laman resminya menyebut siapa pun yang mengidap kondisi medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker, disarankan tidak menghadiri pertemuan apapun selama Ramadhan dan disarankan sangat menjaga tubuh karena kelompok tersebut rentan terhadap penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar