Senin, 06 April 2020

Ketika Kawasan Prostitusi Ternama Tokyo Jadi Kota Hantu

 Nama Kabuki-cho di Shinjuku identik sebagai red light district Tokyo. Hanya saja, akibat COVID-19, kawasan hiburan malam ternama itu sepi.
Fenomena tak biasa itu pun dilihat dan dipotret langsung oleh salah satu warganet dengan akun Twitter @GOLDMAN4160. Dilihat detikcom, Selasa (17/3/2020), dalam unggahannya itu, dia menampilkan sisi lain Kabuki-cho di malam hari yang sepi dan kosong melompong.

"Suasana di Kabuki-cho akibat koronavirus. Ini sekitar pukul 02.30 pagi, tapi mungkin ini pertama kalinya tempat ini begitu sepi. Padahal Kabuki-cho dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur," tulis @GOLDMAN4160 dalam cuitannya (9/3).


ゼルダ
@GOLDMAN4160
歌舞伎町一番街コロナの影響なのか人いないってレベルじゃないですね。現在時刻2時30分ですが、眠らない街歌舞伎町と言われていたのにこんな人いないの初めてかもしれません。

Lihat gambar di TwitterLihat gambar di Twitter
67,4 rb
00.36 - 9 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
19,7 rb orang memperbincangkan tentang ini

Tak sedikit warganet yang merasa takjub sekaligus heran dengan sepinya suasana di Kabuki-cho saat itu. Ada yang menyebutnya kiamat, sampai menyinggung zombie.

"Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya lihat di Kabuki-cho," ujar warganet.

"Sepertinya zombie bisa muncul kapan saja," ujar warganet lain.

Terkait COVID-19, Pemerintah Jepang memang mengimbau warganya untuk menghindari keramaian. Imbauan itu pun begitu jelas terlihat di Kabuki-cho, Tokyo yang tak seperti biasanya.

Pemerintah Umumkan Fasilitas Umum Tutup, Warga Belanda Stok Ganja

Warga Amsterdam mulai panik dengan pengumuman penutupan sejumlah tempat keramaian termasuk deretan kafe di kota itu. Mereka mengantre untuk mendapatkan ganja.
Eropa mulai merasakan dampak dari virus Corona, termasuk Belanda. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pasien meninggal dunia sebanyak 20 orang dari 1.135 kasus positif virus Corona.

Pemerintah awalnya enggan untuk menutup tempat keramaian meskipun wabah virus Corona telah menyebar di negara tersebut. Tapi, surat terbuka dari dokter Italia dan Belanda yang meminta agar area pulik ditutup akhirnya dituruti. Penutupan sekolah, museum, gym, klub seks hingga kafe ganja diberlakukan hingga 20 April.

Pengumuman itu, seperti negara lain, membuat warga panik. Mereka memborong bahan makanan, tisu toilet, dan hand sanitizer di supermarket.

Selain itu, antrean panjang juga terjadi di kafe ganja. Antrean itu muncul tak lama setelah pengumuman penutupan area publik itu.

"Bisa jadi selama dua bulan ke depan kami tidak bisa mendapatkan ganja, jadi setidaknya kami bisa menikmatinya di rumah," kata kata Jonathan, seorang pembeli di luar kedai kafe Point di Den Haag, seperti dikutip AFP.

"Teman saya memanggil saya seperti lima menit yang lalu, dia melihat konferensi pers - teman baik saya," dia menambahkan.

Pembelian ganja di kedai kopi memang lumrah di Belanda. Saat ini terdapat 576 kafe ganja di Belanda. Masing-masing orang juga bisa memiliki ganja di rumah asalkan tidak lebih dari 5 gram.

Antrean itu pun menjadi perbincangan netizen. Video antrean pembeli yang mengular di depan kafe ganja menjadi viral.

Diintip dari akun Twitter @hausoflau, seorang warga Belanda mengunggah video situasi setelah kebijakan tersebut diberitakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar