Minggu, 03 Mei 2020

Fort Canning Park Destinasi Singapura Bernuansa Jawa-Bali (2)

Istana kerajaan Singapura kuno memang telah hilang dan tidak berbekas namun ditemukan beberapa artefak yang diyakini berkaitan dengan kerajaan ini. Di dekat tempat ini juga terdapat kantor untuk pendaftaran pernikahan. Jadi tak hanya menemukan pasangan calon pengantin yang akan berfoto pre-wedding namun juga tak jarang akan bertemu dengan pengantin dan keluarganya yang akan mendaftarkan pernikahannya.

Sejarah berlanjut pada masa perang dunia pertama dan kedua. Di taman ini terdapat bangunan-bangunan pada masa kolonial Inggris. Sebut saja terdapat rumah Sir Stamford Raffles yang pernah memerintah Singapura dan menjadikan Singapura negara modern.

Terdapat juga tempat pemakaman Kristen bagi para pejabat kolonial Inggris. Pemakaman ini sudah ditutup dan hanya kurang dari sepuluh makam yang tersisa. Yang terlihat jelas hanyalah jejeran nisan yang tertempel di dinding. Juga terdapat hotel Fort Canning yang dulunya digunakan sebagai pusat komando tentara Inggris sebelum pindah ke Battle Box.

Rumah dinas Sir Stamford Raffles dilengkapi dengan menara suar untuk melihat langsung situasi laut yang mengelilingi Singapura. Seperti diketahui, Raffles juga adalah ahli tumbuhan dan di taman ini juga terdapat tanaman yang ditemukan dan dibudidayakan oleh Raffles.

Menyenangkan sekali berjalan di taman ini karena sebagian besar tanaman yang ada juga tumbuh di Indonesia. Sebut saja pohon pala, serai, asam, sirih, salam bahkan pohon mahkota dewa.

Tak hanya di Indonesia, di Singapura pun ada makam yang dikeramatkan. Di dalam taman ini ada makam yang diyakini sebagai makam Sri Sultan Iskandar Syah yang merupakan Sultan terakhir yang memerintah Kerajaan Singapura yang berasal dari Malaysia.

Dan yang terkenal di Fort Canning Park adalah Battle Box yang merupakan pusat komando tentara Inggris pada saat perang dunia kedua yang berlokasi di bawah tanah (bunker). Di mana melalui di tempat inilah Singapura melalui tentara kolonial Inggris menyerah kepada Jepang.

Bunker ini juga dilengkapi dengan pintu keluar rahasia yang pada saat ini hanya ditemukan satu pintu keluar rahasia yang disebut Sally Port. Untuk dapat masuk ke dalam Battle Box, pengunjung diharuskan mengikuti tur berbayar yang jumlah pesertanya dibatasi dan ada jadwal untuk tur setiap harinya.

Dilarang berfoto atau memoto apapun di dalam Battle Box. Di dalam Battle Box terdapat ruangan-ruangan yang difungsikan sebagai ruang rapat, ruang komunikasi dan ruang komando yang dilengkapi dengan penerangan, sirkulasi udara dan kamar mandi.

Untuk membuat Battle Box seperti suasana pada perang dunia kedua, di masing-masing ruangan dibuat diorama dengan patung-patung tentara Inggris dengan berbagai adegan. Tak ada ruginya menurut saya untuk mengikuti tur ini. Diakhir tur, pemandu wisata akan memberikan satu pertanyaan dan satu orang pemenang akan mendapatkan replika surat penyerahan Singapura kepada Jepang (the instrument of surrender).

Rasanya seharian ini saya hanya berkeliling di Fort Canning Park dan waktu sudah beranjak menjelang petang saat saya selesai berkeliling. Fort Canning Park pun sudah sangat ramai dibanjiri para pengunjung baik yang hanya sekedar berfoto ataupun piknik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar