Senin, 06 April 2020

Pemerintah Umumkan Fasilitas Umum Tutup, Warga Belanda Stok Ganja

Warga Amsterdam mulai panik dengan pengumuman penutupan sejumlah tempat keramaian termasuk deretan kafe di kota itu. Mereka mengantre untuk mendapatkan ganja.
Eropa mulai merasakan dampak dari virus Corona, termasuk Belanda. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan pasien meninggal dunia sebanyak 20 orang dari 1.135 kasus positif virus Corona.

Pemerintah awalnya enggan untuk menutup tempat keramaian meskipun wabah virus Corona telah menyebar di negara tersebut. Tapi, surat terbuka dari dokter Italia dan Belanda yang meminta agar area pulik ditutup akhirnya dituruti. Penutupan sekolah, museum, gym, klub seks hingga kafe ganja diberlakukan hingga 20 April.

Pengumuman itu, seperti negara lain, membuat warga panik. Mereka memborong bahan makanan, tisu toilet, dan hand sanitizer di supermarket.

Selain itu, antrean panjang juga terjadi di kafe ganja. Antrean itu muncul tak lama setelah pengumuman penutupan area publik itu.

"Bisa jadi selama dua bulan ke depan kami tidak bisa mendapatkan ganja, jadi setidaknya kami bisa menikmatinya di rumah," kata kata Jonathan, seorang pembeli di luar kedai kafe Point di Den Haag, seperti dikutip AFP.

"Teman saya memanggil saya seperti lima menit yang lalu, dia melihat konferensi pers - teman baik saya," dia menambahkan.

Pembelian ganja di kedai kopi memang lumrah di Belanda. Saat ini terdapat 576 kafe ganja di Belanda. Masing-masing orang juga bisa memiliki ganja di rumah asalkan tidak lebih dari 5 gram.

Antrean itu pun menjadi perbincangan netizen. Video antrean pembeli yang mengular di depan kafe ganja menjadi viral.

Diintip dari akun Twitter @hausoflau, seorang warga Belanda mengunggah video situasi setelah kebijakan tersebut diberitakan.

Rekaman selama 6 detik tersebut berisi warga yang mengular di depan kedai kopi untuk membeli ganja. Tak cuma satu kedai, di berbagai kedai kopi pun terlihat penampakan yang sama.

"Negara ini akan lockdown nanti malam dan semua orang buru-buru membeli ganja," cuit akun tersebut.

Di kolom komentar pun tak sedikit netizen yang membalas dengan foto-foto di kedai kopi terdekat. Semua warga terlihat antre untuk membeli ganja.

Unggahan tersebut sudah ditonton sampai 3,3 juta kali dan disukai sampai 280,4 kali.

Badai Corona, Iran Bangun Kuburan Massal?

Virus Corona menyebar dengan cepat di Iran. Foto satelit menunjukkan, Iran sedang membangun kuburan massal di kota suci Qom.
Iran menjadi salah satu negara dengan pasien positif terinfeksi virus Corona cukup tinggi, ketiga setelah China dan Italia. Dilaporkan korban COVID-19 di negara itu mencapai 10.075 orang dengan 429 meninggal dunia.

Bahkan, Qom menjadi kota mati setelah dipastikan diserang virus Corona pada 29 Februari. Sejak itu pula dikabarkan ada aktivitas berlebihan di areal pemakaman raksasa di Qom. Bukan tidak mungkin, Iran sedang membangun kuburan massal.

Foto-foto satelit yang diambil oleh Maxar Technologies dari 1 Maret hingga 8 Maret menunjukkan adanya peningkatan aktivitas di dalam pemakaman Behesht-e Masoumeh di Qom, kota paling parah oleh serangan Corona. Seperti dlaporkan CNN Travel, foto pada tanggal 1 Maret menunjukkan pembangunan deret kuburan baru, kemudian di hari selanjutnya muncul lebih banyak penggalian.

Foto pada periode bulan Maret itu dibandingkan dengan Oktober 2019. Di bulan Oktober 2019 itu, sebagian besar area pemakaman belum digunakan.

Dari gambar itu terlihat pemerintah Iran membangun dua lajur pemakaman dengan luas 100 yard yang bisa terlihat dari angkasa. Foto-foto itu menunjukkan bahwa kuburan sedang digali dengan tergesa-gesa, yang menggarisbawahi skala wabah di Iran - dan kesulitan yang dihadapi petinggi negara untuk menghentikan wabah itu.

Selain itu, yang kian menguatkan dugaan pembangunan kuburan massal, di area itu tampak seperti tumpukan kapur. Kapur biasanya digunakan di kuburan massal untuk membantu memperlambat pembusukan dan mengurangi bau. Sebelumnya, pemerintah Iran mengatakan mereka menggunakannya dalam penguburan jenazah Virus Corona.

Selain itu, CNN juga melaporkan, proses penguburan jenazah di Qom, Iran tak bisa dilakukan sesuai tradisi Islam. Pemimpin makam Bahest-e Masoumeh, Ali Ramezani, bilang pemakaman tak bisa dilakukan secepatnya karena jenazah harus dites corona lebih dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar