Gubernur New York Andrew Cuomo mengaku sedang mempersiapkan pembukaan kembali wilayahnya yang ditutup karena wabah virus corona.
Dia memperkirakan pembukaan paling cepat pada pertengahan Mei.
"Kami memiliki sekitar satu pekan lagi sebelum kami dapat membuka beberapa daerah di negara bagian itu," kata Cuomo dalam program "Cuomo Prime Time," di CNN, Rabu (6/5).
Kami memang melihat kondisi yang variasi di setiap wilayah. Jadi kami meresponsnya, karena ada fakta berbeda di bagian upstate dan downstate, kami tidak akan memaksa melakukannya."
Cuomo mengatakan pembukaan kembali akan didasarkan pada fakta dan data. Namun dia meyakini akan memperbanyak pengujian virus corona. "Kami memang perlu lebih banyak pengujian dan itu adalah masalah utama," katanya.
Selain pengetesan skala besar, juga harus dilakukan pelacakan kontak secara intens.
New York saat ini menjadi negara bagian di Amerika Serikat paling terpapar parah corona. Berdasarkan data statistik Worldometer, New York memiliki 330.139 kasus virus corona dan 25.204 kematian.
Jumlah kasus di New York itu bahkan lebih tinggi dari Spanyol dan Italia. Spanyol mencatatkan 250.561 kasus corona dan 25.613 kematian. Sementara Italia memiliki 213.013 kasus, dan 29.315 kematian.
Secara keseluruhan, di AS saat ini terdapat 1.237.633 kasus corona. Dari jumlah itu, 200.628 pasien sembuh, dan 72.271 meninggal.
Andrew Cuomo resmi menutup seluruh wilayah New York pada 22 Maret lalu. Warga diminta tetap di rumah.
Ia memerintahkan bisnis yang tidak penting untuk ditutup dan melarang segala macam pertemuan.
Meski masih menemukan lonjakan kasus baru corona dan angka kematian, Presiden Donald Trump telah mengumumkan akan secara bertahap membuka kembali perekonomian dan melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan.
Trump Akui Kurangi Pembatasan Bisa Perbanyak Kematian Corona
Presiden Donald Trump mengakui kebijakannya melonggarkan pembatasan pergerakan seperti membuka kembali perekonomian bisa memicu lebih banyak kematian akibat virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat.
"Mungkin akan ada beberapa (yang meninggal) karena Anda tidak akan terkunci di dalam apartemen, rumah, atau apa pun itu," kata Trump saat ditanya ABC News apakah pencabutan kebijakan pembatasan pergerakan bisa menyebabkan angka kematian akibat corona melonjak, Selasa (5/5).
"Apakah beberapa orang akan terinfeksi parah? Ya. Tapi kita harus membuat negara kita terbuka," ujarnya.
Pernyataan itu diutarakan Trump saat mengunjungi Pabrik Honeywell di Phoenix, Arizona. Di sana, Trump turut memuji para pekerja Honeywell lantaran masih giat bekerja dalam situasi seperti ini.
Para pekerja dan staf pabrik memakai masker wajah dan sarung tangan sesuai rekomendasi pemerintah AS demi mencegah penularan corona di tempat kerja.
Kebijakan memakai masker bahkan ditulis secara jelas dalam aturan perusahaan. Salah satu papan besar bertuliskan "Tolong Pakai Masker Anda Setiap Saat."
Anehnya, Trump tidak mengenakan masker sama sekali dalam kunjungan tersebut. Trump memang sejak lama menganggap penggunaan masker tidak lah penting.
Namun, sejumlah pihak menyayangkan sikapnya itu lantaran gagal menekankan pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan di masa pandemi yang telah menginfeksi lebih dari 1,2 juta warga AS tersebut.
"Saya pikir mengenakan masker saat saya menyapa presiden, perdana menteri, diktator, raja, ratu, saya tidak tahu ya. Entah bagaimana saya merasa tidak cocok dengan itu (masker)," kata Trump pada April lalu seperti dilansir AFP.
Berdasarkan data statistik Worldometer per Rabu (6/5), AS tercatat memiliki 1.203.892 kasus corona dengan 71.043 kematian.
Meski masih menemukan lonjakan kasus corona baru dan angka kematian, Trump telah mengumumkan akan secara bertahap membuka kembali perekonomian dan melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan.
Puluhan negara bagian AS juga telah melonggarkan sebagian kebijakan pembatasan pergerakan dan membuka kembali aktivitas bisnis secara bertahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar