Kamis, 30 April 2020

Tak Pakai Bra Saat Karantina Rumah Wabah Corona Bisa Bikin Payudara Kendur

Saat berdiam diri di rumah kala karantina rumah wabah virus corona, banyak wanita menggunakan kesempatan ini untuk tidak mengenakan bra selama berhari-hari. Padahal tidak mengenakan bra terlalu lama akan berdampak pada payudara.
Ahli kecantikan Dr Riccardo Frati dari Frati Cosmetic Surgery menjelaskan kepada Daily Mail bahwa bra penting dalam mempertahankan bobot dan ukurannya karena payudara cenderung melorot seiring waktu karena gravitasi dan usia. Jika tidak mengenakan bra selama jangka waktu yang lama, akan timbul kerusakan pada jaringan ikat di payudara yang membantu mempertahankan bobotnya.

Sementara itu, Sandra, bra fitter dan ahli pakaian dari Chantelle Lingerie selama lebih dari 20 tahun, menyebut mengenakan bra yang pas tidak hanya untuk menopang payudara tetapi juga baik untuk kesehatan dan tetap penting digunakan meski berada di dalam rumah.

"Tidak mengenakan bra kelamaan akan berpengaruh pada postur tubuh Anda. Tidak pakai bra tak hanya membuat payudaramu kendor tetapi juga bahumu akan sakit," ujarnya.

Semakin besar payudara akan semakin buruk jika tidak mengenakan bra. Kebanyakan wanita tidak menyadari bahwa payudara juga berbobot berat, misalnya Cup B atau C memiliki berat sekitar 500 gram dan ukuran di atasnya bisa lebih berat daripada itu.

"Mereka perlu ditopang. Anda juga mungkin mendapati bahwa tidak mengenakan bra akan memperburuk kondisi punggung, bahu. atau leher dan membuat Anda sakit kepala," pungkasnya.

Kisah Petugas Lab Pengambil Swab Pasien Corona di Jakarta

 Selain dokter dan perawat, petugas laboratorium juga menjadi garda terdepan dalam menangani virus corona COVID-19. Pria bernama Fadly, seorang petugas lab di salah satu rumah sakit rujukan pemerintah untuk virus corona, membagikan kisahnya kepada detikcom bagaimana ia harus berhadapan dengan pasien.
Sehari-hari, ia bertugas untuk mengambil swab dari orang yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Tentu saja hal ini sangat berisiko baginya, mengingat test swab sendiri adalah proses pengambilan lendir langsung dari saluran pernapasan dengan mengusap tenggorokan atau hidung pasien.

Risiko untuk dia tertular terbilang besar apalagi jika ia tidak memakai alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar. Namun karena sudah dilengkapi APD yang sesuai dengan SOP ia percaya dirinya aman saat menangani pasien.

"Kenapa saya percaya diri, karena SOP yang kita lakukan sudah benar," tegasnya saat dihubungi detikcom Senin (30/3/2020).

Dalam sehari, ia bisa mengambil 5 sampel pasien yang nantinya akan diperiksa untuk diketahui apakah pasien tersebut positif atau negatif.

"Yang ngambil sampel positif corona, saya yang ngambil swabnya. Nanti kan ketahuan positif melalui kita dari laboratorium, Hari ini saya mengambil sampel 5 pasien. Ini pasien PDP yang baru masuk di IGD dan menunggu hasil," jelasnya.

Ia juga menjelaskan usai mengambil swab ia diharuskan untuk mandi memakai air hangat.

"Jadi kita ngambil untuk nanti dicek melalui laboratorium pakai APD lengkap, ditambah keluar dari situ wajib mandi, air hangat, nggak boleh nggak," lanjutnya.

Meski begitu, ia mengaku kalau pekerjaan yang ia tempuh saat ini tak pernah ia sesali. Fadly mengetahui betul bagaimana risiko yang akan dia hadapi. Termasuk risiko penolakan dari lingkungan seperti dialami teman-teman sejawatnya.

"Sebelum saya masuk dunia kesehatan, pasti saya udah tau risikonya apa, nggak ada penyesalan kalau niat kita untuk menolong insyallah akan dapat imbalan dari Tuhan," ujarnya.

Kekhawatiran dari keluarganya pun tak bisa dipungkiri. Ia hanya bisa meyakinkan kepada keluarga bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja.

"Keluarga pasti ada rasa panik, tapi saya usahakan biar tenang, saya kasih semangat ke mereka kalau saya gapapa," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar