Pemerintah Kabupaten Pangandaran masih membuka objek wisata pantai di tengah ancaman penyebaran wabah COVID-19. Faktor ekonomi menjadi pertimbangan.
Virus Corona gentayangan di Indonesia tanpa mengenal atas laut. Hingga saat ini, Pantai Pangandaran belum mengunci areanya.
Tapi, andai Virus Corona COVID-19 semakin menggila, bukan tak mungkin destinasi wisata yang ada di sana terpaksa ditutup.
"Tapi, kebijakan tetap membuka objek wisata ini bersifat fleksibel. Artinya, seandainya besok atau lusa lusa, ekskalasi penyebaran semakin parah, tentu segera kami lockdown," kata Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata.
Pantauan detikcom, Selasa (17/3/2020) suasana kawasan wisata Pantai Pangandaran relatif sepi dari biasanya. Pantai barat yang biasanya menjadi titik keramaian tampak lengang. Puluhan perahu pesiar berbaris rapi di pinggir pantai. Kalaupun ada aktivitas adalah para nelayan yang sedang menjaring ikan.
"Dampaknya mulai terasa, biasanya kalau weekday seperti hari ini, yang kami andalkan adalah kunjungan wisatawan rombongan, yang study tour, gathering atau lainnya. Sekarang tidak ada, sepi," kata Iyan (34) penyedia jasa perahu wisata.
Iyan mengatakan banyak agenda kegiatan kunjungan wisata yang sudah terjadwal mendadak dibatalkan atau ditangguhkan.
"Acara motor Harley-Davidson lalu acara Vespa di Batukaras, semua ditunda," katanya.
Imas, pemilik warung nasi juga mengutarakan keluhan serupa. Ia hanya bisa pasrah dan berharap musibah virus Corona segera berlalu.
"Jadi bingung. Mana barang-barang makanan di pasar harganya mulai naik, terus mau menghadapi bulan ramadan. Bingung, pasrah sajalah," kata Imas.
Sebelumnya, Pemkab Pangandaran mengimbau pemilik hotel untuk melengkapi diri dengan alat pemantau suhu tubuh. Jika ditemukan pasien yang sakit atau demam, pihak hotel diwajibkan melapor ke Dinas Kesehatan atau Puskesmas terdekat.
"Kita lakukan pemeriksaan kondisi kesehatan pengunjung hotel. Pihak pengelola hotel harus melengkapi diri dengan alat pemantau suhu," kata Bupati Jeje.
Ketika Kawasan Prostitusi Ternama Tokyo Jadi Kota Hantu
Nama Kabuki-cho di Shinjuku identik sebagai red light district Tokyo. Hanya saja, akibat COVID-19, kawasan hiburan malam ternama itu sepi.
Fenomena tak biasa itu pun dilihat dan dipotret langsung oleh salah satu warganet dengan akun Twitter @GOLDMAN4160. Dilihat detikcom, Selasa (17/3/2020), dalam unggahannya itu, dia menampilkan sisi lain Kabuki-cho di malam hari yang sepi dan kosong melompong.
"Suasana di Kabuki-cho akibat koronavirus. Ini sekitar pukul 02.30 pagi, tapi mungkin ini pertama kalinya tempat ini begitu sepi. Padahal Kabuki-cho dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur," tulis @GOLDMAN4160 dalam cuitannya (9/3).
ゼルダ
@GOLDMAN4160
歌舞伎町一番街コロナの影響なのか人いないってレベルじゃないですね。現在時刻2時30分ですが、眠らない街歌舞伎町と言われていたのにこんな人いないの初めてかもしれません。
Lihat gambar di TwitterLihat gambar di Twitter
67,4 rb
00.36 - 9 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
19,7 rb orang memperbincangkan tentang ini
Tak sedikit warganet yang merasa takjub sekaligus heran dengan sepinya suasana di Kabuki-cho saat itu. Ada yang menyebutnya kiamat, sampai menyinggung zombie.
"Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya lihat di Kabuki-cho," ujar warganet.
"Sepertinya zombie bisa muncul kapan saja," ujar warganet lain.
Terkait COVID-19, Pemerintah Jepang memang mengimbau warganya untuk menghindari keramaian. Imbauan itu pun begitu jelas terlihat di Kabuki-cho, Tokyo yang tak seperti biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar