Selandia Baru sedang di-lockdown gara-gara virus Corona. Untuk wisatawan yang terdampak, ada penginapan yang menawarkan harga AUD 1 (Rp 9 ribuan) per minggu.
Masih ada banyak orang baik di muka bumi. Angela Olsen, seorang warga Selandia Baru menawarkan penginapan miliknya dengan harga yang tidak masuk akal, yaitu sebesar AUD 1 (setara 9 ribuan) per minggu.
Rumah 5 kamar tidur miliknya itu dia sewakan khusus buat wisatawan yang terdampak lockdown di Selandia Baru. Angela mengkhususkan buat keluarga traveler yang berpergian ke Selandia Baru dan tidak tahu mau menginap dimana.
Dihimpun detikTravel, Selasa (7/4/2020), Angela sudah menawarkan rumahnya ini lewat situs Trade Me. Lokasinya berada di sisi bagian barat kota Auckland, dekat dengan West Harbour.
Rumah tersebut memiliki fasilitas yang sangat lengkap, khususnya buat traveler yang sudah berkeluarga. Ada dua kamar mandi dan dapur dimana bisa buat masak-masak sendiri.
Dengan 5 buah kamar, masing-masing anggota keluarga akan mendapat kamar tersendiri. Bisa untuk isolasi mandiri selama 14 hari untuk melawan virus Corona.
Angela mengatakan sudah saatnya dia berkontribusi dan memberikan sedikit bantuan dengan apa yang dia miliki. Dengan harga sewa cuma USD 1 per pekan, jelas Angela tidak membutuhkan uang dari rumah yang disewakannya.
"Saya ingin agar rumah ini berguna selama empat minggu ke depan. Saya ingin membantu yang membutuhkan," kata Angela seperti dikutip dari media Stuff New Zealand.
Angela berharap dia bisa membantu keluarga yang membutuhkan tempat tinggal selama masa karantina. Sampai sejauh ini, Angela sudah menerima banyak respon positif atas tindakannya itu.
Pekerja Hotel dan Restoran Bisa Dapat Kartu Pra Kerja
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) bersama Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dikejar waktu untuk mengamankan kartu pra kerja bagi pekerja sektor tersebut. Pengelola hotel dan restoran diminta segera mengirimkan data akurat.
Sektor pariwisata disebut sebagai sektor paling terdampak setelah virus Corona mewabah. PHRI sih menjamin tak akan memberikan pemutusan hubungan kerja (PHK), namun memberikan unpaid leave, cuti yang tidak dibayarkan kepada pegawainya.
Kemenparekraf mengupayakan agar karyawan hotel dan restoran itu bisa menerima kartu pra kerja, yang diluncurkan 6 April. Saat ini, bersama PHRI, Kemenparekraf sedang mendata hotel dan restoran yang terdampak COVID-19.
"Tim Krisis Kemenparekraf yang dibentuk ini sedang membantu mengumpulkan data. Kami kesulitan dalam mengumpulkan data makanya salah satu fungsi Satgas adalah mendata dan jangan sampai terjadi tumpang tindih," kata Menparekraf Wishnutama Kusubandio dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/4/2020).
"Informasi dari pelaku yang didapat lebih komprehensif, yang paling utama harus sangat akurat, dari data inilah maka bisa mengusulkan ke lembaga terkait dalam mengatasi dampak pandemi COVID-19," Wishnutama menambahkan.
Deputi Industri dan Investasi Kemenparekraf Fajar Utomo menambahkan saat ini pendataan kartu pra kerja dari Kemenparekraf menjaring 55 ribu hingga 80 ribu tambahan orang. Dia optimistis bisa segera menambah 120 ribu orang lagi untuk bisa didaftarkan ke dalam kartu pra kerja.
"Itu campuran ya, tenaga kerja informal, yang di-PHK ataupun dirumahkan," kata Fajar.
Sementara itu, PHRI melaporkan hingga 6 April sebanyak 1.266 hotel di 31 provinsi tutup. Tapi, baru 844 hotel dengan 74.100 karyawan yang didaftarkan oleh pengelola hotel sebagai penerima kartu pra kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar