Berpuasa di bulan Ramadhan wajib bagi seluruh umat Muslim. Namun Ramadhan tahun ini berbeda dengan sebelumnya karena adanya pandemi virus Corona sehingga beberapa kegiatan seperti salat tarawih berjamaah di masjid dan buka puasa bersama dihentikan sementara.
Meski hukumnya wajib, ada beberapa kelompok orang yang rentan terinfeksi virus Corona. Mereka dianjurkan tidak berpuasa terlebih jika menunjukkan gejala COVID-19 sehingga melemahkan sistem imun mereka.
Banyak pasien COVID-19 yang bergejala berat memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Oleh sebab itu beberapa kelompok rentan disarankan menunda puasa. Mengutip Mirror.co.uk, kelompok tersebut antara lain:
1. Lansia usia 70 tahun ke atas
2. Memiliki kondisi kesehatan yang mendasari terutama penyakit asma, PPOK, bronkitis, penyakit jantung kronis, gagal jantung, Parkinson, multiple sclerosis, cerebral palsy, atau diabetes.
3. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti pasien HIV/AIDS dan pengidap kanker.
4. Ibu hamil
"Karena itu, kami dengan tulus menyarankan umat Muslim untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan mereka dan mendiskusikannya dengan dokter mengingat adanya pedoman baru yang berbasis bukti tentang COVID-19 dan kondisi kesehatan kronis," kata Dr Asim Yusuf, ketua British Board of Scholars dan konsultan untuk National Health Security (NHS) Inggris.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam laman resminya menyebut siapa pun yang mengidap kondisi medis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker, disarankan tidak menghadiri pertemuan apapun selama Ramadhan dan disarankan sangat menjaga tubuh karena kelompok tersebut rentan terhadap penyakit parah dan kematian akibat COVID-19.
Kondisi Pasar Seafood Wuhan Pasca Dituduh Jadi Sumber Penularan Corona
Pedagang ikan dan sayuran telah membuka kembali kios mereka di pasar basah Wuhan setelah China melonggarkan lockdown. Sayangnya kondisi pasar pasca pandemi virus Corona menjadi tidak pasti karena adanya stigma yang kuat.
Virus Corona yang kini telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia pada akhir tahun lalu diyakini berasal dari hewan liar yang dijual di pasar seafood Wuhan sehingga ditutup sejak Januari. Sejak saat itu pemerintah melarang penjualan satwa liar untuk dikonsumsi.
Adanya sorotan pada pasar basah Wuhan membuat pedagang kesulitan bertahan hidup karena tak ada pelanggan yang berkunjung. Pemilik salah satu kios di pasar basah Wuhan mengatakan adanya larangan penjualan sementara dan penutupan yang ketat di China membuat dagangan mereka nyaris tidak laku.
"Tidak ada bisnis di sini. Tidak ada pelanggan yang datang," kata seorang pedagang bernama Zhang dikutip dari Reuters. "Semua tempat diblokir dan orang tidak bisa masuk. Masyarakat takut keluar dan terjangkit virus," tambahnya.
Awalnya pasar basah lebih memiliki banyak pelanggan karena secara tradisional menjual produk segar. Dulunya pembeli banyak yang datang karena harga di pasar basah lebih murah daripada supermarket.
Wuhan menghabiskan 200 juta yuan atau sekitar Rp 443 juta dalam kampanye meningkatkan kebersihan pasar. Namun, beberapa khawatir kios mereka mungkin tidak bertahan cukup lama setelah terpapar stigma.
"Kami tidak memiliki penghasilan dan bisnis. Jika terus seperti ini, akan sangat sulit bagi kita untuk bertahan hidup," tutur pedagang lain bernama Jin.
Belakangan Xishuangbanna Tropical Botanical Garden dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok melakukan penelitian di pasar basah Wuhan. Peneliti mengatakan sumbernya bukan dari tempat tersebut.
Peneliti menyimpulkan, virus COVID-19 sudah menyebar dalam dua periode, yaitu pada 8 Desember 2019 dan 6 Januari 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar