Selasa, 05 Mei 2020

Viral Cerita Suami Ragukan Hasil Tes Corona Istri, Seberapa Akurat Rapid Test?

Di media sosial viral curhatan seorang suami bernama Erlangga Agusta tentang pengalaman istrinya saat melahirkan di tengah pandemi virus Corona. Kisah ini ia bagikan melalui akun Twitter pribadi miliknya @AnggaAgusta, Minggu (3/5/2020).
Sebelum melakukan proses persalinan, ia menceritakan bahwa istrinya dinyatakan positif COVID-19 setelah dilakukan tes corona dengan cara rapid test oleh pihak rumah sakit. Namun Erlangga merasa kurang yakin dengan hasil tes tersebut, sehingga ia meminta dokter untuk melakukan rapid test ulang, CT scan, dan tes swab kepada istrinya.

"Dokter kemudian menginfokan hasil rapid test istri positif COVID," tulis Erlangga dalam tweetnya.

"Jam 3 sore dokter dari tim COVID datang untuk visit dan cek kondisi istri. Dokter sudah mulai menggunakan APD lengkap dan gw masih coba jelasin kenapa gw ga yakin dengan hasil Rapid Test dan minta Test ulang," jelasnya.

Hingga akhirnya tak lama anaknya berhasil dilahirkan melalui operasi caesar, dokter pun memberitahu Erlangga bahwa hasil rapid test kedua milik istrinya adalah negatif COVID-19.

"Gw dipanggil dokter dan diinfokan hasil Rapid Test istri negatif. Gw jd makin yakin bahwa hasil Rapid Test kemarin salah," ujarnya.

Lantas sebenarnya seberapa akurat tes corona dengan cara rapid test?

Menurut Direktur Laboratorium Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio, tingkat sensitivitas rapid test dalam pengujian tes corona hanya 70-90 persen.

"Rapid test kan yang dites adalah antibodi dan jenisnya banyak sekali. Itu sensitivitas dan rangenya agak lebar, ada yang bisa sampai 90 persen dan ada juga yang cuma 70 persen," kata Prof Amin kepada detikcom, Senin (4/5/2020).

"Artinya dari sepuluh kasus positif, cuma tujuh yang bisa terdeteksi," lanjutnya.

Prof Amin juga menjelaskan kemungkinan yang terjadi apabila hasil rapid test awal dinyatakan reaktif (positif), dan yang kedua kalinya justru non-reaktif (negatif) adalah karena adanya kesalahan pada bahan kimia yang digunakan dalam alat uji tersebut.

"Mungkin karena bahan kimianya yang kurang baik sehingga siapa pun yang dites pakai itu bisa positif. Jadi tesnya itu memang ada kesalahan," ucapnya.

Karena itu menurutnya rapid test tidak bisa dilakukan hanya sekali. Sebab tingkat sensitivitasnya yang kurang dan berbeda dengan tes polymerase chain reaction (PCR) yang sudah terbukti akurat dalam mendeteksi virus Corona.

Kalau (hasilnya) reaktif harusnya dikonfirmasi dengan PCR itu wajib. Kalau yang tidak reaktif harus diulang beberapa hari kemudian, harusnya dites dengan alat yang sama," tuturnya.

Ilmuwan Teliti Kekuatan Doa pada Pasien Virus Corona

Di tengah pencarian obat dan vaksin yang efektif bagi pasien COVID-19, para peneliti terus mencari alternatif untuk memantu pasien cepat pulih dari sakit yang dialaminya. Salah satu studi bahkan berfokus pada kekuatan doa yang disebut mampu membantu meningkatkan peluang pasien pulih dari penyakit COVID-19.
Para peneliti di Kansas City Heart Rhythm Institute bertujuan untuk melihat efek dari "intervensi supernatural sejati". Tim telah mulai mengumpulkan data dari 1.000 pasien COVID-19 yang saat ini dalam perawatan intensif di rumah sakit New York.

Setengah pasien berdoa dalam berbagai agama yang diyakininya seperti Islam, Kristen, Hindu, Yahudi, dan Budha. Peneliti kemudian akan memantau perubahan dalam tingkat kesehatan mereka dalam empat bulan terakhir.

"Kita semua percaya pada sains, tapi kita juga percaya pada kekuatan iman," tutur ketua peneliti dan ahli jantung Dhanunjaya Lakkireddy dikutip dari Medical Daily.

"Jika ada kekuatan gaib, yang banyak dari kita percayai, akankan kekuatan doa dan intervensi ilahi mengubah hasilnya? Itu pertanyaan kami," lanjutnya.

Namun ia mengakui beberapa orang juga skeptis tentang kekuatan doa pada pasien COVID-19. Lakkireddy mengatakan bahkan istrinya sendiri, yang juga seorang dokter, menyatakan prihatin dengan penelitian ini.

"Tapi ini tidak menempatkan siapapun dalam bahaya. Sebuah keajaiban bisa terjadi. Selalu ada harapan, bukan?" tuturnya.

Lakkireddy mengatakan dia percaya "dalam kekuatan semua agama" untuk membantu menyelamatkan manusia dari pandemi COVID-19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar