Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan dana moneter internasional, (IMF) menegaskan menyelamatkan nyawa manusia adalah prasyarat untuk menyelamatkan ekonomi di tengah pandemi Corona. Dia menyebut pandemi global ini adalah salah satu krisis sepanjang sejarah.
Dilansir AFP, Jumat (3/4/2020), Sekjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Direktur IMF Kristalina Georgieva mengatakan untuk mengendalikan ekonomi dunia, terlebih dahulu kendalikan Corona. Walaupun mereka mengakui bahwa sulit untuk menciptakan keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan.
Diketahui sektor ekonomi saat ini terpukul akibat virus Corona salah satunya kebijakan lockdown yang dilakukan oleh sejumlah negara. Serta lebih dari setengah populasi planet ini memilih untuk tinggal di rumah untuk menghindari penyebaran virus Corona.
COVID-19 diketahui telah menewaskan lebih dari 50.000 orang. Sementara lebih dari 1 juta orang dinyatakan positif di seluruh dunia.
"Ketika dunia merespon COVID-19, negara demi negara dihadapkan pada kebutuhan untuk menahan penyebaran virus dengan mengorbankan masyarakat dan perekonomian," kata Tedros dan Georgieva dalam artikel, The Daily Telegraph, Inggris.
"Pada nilai nominal trade-off (keuntungan dan kerugian) yang harus dilakukan: menyelamatkan hidup atau menyelamatkan mata pencaharian. Ini adalah dilema yang salah. Mengendalikan virus adalah prasyarat untuk menyelamatkan mata pencaharian," lanjutnya.
Pesawat Pecahkan Rekor Terbang Imbas Wabah Corona
Sebagian besar pesawat banyak yang tengah mengalami grounded gegara wabah Corona. Namun sebuah pesawat milik maskapai kecil di Pasifik malah berhasil mencetak rekor penerbangan terjauh untuk sebuah pesawat reguler.
Mengutip Stuff, pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air Tahiti Nui mencetak rekor sebagai penerbangan komersial terjauh, dan menggunakan Dreamliner. Pesawat itu memiliki rute Pape'ete di Tahiti menuju Paris, Prancis dengan jarak total 15.715 km selama 15 jam 45 menit. Rekor penerbangan terjauh sebelumnya dicetak oleh Singapore Airlines, yang menempuh perjalanan dari Singapura menuju Newark.
Pesawat Tahiti itu biasanya tidak pernah terbang jauh tanpa transit. Setelah lepas landas dari Pape'ete, pesawat biasanya mampir dulu ke Los Angeles. Namun gara-gara wabah virus Corona, pesawat itu tidak bisa mendarat di Los Angeles, jadi pesawat langsung menuju Prancis.
Pesawat dengan nomor penerbangan TN64 tinggal landas dari Pape'ete sekitar pukul 03.00 waktu setempat pada tanggal 15 Maret dan mendarat di Prancis 16 Maret pukul 5.54 pagi waktu setempat.
Biasanya sebuah Dreamliner sanggup untuk menjangkau sampai 14.800 km, namun karena pesawat tidak dalam kapasitas penuh karena larangan terbang di berbagai negara, pesawat bisa terbang lebih jauh. Pesawat dalam penerbangan itu diisi 150 penumpang.
Selain pesawat Tahiti, berikut daftar pesawat yang rute regulernya terpanjang:
- Singapura-Newark Singapore Airlines, 15.348 km
- Doha-Auckland, Qatar Airways, 14.535 km
- London-Perth, Qantas, 14.500 km
- Auckland-Dubai, Emirates, 14.199 km
- Los Angeles-Singapura, United Airlines, 14.114 km
- Houston-Sydney, United Airlines, 13.834 km
- Sydney-Dallas, Qantas, 13.804 km
- New York-Manila, Philippine Airlines, 13.710 km
- San Francisco-Singapura, United Airlines & Singapore Airlines, 13.592 km
- Johannesburg-Atlanta, 13.581 km
- Abu Dhabi-Los Angeles, Etihad, 13.502 km
- Dubai-Los Angeles, Emirates, 13.420 km
- Jeddah-Los Angeles, Saudia, 13.409 km
- Doha-Los Angeles, Qatar Airways, 13.367 km
- Toronto-Manila, Philippine Airlines, 13.230 km
Tidak ada komentar:
Posting Komentar