Rabu, 22 April 2020

Sering Disebut Bisa Bikin Wanita Orgasme, Benarkah G-spot Itu Nyata?

 Selama ini G-spot dikenal sebagai titik paling sensitif yang dapat membuat wanita cepat orgasme saat bercinta. Tetapi apakah G-spot itu benar-benar ada?
Mengutip dari Mirror, seorang profesor urologi dari Rumah Sakit Royal Melbourne, Australia, Helen O'Connell telah melakukan operasi bedah sebanyak 50 vagina sepanjang karirnya. Ia mengaku tak pernah menemukan yang sering disebut G-spot itu.

Hal ini juga dirasakan oleh beberapa ilmuwan lainnya, banyak dari mereka yang telah melakukan penelitian namun tak juga dapat menemui area sensitif itu.

Bahkan terdapat sebuah ulasan yang mengatakan bahwa G-spot itu layaknya seperti Unidentified Flying Object (UFO), karena 'banyak dicari, banyak dibahas, tetapi tidak diverifikasi dengan cara objektif.

Lantas sebenarnya G-spot itu nyata atau tidak?

Menurut O'Connell dan rekan-rekan peneliti lainnya, kemungkinan yang selama dianggap G-spot adalah klitoris. Rangsangan yang terjadi pada klitoris saat berhubungan seks akan bersatu dengan sensasi yang dirasakan oleh uretra dan vagina, sehingga membuat wanita cepat mengalami orgasme.

Studi Ini Ungkap Mutasi Corona yang Paling Ganas Terjadi di Eropa

 Hingga kini sudah lebih dari 2,4 juta kasus virus Corona COVID-19 terjadi di seluruh dunia. Sebuah studi terbaru mengatakan virus ini telah bermutasi dan menjadi lebih ganas di Eropa.
Dikutip dari Mirror, para peneliti dari Universitas Zhejiang, China, percaya bahwa virus Corona telah bermutasi menjadi setidaknya 30 jenis yang berbeda. Sedangkan menurut laporan dari South China Morning Post, hasil mutasi virus ini yang paling berbahaya ditemukan di China dan Eropa, sementara yang menyebar di Amerika Serikat (AS) adalah jenis yang lebih ringan.

Dalam studi tersebut, para peneliti menganalisis strain virus dari sebelas pasien dan menguji seberapa efektif virus itu menginfeksi serta membunuh sel manusia. Hasilnya adalah beberapa mutasi yang paling ganas itu ditemukan di Zhejiang, Spanyol, dan Italia.

Hal yang menjadi kekhawatiran para peneliti adalah virus Corona strain ini dapat menciptakan hingga 270 kali lipat jumlah partikel atau viral load dibandingkan dengan jenis virus Corona yang paling 'jinak'.

"Temuan ini menunjukkan bahwa mutasi yang diamati dalam penelitian kami, dan mungkin juga pada isolat virus yang dikumpulkan di seluruh dunia, dapat secara signifikan berdampak pada patogenesis SARS-CoV-2," tulis peneliti Hangping Yao.

Infeksi Ganda Demam Berdarah dan Corona Buat Pasien Muda Rentan Meninggal

Di tengah pandemivirus Corona COVID-19, virus demam berdarah kini juga jadi ancaman di Indonesia. Beban infeksi ganda dari dua virus ini sangat mematikan, bahkan pada orang dewasa muda dengan imunitas tubuh yang baik.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona, Achmad Yurianto, berulang kali mengingatkan agar masyarakat tidak lengah terhadap virus demam berdarah. Ini karena saat ini Indonesia sedang memasuki musim pancaroba yang biasanya ada pola terjadi peningkatan kasus infeksi demam berdarah.

"Apabila ini terjadi secara bersamaan dengan infeksi COVID-19, maka angka kesakitan akan semakin meningkat," kata Achmad Yurianto dalam video yang disiarkan BNPB pada Selasa (21/4/2020).

"Dan akan terlihat kecenderungan penderita COVID yang meninggal adalah pada usia yang masih muda," lanjutnya.

Achmad Yurianto menyarankan agar masyarakat tidak melupakan upaya pengendalian virus demam berdarah dengan rutin memberantas sarang nyamuk di rumah. Hal ini tetap bisa dilakukan sambil mematuhi anjuran physical distancing untuk menghambat penularan virus Corona.

"Bentuk kerja sama inilah yang dibutuhkan. Saling tenggang rasa inilah yang dibutuhkan. Mari kita menjadi teladan untuk menyelamatkan keluarga kita. Mari kita menjadi teladan untuk menyelamatkan tetangga kita. Mari kita menjadi teladan untuk menyelamatkan lingkungan kita," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar